Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Aldi dan Rena
Nagoya, 9.05 PM
Di sebuah hotel berbintang empat, seorang pria baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia menutup laptopnya dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa tegang karena lelah. Mengambil ponselnya di atas nakas dan menekan tombol video call pada sebuah nama dengan gambar hati di akhirnya. Seseorang gadis mengenakan mukena menjawabnya.
"Assalamu'alaikum, Sayang!" ujar Aldi memberi salam.
"Wa'alaikum salam, Sayangku!" Gadis itu menjawab dengan senyuman termanisnya.
"Kok baru nelpon sih, Sayang?" tanya gadis itu dengan suara manjanya. Dialah Rena, si belahan jiwanya yang kini berada jauh di belahan bumi yang berbeda.
"Nungguin, ya? Kangen berat kan?" Dia mulai menggoda kekasihnya itu.
"Jelas dong! kalau nggak itu artinya aku udah nggak ...."
"Nggak...? Apa Sayang?" Aldi penasaran tapi tetap pura-pura cuek.
"Tau ah!" Rena merajuk. Wajahnya cemberut.
"Jangan ngambek dong, maaf yah!" bujuk Aldi dengan mata puppy eyes. Rena kalah dengan mata itu dan kemudian ia mengembangkan senyumnya.
"Tadi aku baru selesai gambar, ada sedikit perbaikan karena permintaan dari investornya!" jelas Aldi tentang pekerjaannya. Rena mengangguk-angguk mengerti.
"Kamu masih di lokasi proyek ya?"
"Iya, mungkin besok lusa aku balik ke Tokyo." jawab Aldi sambil duduk bersandar di sofa.
"Memangnya sekarang kamu dimana?" tanya Rena lagi.
"Sekarang aku di Nagoya. Ada pekerjaan pembangunan resort wisata disini." ujar Aldi yang menatap penuh rindu pada kekasihnya. Manik mata gadis itu nampak serius memperhatikan background Aldi.
"Coba arahin ke jendela kameranya, Sayang! Kayanya cantik banget pemandangannya."
Aldi mengganti ikon kamera menjadi kamera belakang sambil berjalan ke arah jendela. Seketika terlihat di layar ponsel Rena pemandangan kota dengan gedung-gedung tinggi dan lampu-lampunya yang indah.
"Cantik ... tapi masih lebih cantik Tokyo. Ternyata kota kecil bisa semegah itu di sana." Rena masih serius memperhatikan pemandangan yang disajikan Aldi padanya.
"Iya sayang kalau di banding Tokyo memang masih kalah jauh sih.Tapi soal objek wisata Nagoya gak kalah cantik! Besok aku fotokan lokasi resortnya, itu cantik banget!" jelas Aldi antusias.
"Wah... jadi pengen kesana!"
Aldi mengganti kembali kameranya.
"Insya Allah nanti kalau kita udah nikah pasti aku ajak kesini sayang!"
"Oh iya Al ... hmm ... gini tadi Ayah nanyain kamu, Ayah nanya apa nggak ada perubahan rencana?" tanya Rena ragu-ragu.
Aldi terdiam. Dia sangat mengerti kemana arah pembicaraan Rena. Ingatannya kembali ke hari dia berkunjung ke rumah Rena membawa orangtuanya. Tepat sehari sebelum keberangkatannya ke Tokyo.
Flashback On
"Begini Pak, maksud kedatangan kami kesini untuk melamar putri Bapak untuk putra kami!" Papa Aldi memulai percakapan dengan kedua orang tua Rena.
"Iya Pak Bramantyo, kami sudah mendengar dari putri kami. Dan mengenai keputusannya kami serahkan sepenuhnya pada Rena. Apalagi seperti yang kami dengar, apa betul penikahannya akan ditunda dua tahun?" tanya Pak Suryo pada Papa Aldi.
"Benar Pak Suryo, Aldi harus berangkat ke Tokyo besok, jadi menunggu Aldi beradaptasi dengan pekerjaannya dan menyiapkan segala sesuatunya di sana jika memang harus menetap di sana baru Aldi kembali mengurus pernikahannya." Jelas pak Bramantyo pada Ayah Rena
"Apakah tidak sebaiknya mereka menikah dulu agar selesai satu permasalahan dan mereka mulai bisa menyesuaikan diri nanti setelah pernikahan dilangsungkan?" Ayah Rena pun mengemukakan pendapatnya.
"Bagaimana Aldi?" Papa Aldi menatap mata Aldi penuh arti.
"Begini Ayah ... saya belum tau bagaimana kondisi di sana apakah saya cocok bekerja di sana atau tidak. Sebenarnya tidak masalah kalau saya mampu bertahan dengan pekerjaannya, tapi yang dikhawatirkan saya tidak cocok bekerja di sana dan harus mencari pekerjaan baru lagi di sini padahal kami sudah menikah. Bagaimanapun saya ingin menafkahi Rena dengan hasil keringat sendiri, Yah! Pokoknya nggak harus dua tahun, mungkin setahun saya sudah bisa beradaptasi dan perusahaan memberikan ijin cuti, maka saya akan menikahi Rena di tahun itu!" Aldi menjelaskan panjang lebar pada ayah Rena yang akrab di panggil 'Ayah' oleh Aldi, berharap beliau paham akan maksud Aldi.
"Baiklah saya mengerti Nak Aldi, mudahan keputusan kalian ini tepat dan kami berdoa semuanya berjalan lancar!" Ayah Rena pun mengerti dan pasrah akan keputusan mereka.
"Jadi apakah Nak Rena bersedia menerima lamaran kami dan menunggu Aldi selama setahun kedepan?" tanya papa Aldi
"Bagaimana Rena?" Ayahnya pun ikut bertanya meminta kepastian.
"Iya, saya bersedia!" jawabnya sambil mengangguk.
"Alhamdulillah." Serempak mereka berkata.
Aldi tersenyum mendengarnya. Begitupun orangtua Aldi. Namun tidak begitu dengan kedua orang tua Rena, meski mereka ikut tersenyum nampak tersirat kekhawatiran di air wajahnya mereka.
Flashback Off
"Al... Aldi Bramantyo!" Panggilan Rena membuyarkan lamunan Aldi
"Eh iya .... A-apa Sayang?" Dia tergagap.
"Kamu diajakin ngobrol kok malah ngelamun sih?"
Rena heran dengan sikap Aldi.
"Maaf tadi tiba-tiba aku ingat sesuatu," jawab Aldi sekenanya untuk mengalihkan pertanyaan kekasihnya itu.
"Ingat apa?" Rena terpancing
"Aku seharian belum BAB," jawabnya asal.
"Iiih ... jorok deh." Rena menutup hidungnya dan kemudian tersenyum.
"Haha ... sorry Sayang ... eh tadi kamu ngomongin apa ya?" Aldi pun mulai serius.
"Itu ... Ayah nanyain rencana kita, apa gak ada perubahan?"
"Menurutmu gimana Sayang?" Aldi balik bertanya.
"Loh kok aku sih, Yang .. kamunya tuh yang ditanya. Kan yang nentuin planning itu lanjut apa gak, tergantung dari kamu!" protes Rena.
"Aku pengen tau pendapat kamu dulu!" tanya Aldi sambil menatap dalam mata Rena.
"Hmm ... gimana ya ... kalau kamu udah cocok dengan kerjaan di situ baiknya sesuai janji awal sih!"
"Kenapa? Kamu udah gak tahan ya sayang?"
"Iiih ... Aldi serius nih!"
"Aku serius, Sayang! Maksud aku kamu nggak tahan nungguin aku lama-lama ya?"
"Oh ... kirain. Ya jelas lah Al siapa yang tahan LDR lama-lama? Lagian ini udah setahun, jadi harusnya kamu uda balik." Rena nampak sedih.
"Tapi kerjaan aku lagi banyak-banyaknya di sini, gimana dong Yang, mana aku belum bisa cuti sekarang?" keluh Aldi.
"Tunggu sampe kamu dapet jatah cuti dulu lah baru kamu pulang, mungkin bulan depan atau beberapa bulan lagi. Tapi jangan lama!"
"Iya, pasti! Kamu masih mau kan nunggu aku lagi, Sayang?" Aldi nampak ragu.
"Iya tapi jangan kelamaan ya Al, nanti Ayah kecewa. Nanti aku sampaikan sama Ayah soal ini, kamu tenang aja!"
"Makasih ya, Sayang! Kalau gitu nanti aku coba juga cariin kamu kerjaan disini ya Sayang, kamu mau kan?"
"Mau dong." jawab Rena cepat.
"Sayang, aku mau nanya tapi kamu jangan salah paham ya, Yang?" tanya Rena hati-hati.
'"Apa itu, Sayang?"
"Kalau aku diantarin pulang sama laki-laki kamu gak apa-apa kan Yang?
"Hah? Jelas gak boleh, memangnya siapa nganterin kamu pulang?" protesnya dengan cepat.
"Hmm ... mahasiswaku, dia waktu itu nganterin aku pulang!" jawabnya pelan.
"Ooh ... aku kira laki-laki siapa."
"Kamu gak marah?"
"Nggak marahlah ... dia kan mahasiswamu. Mana mungkin dia berani macam-macam sama dosennya."
"Oh ... ya udah. Aku lega rasanya, tadinya aku khawatir kamu marah dan takutnya nanti kamu dengar dari orang lain!"
"Aku percaya kamu kok Sayang. Lagian gak semudah itu aku percaya sama cerita orang lain apalagi tentang kamu," jawab Aldi yakin.
"Kalau gitu udah dulu Sayangku." Rena menyudahi pembicaraannya.
"Oke deh. Padahal masih kangen, tapi kasian kamu udah ngantuk kayanya."
"Iya maaf ya Sayang, besok aku hubungin lagi okey?"
"Bye Sayang, see you soon!" Aldi melambaikan tangannya dan memberi kiss bye.
Begitupun Rena membalasnya dan mereka mengakhirinya bersamaan. Semenit kemudian Rena pun terbang ke pulau mimpinya. Sementara Aldi masih setia memperhatikan foto kekasihnya di ponselnya, sampai akhirnya dia pun menyusul kekasihnya ke pulau mimpi.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut