NovelToon NovelToon
Senjakala Di Madangkara Dalam Kisah Mengais Suka Diatas Luka

Senjakala Di Madangkara Dalam Kisah Mengais Suka Diatas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Action / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:96
Nilai: 5
Nama Author: Eric Leonadus

Setelah mengusir Arya Widura dari Madangkara, Permadi dan Shakila menjadi orang kepercayaan Prabu Wanapati. Hubungan Dewi Garnis dan Widura pun kandas. Akan tetapi, Widura bersumpah, tidak akan pernah berhenti membongkar kedok Permadi dan Shakila sebagai orang Kuntala. Dewi Garnis dan Raden Bentar berjanji untuk membersihkan nama baik Widura.

Ternyata, bukan hanya Widura saja yang tahu identitas Permadi dan Shakila, ada orang lain lagi, seorang laki-laki misterius yang selalu mengenakan cadar hitam. Lewat si cadar hitam, Bentar dan Garnis mendapatkan kebenaran tentang siapa Permadi dan Shakila itu. Mereka adalah orang-orang licik yang berusaha untuk menggulingkan Kerajaan Madangkara dan mengembalikan kejayaan Kerajaan Kuntala. Menghadapi orang seperti mereka tidak bisa menggunakan kekerasan akan tetapi, harus menggunakan siasat jitu. Berhasilkah Bentar dan Garnis membongkar kedok mereka ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Babak Kedua Puluh Lima

# 25

Hanggaraksa menghela nafas panjang. Sepasang matanya yang setengah tersembunyi di balik alisnya yang putih menerawang jauh. Dahinya berkerut, urat nadinya bertonjolan keluar, keringat dingin mengucur dari dahi. Air mukanya menunjukkan rasa cemas. Brama Kumbara mengamatinya tanpa berkedip.

"Saya menolaknya," jawab Hanggaraksa dengan suara gemetar, "Masa-masa itu, bagi saya sudah lewat dan saya ingin menjalani sisa hidup saya dengan tenang dan bahagia bersama keluarga tercinta,"

"Lalu, bagaimana sikap Permadi terhadap keputusan Anda, Tuan Hanggaraksa?" tanya Brama.

"Terus terang, saya tidak yakin Permadi akan setuju dengan keputusan saya itu. Shakila pernah berkata, bahwa ia tidak akan membiarkan Ayahnya hidup menderita seperti ini. Maka, dia memutuskan untuk pergi ke Madangkara demi mengembalikan nama baik, kehormatan dan segala yang saya punya saat masih menjabat sebagai menteri Kanuruhan, bagaimanapun caranya bahkan, nyawa adalah taruhannya. Tapi, saya melarangnya dengan keras, sebab, masa-masa itu sudah lewat... saya bukanlah Permadi yang memiliki cita-cita, impian dan tujuan setinggi langit, tapi, saya adalah Hanggaraksa, ingin melewatkan masa-masa tua dengan tenang dan damai. Dan, saya tidak ingin terlibat lagi dengan Permadi berikut orang-orangnya,"

"Maaf, menyela pembicaraan Tuan Hanggaraksa sekalian," seorang pria paruh baya yang kebetulan duduk di sebelah Hanggaraksa angkat bicara, "Saya telah mengutus beberapa orang kita mengikuti Nona Shakila seperti yang Tuan anjurkan, mereka memberi kabar bahwa, setibanya di Jawa Dwipa, Nona Shakila telah menemui beberapa orang bekas pejabat Kuntala, diantaranya adalah Dawala, Dandaka, Abisheva dan Gurinda... celakanya, entah kebetulan atau bagaimana, saat Nona Shakila bertemu dengan mereka, Permadi muncul dan mereka terlibat pembicaraan yang serius... rencana untuk mengkudeta Kerajaan Madangkara,"

"Apakah yang kau sampaikan ini, benar adanya, Samarta?" tanya Hanggaraksa dengan nada terkejut.

"Benar, Tuan. Jika, tuan menghendaki, saya dapat memanggil para telik sandi itu ke hadapan Tuan Hanggaraksa," kata lelaki paruh baya itu.

"Kalau memang demikian, ini malapetaka bagi Madangkara," kata Hanggaraksa.

"Siapakah orang-orang yang disebutkan itu, Tuan Hanggaraksa ?" tanya Brama.

Hanggaraksa menghela nafas panjang lalu berkata, "Mereka adalah orang-orang kepercayaan Baginda Sisikadila. Dawala, Dandaka dan Abisheva adalah tiga orang dari lima pengawal pribadi Sisikadila, sementara, Gurinda adalah salah satu dari dua orang bendahara istana Kerajaan Kuntala. Gurinda, boleh dibilang tidak memiliki ilmu kepandaian yang tidak seberapa tinggi. Akan tetapi, yang lain, adalah orang-orang berilmu tinggi... boleh dibilang yang terkuat diantara para pendekar setelah Kijara dan Lugina... mereka boleh dibilang cucu-murid andalan Tumenggung Gardika. Saya sama sekali tidak menduga bahwa Shakila berbuat bodoh seperti itu, dasar anak tak tahu adat. Saya merasa bersalah sekali kepada Gusti Prabu Wanapati terlebih tuanku Brama Kumbara yang telah memperlakukan saya sekeluarga dengan baik sewaktu beliau masih hidup dulu. Dasar bodoh ! Percuma saya mendidiknya dengan keras selama ini, jika di dalam otaknya dipenuhi ambisi dan nafsu serakah,"

"Tuan Hanggaraksa tidak perlu berkecil hati... manusia bisa berubah menjadi lebih bijak, bijaksana dan dewasa seiring dengan perjalanan sang waktu. Mungkin Nona Shakila ingin menunjukkan sembah bakti untuk orang tuanya. Seharusnya, Tuan Hanggaraksa bangga memiliki anak seperti Nona Shakila... yang pemberani, dewasa dan mudah sekali bergaul dengan orang dari berbagai golongan... wanita seperti Nona Shakila, jarang sekali ditemukan pada jaman sekarang ini. Seiring dengan perjalanan sang waktu, dia akan lebih banyak belajar mengenai kehidupan. Jika kita merasa telah salah dalam mendidik, maka, dunia di luaran sana akan membuat putera-puteri kita belajar membedakan mana yang benar, mana yang salah... namun, jika kita merasa telah benar dalam mendidik anak-anak, akan tetapi, masih ada yang salah, artinya, kita harus mencari dimana letak permasalahannya dan segera mencari solusi yang tepat untuk berbenah. Ini adalah masalah waktu, Tuan Hanggaraksa. Dan, saya yakin pribadi Anda melekat erat di dalam lubuk hati dan di setiap relung jiwanya," kata Brama.

"Melihat dari gaya bicara Anda, tentunya, Anda bukanlah orang sembarangan... Anda pasti berasal dari keluarga yang terpelajar dan terpandang... darah biru mengalir dalam diri anda, Kisanak... tetapi, yang saya herankan, mengapa Shakila harus bertemu dengan orang-orang seperti itu... saya benar-benar tidak bisa menerimanya," ujar Hanggaraksa.

"Oh, Tuan Hanggaraksa... saya adalah orang biasa-biasa saja. Saya bisa berkata seperti itu, karena saya pun memiliki anak. Saya masih belum bisa disebut orang tua yang bijak. Banyak cacat," Brama merendah, "Tapi, saya merasa lega dan senang sekali bisa berbincang-bincang dengan Anda, Tuan, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saat ini Nona Shakila dan Nona Garnis tengah menuju Sadeng,"

"Dewi Garnis ? Puteri tiri, tuanku Brama Kumbara ? Mau apa mereka menuju Sadeng ?" tanya Hanggaraksa.

"Mohon maaf, Tuan Hanggaraksa... mungkin ini berhubungan dengan keributan yang terjadi di Madangkara beberapa waktu lalu," ujar Samerta.

"Keributan ? Keributan seperti apa, Samarta ?" tanya Hanggaraksa.

"Ada orang gila dan bodoh menyatroni istana Madangkara. Ia ingin membunuh Gusti Prabu Wanapati," jawab Samarta.

"Dewata yang agung..." seru Hanggaraksa, "Bisakah kau menceritakan kejadian itu, Samarta ?"

"Kala itu, Gusti Prabu Wanapati, tengah memimpin sebuah rapat bersama para menterinya, Nona Shakila dan Permadi juga hadir di tempat itu berikut Dewi Garnis, Raden Bentar dan Raden Paksi Jaladara... mendadak, dari wuwungan istana melesat sebuah bayangan hitam dan seberkas sinar berwarna putih menyambar ke arah Gusti Prabu, tak seorang pun mampu mencegahnya, kebetulan yang terdekat dengan Sang Prabu adalah Nona Shakila dan dia mendorong Sang Prabu hingga jatuh, Sang Prabu lolos dari serangan tersebut, namun, Nona Shakila yang menjadi korban. Lukanya cukup parah karena senjata yang menusuk dadanya itu adalah belati beracun, sementara, Tuanku Raden Bentar mengejar bayangan itu. Tak lama kemudian, Tuanku Raden Bentar kembali sambil membawa penawar racun sedang bayangan itu, tidak bersamanya. Nona Shakila berhasil diselamatkan dan menugaskan Raden Bentar, Gusti Ayu Dewi Garnis, Permadi dan Shakila untuk menyelidiki masalah penyerangan itu hingga tuntas. Saya tidak tahu dimana sekarang mereka berada," jelas Samarta.

"Samarta, kau tahu banyak tentang segala peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Istana Madangkara, bagaimana bisa demikian ?" tanya Brama Kumbara.

"Maafkan, saya, tuan... semenjak Nona Shakila malang melintang di dunia luar, saya diberi tugas oleh Tuan Hanggaraksa untuk menjaga dan melindunginya secara diam-diam agar jangan sampai ia celaka. Sayangnya, sewaktu ia terluka oleh jurus Cakra Manggilingan, tingkat pertama dari Ajian Serat Jiwa, kami tak mampu mengatasinya. Demikian pula sewaktu ia terluka di lingkungan istana, itu berada di luar dugaan kami. Untuk itu, saya mohon ampun atas keteledoran saya dalam menjaga Nona Shakila, Tuan Hanggaraksa," jelas Samarta, "Kami terpaksa tidak mengikuti Nona Shakila pergi ke Sadeng, karena kami percaya dengan Gusti Ayu Dewi Garnis bisa menjaganya dengan baik. Kami mempercayainya, daripada kami harus mempercayai Permadi,"

Hanggaraksa mengangguk-anggukkan kepalanya, sementara, pikirannya melayang jauh ke awang-awang memikirkan laporan Samarta itu, "Aku merasa bersalah sekali dengan Gusti Prabu Wanapati juga mendiang Tuanku Brama Kumbara atas tindakannya yang bekerja sama dengan Permadi untuk menggulingkan Kerajaan Madangkara, padahal, saya sudah merasa cukup puas dengan pengabdianku pada Madangkara juga perlakuan almarhum Tuanku Brama terhadap keluarga ini, aku sama sekali tidak menyangka cara berpikirnya sekeji itu," desahnya.

"Tuan Hanggaraksa... jangan khawatir... yakinlah dengan didikan Anda padanya, yakinlah pada diri Nona Shakila yang berbudi luhur, itu. Tak selamanya, mendung itu berakhir dengan guyuran air hujan, sekarang marilah kita fokus pada solusinya agar bisa masalah ini tidak merembet kemana-mana. Nah, jika Tuan Hanggaraksa ingin mencegah Nona Shakila melanjutkan rencananya bersama Permadi, menurut tuan apakah yang harus dilakukan ?"

"Bagi saya, Permadi bagaikan ular raksasa berbisa, bersayap dan bertanduk. Suatu saat ia bisa mencengkeram dunia seisinya dengan kuku-kukunya yang panjang dan runcing. Biar bagaimanapun, kekuatannya terletak pada para pendukungnya. Jika tanpa pendukung, dia bagai harimau tanpa taring, ular tanpa bisa... maka dari itu, kita harus melumpuhkan sayap-sayap nya terlebih dahulu. Dawala, Dandaka, Abisheva dan Gurinda itulah inti kekuatannya," jelas Hanggaraksa, "Tapi, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Bentrok dengan mereka, sama saja dengan menghantarkan nyawa. Sayangnya, Tuanku Brama Kumbara sudah lama wafat, hanya beliaulah yang sanggup menghadapi mereka. Kami semuanya takut berhadapan ataupun berurusan dengan mereka, Kisanak,"

"Kalau memang demikian, artinya, mereka adalah pemain-pemain catur yang handal. Permadi dan Shakila hanyalah pion atau biji-biji catur yang kelak bisa disingkirkan dengan mudah. Tak ada salahnya bila aku mencoba untuk menemui mereka,"

"Kisanak, apa yang sedang anda pikirkan ?" tanya Hanggaraksa.

"Tuan Hanggaraksa tidak perlu mengkhawatirkan puteri Anda, Shakila sudah berada pada orang yang tepat, dengan demikian Permadi tidak akan bisa berbuat macam-macam padanya. Karena itu, bisa diibaratkan menggali lubang kubur sendiri... Permadi memerlukan Shakila untuk membantunya merebut tahta Gusti Prabu Wanapati, tapi, begitu maksud dan tujuannya tercapai, Nona Shakila, bukannya tidak mungkin akan dicampakkan," jelas Brama, "Tuan Hanggaraksa, sudikah tuan memberitahu dimanakah biasanya Dawala dan teman-temannya bertemu dan berkumpul ?"

"Saya tidak tahu, siapa dan pada siapa Kisanak berpihak. Tapi, menurut pengamatan saya, anda bukanlah orang sembarangan. Tapi, baiklah, saya akan memberitahukan dimana biasanya, kelompok itu bertemu dan berkumpul... lebih kurang tiga ratus tombak dari perbatasan Madangkara dengan Bhumi Madya, ada sebuah penginapan. Dikelola oleh seorang wanita paruh baya bernama Ranti, anak dari Bu Karti,"

"Bu Karti ?" tanya Brama.

"Benar. Sewaktu Tuanku Brama Kumbara dan Gusti Ayu Dewi Mantili masih malang melintang di dunia persilatan, seumur hidupnya, Bu Karti tidak pernah berhenti membuat kekacauan sekalipun sudah diampuni. Nah, di penginapan itulah biasanya mereka bertemu," jelas Hanggaraksa.

"Terima kasih, Tuan Hanggaraksa... ini sangat berarti bagi saya. Mohon maaf karena kedatangan saya, telah membuat pekerjaan Anda terganggu," kata Brama.

"Anda tak perlu memikirkan nya, Kisanak... hanya saja, jika Kisanak bertemu dengan Shakila, titipkan salam saya padanya... salam dari seorang ayah yang gagal mendidik anaknya," kata Hanggaraksa dengan nada penuh penyesalan.

"Tuan Hanggaraksa, di dunia ini tak ada orang yang sempurna... kesempurnaan hanyalah milik Dewata Yang Agung.... dan kita hanya memperoleh sedikit dari kesempurnaan dari-Nya. Nah, pertanyaannya adalah, bagaimana kita memanfaatkan kesempurnaan itu untuk mereka yang mungkin membutuhkannya. Salah atau benar adalah rancu, demikian pula hitam ataupun putih... siapapun tidak bisa menebaknya. Seseorang yang merasa benar, belum tentu benar bagi orang lain, demikian pula hitam ataupun putih... bagi kita hitam, mungkin bagi orang lain putih. Ibarat sebuah tembaga, jika dibiarkan lama dalam bara api, warnanya akan hitam, tapi, apabila kita menyempatkan diri untuk mencucinya, warna tembaga akan kembali seperti bentuk aslinya, meski masih ada noda disana-sini... saya mengatakan ini adalah semata-mata ingin memperlihatkan pada anda bahwa sesungguhnya, apa yang menurut kita baik, belum tentu baik bagi orang lain... itu sifatnya, Mutlak... Nah, serahkanlah semuanya, pada Dewata yang Agung, yang telah memberikan kesempatan untuk benar-benar bisa membedakan mana arang dan mana mutiara. Arang akan selamanya hitam, sementara, mutiara, selamanya akan tetap cerah dan berharga, tidak akan pudar. Semoga, Tuan Hanggaraksa bisa memahaminya. Saya mohon diri, Sampurasun..."

"Rampes," kata Hanggaraksa lalu menoleh ke arah Samarta, "Siapakah orang itu, tata bahasa dan gayanya mirip sekali dengan Tuanku Brama Kumbara,"

"Entahlah, Tuan Hanggaraksa... tapi, yang jelas, kedatangannya ini, tidak ada niat buruk terhadap kita. Saya jadi penasaran dengan nya, jika Tuan Hanggaraksa menghendaki, biarlah saya akan mengikuti dan menyelidiki siapa, dia ?"

"Tidak perlu, Samarta... lanjutkan saya kau menjaga dan melindungi puteriku, jika ada apa-apa, mintalah kepada orang-orang mu untuk membawanya kemari," ujar Hanggaraksa.

"Baik, Tuan Hanggaraksa,"

..._____ bersambung _____...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!