(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 11
Gang Sempit, Distrik Pasar Kota Bintang Jatuh.
"Patahkan tangannya! Biar dia tidak bisa mencuri lagi!" teriak kepala penjaga toko yang berbadan gempal.
Tiga penjaga lainnya mengepung bocah kurus yang terpojok di dinding buntu. Mereka mengayunkan tongkat kayu keras yang dilapisi besi.
Bocah itu, Cang Ni (sekitar 14 tahun), tidak berteriak minta tolong. Ia meringkuk, melindungi kepalanya dengan tangan yang kurus kering. Pakaiannya hanyalah kain lusuh kotor. Namun, yang paling mengerikan adalah matanya.
Mata abu-abu mati yang menatap para penyiksanya bukan dengan ketakutan, melainkan dengan kebencian yang begitu murni dan pekat hingga membuat udara di sekitarnya terasa dingin.
Di balik lengan bajunya yang robek, kulit Cang Ni berkedut. Energi abu-abu samar Aura Ketiadaan yang belum bangkit sempurna mulai merembes keluar. Jika ia melepaskannya, ia mungkin bisa membunuh mereka, tapi ia akan mati kehabisan tenaga.
"Mati kau, tikus!" Penjaga itu mengayunkan tongkatnya ke kepala Cang Ni.
TRAAAK!
Suara kayu beradu dengan logam berat terdengar.
Tongkat penjaga itu patah menjadi dua.
Penjaga itu ternganga, tangannya kesemutan hebat. Di depan Cang Ni, sebuah benda hitam besar dan berkarat telah menghalangi pukulan itu.
Seorang pemuda berjubah abu-abu berdiri di sana, memegang pedang raksasa itu dengan satu tangan yang santai.
Ye Chen.
"Cukup," kata Ye Chen, suaranya tenang namun dingin.
Cincin Perak di jari manis Ye Chen berdenyut panas, seolah-olah berteriak padanya Dia penting. Dia berbahaya.
"Siapa kau?!" bentak kepala penjaga. "Ini urusan Toko Obat 'Bintang Harum'! Bocah ini mencuri pil penyembuh!"
"Aku akan membayarnya," kata Ye Chen. Ia merogoh saku, melempar sekeping uang perak ke tanah. "Ambil ini dan pergi. Atau..."
Ye Chen memutar Pedang Karat-nya, membiarkan ujungnya menghancurkan batu jalanan menjadi kerikil.
"...Atau aku akan menganggap kalian sebagai monster hutan yang perlu dibasmi."
Aura Ranah Pembuka Bintang Tahap 5 milik Ye Chen, ditambah dengan niat membunuh yang ia bawa dari Hutan Kabut Merah, membuat para penjaga itu merinding. Mereka hanyalah preman pasar Tahap 2 atau 3.
"Cih! Dasar orang gila!" Kepala penjaga memungut koin itu. "Awas kau! Jangan sampai kami melihat kalian lagi!"
Mereka pergi dengan terburu-buru.
Gang itu kembali sunyi.
Ye Chen berbalik, menyarungkan pedangnya kembali ke punggung. Ia mengulurkan tangannya pada bocah yang masih meringkuk itu.
"Kau tidak apa-apa?"
Cang Ni perlahan menurunkan tangannya. Ia mendongak. Mata abu-abunya bertemu dengan mata merah delima Ye Chen.
Sesaat, dunia seolah berhenti.
Ye Chen merasakan hawa dingin yang menusuk tulang belakangnya. Tatapan bocah ini... itu adalah tatapan seseorang yang telah melihat neraka dan memutuskan untuk tinggal di sana. Kosong. Hampa.
Cang Ni tidak menyambut uluran tangan Ye Chen. Ia bangkit sendiri, menepis debu dari jubahnya, dan meludah ke samping.
"Aku tidak butuh bantuanmu," suara Cang Ni serak, seperti gesekan pasir. "Aku bisa membunuh mereka semua jika aku mau."
"Mungkin," jawab Ye Chen tenang. "Tapi kau akan mati setelahnya."
Cang Ni terdiam, menatap Ye Chen dengan curiga. "Kenapa kau menolongku? Kau mau imbalan? Aku tidak punya apa-apa."
"Cincinku berisik saat melihatmu," jawab Ye Chen jujur, mengangkat tangan kirinya. "Dan... kau mengingatkanku pada seseorang." (Entah kenapa, bayangan samar tentang seseorang yang hancur melintas di benak Ye Chen yang amnesia).
Ye Chen merogoh sakunya lagi, mengeluarkan sepotong daging kering (sisa bekal dari hutan). Ia melemparnya ke arah Cang Ni.
"Makanlah. Kau terlihat seperti mayat hidup."
Cang Ni menangkap daging itu dengan refleks yang mengejutkan cepat. Ia ragu sejenak, mengendus makanan itu seperti binatang liar, lalu menggigitnya dengan rakus. Ia jelas kelaparan.
"Kau mencuri pil penyembuh," kata Ye Chen. "Siapa yang sakit?"
Cang Ni berhenti mengunyah. Ekspresinya mengeras. "Bukan urusanmu."
Ia berbalik, bersiap pergi. Namun, ia berhenti dan menoleh ke arah pedang di punggung Ye Chen.
"Pedangmu..." gumam Cang Ni. "Baunya aneh. Seperti... sesuatu yang tidur. Dan berkarat."
Mata abu-abunya menyipit.
"Hati-hati, Kakak Penolong. Di kota ini... orang baik mati cepat. Dan orang dengan barang aneh... mati lebih cepat."
Cang Ni melesat lari. Gerakannya aneh, seolah-olah tubuhnya berkedip-kedip menembus bayangan gang, meninggalkan jejak energi abu-abu yang samar.
Ye Chen menatap kepergian bocah itu.
"Fisik Bencana Kehampaan..." bisik Ye Chen tanpa sadar. Kata-kata itu muncul begitu saja di kepalanya, seolah dibisikkan oleh Cincin Perak.
Ia menggelengkan kepala, mengusir pikiran itu. "Anak yang aneh."
Ye Chen melompat, memanjat dinding bangunan, dan kembali ke jendela kamar penginapannya di lantai dua.
Di dalam Kamar Penginapan.
Long Yin sedang duduk di tepi tempat tidur, memeluk lututnya dengan cemas. Saat Ye Chen melompat masuk, wajahnya langsung cerah.
"Kakak!"
"Aku kembali," kata Ye Chen, menutup jendela.
"Siapa dia?" tanya Long Yin penasaran. "Aku melihat matanya dari sini. Matanya... abu-abu. Seperti langit saat hujan badai."
"Namanya..." Ye Chen baru sadar ia lupa menanyakan namanya. "Entahlah. Hanya anak jalanan yang kelaparan."
Ye Chen duduk, meletakkan pedangnya. "Tapi dia benar tentang satu hal, Yin'er. Kota ini berbahaya. Kita harus menjadi kuat."
"Besok," kata Ye Chen, matanya berbinar dengan tekad. "Besok pendaftaran Sekte Pedang Bintang dibuka. Kita akan mendaftar."
"Kita?" Long Yin terkejut. "Aku juga?"
"Ya," kata Ye Chen. "Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di penginapan. Kau harus ada di sisiku. Lagipula..."
Ia menatap mata dua warna Long Yin.
"...Aku rasa kau juga punya bakat. Bakat yang menakutkan."
Malam itu, di bawah cahaya bulan perak, tiga takdir yang terpisah mulai bergerak mendekat.
Ye Chen sang Pelindung. Long Yin sang Penyeimbang. Dan Cang Ni sang Penghancur, yang kini sedang memberikan pil curian itu kepada seekor anjing liar yang sekarat di gang gelap, menunjukkan sisi kemanusiaan terakhirnya sebelum benar-benar tenggelam dalam kegelapan.