NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:165.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pisau Angin Tak Kasat Mata

Lembah Angin Puyuh bukanlah tempat yang indah. Itu adalah parut luka di wajah bumi.

Terletak di celah sempit antara dua pegunungan batu kapur yang menjulang tinggi, lembah ini berfungsi sebagai terowongan angin alami yang memadatkan arus udara dari Dataran Utara. Akibatnya, angin di sini tidak pernah berhenti berhembus. Dan itu bukan angin sepoi-sepoi; itu adalah badai abadi yang membawa butiran pasir tajam dan bilah angin Qi alami.

Tiga hari perjalanan dari Hutan Kabut Hantu, kereta kuda rombongan Chen Kai akhirnya berhenti di bibir lembah.

Kuda-kuda biasa yang menarik kereta itu meringkik ketakutan, menolak untuk maju selangkah pun. Kulit mereka berdarah-darah halus hanya karena terkena hawa angin yang bertiup dari dalam lembah.

"Kita berhenti di sini," kata Chen Kai, melompat turun dari kereta.

Jubah hitamnya berkibar liar, mengeluarkan suara crap-crap-crap yang keras tertiup angin. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang menari-nari seperti ular hitam.

Manajer Sun turun dengan susah payah, wajahnya meringis. Bahkan dengan kultivasi Setengah Langkah Pembangunan Fondasi, dia harus mengaktifkan perisai Qi-nya terus-menerus agar kulitnya tidak tergores.

"Tuan Muda..." teriak Manajer Sun, berusaha mengalahkan suara deru angin. "Tekanan angin di sini setara dengan serangan terus-menerus dari kultivator Tingkat Delapan! Di bagian dalam, mungkin setara Pembangunan Fondasi! Ini tempat bunuh diri!"

Xiao Mei, yang hanya berada di Tingkat Empat, wajahnya pucat pasi. Dia berlindung di balik punggung Chen Kai, tidak berani melangkah keluar dari perlindungan aura Chen Kai.

"Justru itu yang kubutuhkan," kata Chen Kai tenang.

Dia menoleh ke arah Manajer Sun.

"Sun, bawa Xiao Mei dan kereta ini mundur lima mil. Cari gua yang aman di luar zona angin. Kalian tidak akan bertahan di dalam sini."

"Tapi Tuan Muda... siapa yang akan menjagamu?"

"Aku tidak butuh dijaga. Aku butuh fokus," kata Chen Kai. Dia menyerahkan sebuah kantong penyimpanan pada Sun. "Di dalamnya ada sepuluh ribu Batu Roh dan beberapa formasi pertahanan dasar. Buat kemah yang aman. Jika aku tidak keluar dalam sepuluh hari... berarti aku gagal."

Manajer Sun menatap mata Chen Kai. Dia melihat tekad baja di sana.

"Baik, Tuan Muda. Kami akan menunggu. Hati-hati... angin di sini konon memiliki 'kesadaran'."

Manajer Sun segera memutar kereta, membawa Xiao Mei menjauh dari zona bahaya.

Chen Kai berdiri sendirian di bibir lembah.

"Yao," panggilnya dalam hati. "Analisis."

"Angin ini mengandung Elemen Angin yang sangat murni dan tajam," suara Kaisar Yao terdengar tertarik. "Ini tempat yang sempurna untuk menempa 'Tulang Api'-mu. Tulangmu sudah kuat menahan benturan dan panas, tapi ketahananmu terhadap pemotongan masih perlu diuji."

"Kalau begitu, mari kita uji."

Chen Kai melangkah masuk ke dalam lembah.

SREEEEET!

Begitu dia melewati batas bebatuan, angin itu tidak lagi sekadar mendorong. Angin itu memotong.

Pakaian luar Chen Kai langsung memiliki lusinan robekan halus. Dia merasakan kulitnya perih, seolah digores pisau silet tak kasat mata.

Chen Kai tidak mengaktifkan perisai Qi-nya. Dia membiarkan tubuh fisiknya menahan serangan itu.

"Tulang Api... Aktif."

Kulitnya berubah menjadi warna tembaga kemerahan. Suara tring-tring-tring terdengar saat bilah angin menghantam kulitnya yang sekeras logam.

Dia berjalan terus, semakin dalam.

Satu mil ke dalam lembah. Angin semakin kencang. Batu-batu di sekitar sini licin dan berbentuk aneh, terkikis oleh angin selama ribuan tahun.

Tiba-tiba, Chen Kai merasakan bahaya. Bukan dari angin, tapi dari sesuatu yang bersembunyi di dalam angin.

SWISH!

Sebuah bayangan hijau pucat melesat dari balik batu, mengincar lehernya.

Cepat! Sangat cepat!

Chen Kai memiringkan kepalanya sedikit.

Sebuah bilah sabit tajam menebas udara di tempat lehernya berada tadi, memotong beberapa helai rambutnya.

Chen Kai berbalik dan meninju.

BUKK!

Tinjunya menghantam sesuatu yang keras seperti kitin serangga. Makhluk itu terlempar mundur, mendarat dengan lincah di dinding tebing.

Itu adalah Belalang Sembah Badai.

Ukurannya sebesar manusia dewasa, dengan tubuh hijau yang nyaris transparan menyatu dengan angin. Kedua lengan depannya adalah sabit raksasa yang tajamnya melebihi pedang baja biasa.

Aura makhluk itu... Puncak Tingkat Sembilan.

"Penjaga gerbang yang menarik," Chen Kai menyeringai.

Belalang itu mendesis, sayapnya bergetar menciptakan suara berdenging yang menyakitkan telinga.

WUSH! WUSH!

Ia melesat lagi, kali ini menciptakan dua bilah angin vakum dari ayunan sabitnya.

Chen Kai tidak menghindar. Dia mengangkat tangan kanannya.

"Cakar Naga Api Merah."

Dia menangkap bilah angin itu dengan tangan kosong!

KRAK!

Bilah angin itu hancur di genggamannya. Sebelum belalang itu sempat bereaksi, Chen Kai sudah menggunakan 'Langkah Kilat Hantu'.

Dia muncul di atas belalang itu.

"Kau terlalu lambat untuk angin."

Chen Kai menghentakkan kakinya ke punggung serangga itu.

"Hentakan Naga!"

KRAAAAK!

Tubuh belalang itu remuk seketika, menghantam tanah hingga menciptakan kawah kecil. Cairan hijau muncrat ke mana-mana.

Chen Kai mendarat, mengambil inti roh angin dari bangkai itu, dan lanjut berjalan.

Semakin dalam dia masuk, semakin banyak monster yang muncul. Serigala Angin, Elang Badai, dan lebih banyak Belalang.

Tapi bagi Chen Kai yang sudah berada di Pembangunan Fondasi, mereka hanyalah latihan pemanasan. Dia membantai jalan menuju pusat lembah, meninggalkan jejak bangkai di belakangnya.

Akhirnya, dia sampai di jantung lembah.

Di sini, angin berputar membentuk pusaran raksasa—sebuah tornado abadi yang terperangkap di antara tebing. Di pusat tornado itu (Mata Angin), terdapat sebuah platform batu datar yang anehnya tenang, meski dikelilingi dinding angin yang bisa mencabik baja.

"Itu dia," kata Yao. "Mata Angin. Tekanan di sana paling stabil tapi paling berat."

Chen Kai melompat menembus dinding angin tornado.

SRET SRET SRET SRET!

Ribuan sayatan muncul di tubuhnya dalam sepersekian detik saat dia menembus dinding angin itu. Darah segar muncrat dari kulit tembaganya. Rasanya seperti dikuliti hidup-hidup.

Tapi dia berhasil menembusnya.

Dia mendarat di platform batu di tengah. Di sini sunyi, tapi tekanannya luar biasa berat, seolah udara itu sendiri memiliki berat timah.

Chen Kai duduk bersila, mengabaikan luka-lukanya yang berdarah. Darah naganya sudah mulai bekerja menutup luka-luka itu.

Dia mengeluarkan dua benda dari cincin penyimpanannya.

Pil Pembersih Sumsum Sembilan Naga.

Teratai Hati Es Sembilan Kelopak.

"Satu Panas, satu Dingin," gumam Chen Kai. "Satu untuk tulang, satu untuk jiwa."

"Ini berbahaya, Bocah," Kaisar Yao memperingatkan. "Menggabungkan dua energi ekstrem di bawah tekanan angin tornado... jika kau gagal menyeimbangkannya, tubuhmu akan hancur."

Chen Kai menatap kedua benda itu.

"Aku tidak punya waktu untuk bermain aman, Yao. Musuh-musuhku semakin kuat. Aku harus melompati batasku."

Chen Kai membuka mulutnya.

Dia menelan Pil Pembersih Sumsum terlebih dahulu.

BOOM!

Panas membara meledak di dalam perutnya, seolah dia menelan naga api kecil.

Detik berikutnya, dia memakan satu kelopak Teratai Hati Es.

ZING!

Hawa dingin yang membekukan jiwa menyebar dari tenggorokannya, bertabrakan dengan panas pil tadi.

Di luar tubuhnya, angin tornado meraung. Di dalam tubuhnya, badai energi dimulai.

Chen Kai memejamkan mata. Kultivasi maut dimulai.

1
Bang Udin
ancaman ancaman boom boom prett,,bersambung,
Dinata Tea
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
saniscara patriawuha.
gasssssd polllll...
Dinata Tea
mantapppp, 🔥🔥🔥🔥🔥
Bang Udin
resiko besar bayaran kecil,,kurang sesuai,,
Wiji Lestari
joss
Dinata Tea
godjob 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Hendra Yana
lanjut
Dinata Tea
🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Leonn
🙏
Zainal Tyre
mantap harus dikasih vote
Eka Haslinda
jadi mksdnya setelah kepergian Chen Kai.. sekte di serang lagi gitu ya thor.. gimana nasibnya Chen Ling n guru Gu
Hendra Yana
gassss
Dinata Tea
mantap koalisi nya 🔥🔥🔥🔥🔥
Nanik S
waktunya bersih bersih musuh
Nanik S
Pil penawar racun
Nanik S
Ternyata seniornya
Hendra Yana
mantap
Zainal Tyre
jossssssss
Nanik S
Lelang Budak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!