NovelToon NovelToon
MANTAN TENTARA BAYARAN: IDENTITAS ASLINYA SEORANG MILIARDER

MANTAN TENTARA BAYARAN: IDENTITAS ASLINYA SEORANG MILIARDER

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Trauma masa lalu / Action / Romantis / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Mereka memanggilnya Reaper.

Sebuah nama yang dibisikkan dengan rasa takut di zona perang, pasar gelap, dan lingkaran dunia bawah.

Bagi dunia, dia adalah sosok bayangan—tentara bayaran tanpa wajah yang tidak meninggalkan jejak selain mayat di belakangnya.

Bagi musuh-musuhnya, dia adalah vonis mati.

Bagi saudara seperjuangannya di The Veil, dia adalah keluarga.

Namun bagi dirinya sendiri... dia hanyalah pria yang dihantui masa lalu, mencari kenangan yang dicuri oleh suara tembakan dan asap.

Setelah misi sempurna jauh di Provinsi Timur, Reaper kembali ke markas rahasia di tengah hutan yang telah ia sebut rumah selama enam belas tahun. Namun kemenangan itu tak berlangsung lama. Ayah angkatnya, sang komandan, memberikan perintah yang tak terduga:

“Itu adalah misi terakhirmu.”

Kini, Reaper—nama aslinya James Brooks—harus melangkah keluar dari bayang-bayang perang menuju dunia yang tak pernah ia kenal. Dipandu hanya oleh surat yang telah lusuh, sepotong ingatan yang memudar, dan sua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang Yang Berkuasa!

Kelas dipenuhi dengan suasana tenang dan fokus saat profesor terus berbicara, tetapi di barisan belakang, tidak semua mahasiswa memperhatikan. Membungkuk di atas buku catatan dan setengah tersembunyi di balik tas, sekelompok kecil siswa berbisik pelan dengan nada konspiratif.

"Semuanya sudah siap?"

"Ya. Mereka akan ada di kampus saat jam istirahat makan siang. Seperti rencana."

"Bagus," gumam si pemimpin, senyum puas muncul di wajahnya. "Anak desa itu perlu belajar tempatnya. Berjalan dengan Alicia seolah-olah dia pemilik kampus ini..."

Bel pun akhirnya berbunyi.

Di kafetaria, tawa dan suara piring beradu memenuhi udara hangat. Teman-teman berkumpul di meja langganan mereka, bergosip tentang tugas, gebetan, dan rencana akhir pekan.

Alicia duduk di meja biasanya di dekat jendela besar. Di sebelahnya, Jenny dan Grace mengobrol ramai di antara suapan, menceritakan gosip terbaru dari jurusan mereka.

Sementara itu, di sudut jauh kafetaria, James duduk sendirian seperti biasa dengan punggung tegak, sikap santai dan secangkir kopi hitam di tangan.

Lalu tiba-tiba dia melihat sesuatu yang aneh.

Sekelompok lima pria asing masuk ke kafetaria—bukan mahasiswa. Penampilan mereka kasar. Pakaian kasual, tapi bukan untuk kuliah. Mereka membawa tongkat yang terselip di balik jaket. Ya mereka adalah preman.

James tidak bereaksi, dia bahkan tidak menatap mereka yang bergerak kearahnya, dia hanya menyesap kopinya perlahan.

"Kudengar kau tidak suka ancaman kosong," ejek salah satu pria, sambil meretakkan buku jarinya. "Bagaimana kalau aku beri beberapa ancaman?"

James akhirnya menatap dari cangkir kopinya, "Kau..." tanyanya dengan suara datar. "Apakah kau mahasiswa disini?"

"Emangnya kenapa?" suara lain menyahut dengan nada sombong.

Kerumunan terbelah saat Roland Anderson melangkah maju, dengan gaya angkuh. "Keluargaku kenal ketua universitas ini. Tidak ada yang bisa menghentikan kami di sini."

James sedikit memiringkan kepala. "Oh, begitu?"

"Ya—begitu!" salah satu preman menyalak sambil menerjang ke depan.

BRUK.

Dia bahkan tidak sempat melihat apa yang terjadi. Gerakan kabur, sedikit putaran bahu James—dan pria itu sudah tergeletak tak sadar di lantai ubin. Ruangan hening. Percakapan berhenti di tengah kalimat dan semua mata tertuju pada mereka.

Dari seberang kafetaria, Alicia, Jenny, dan Grace berdiri terpaku sejenak sebelum bergegas ke arah James.

"James..." panggil Alicia lembut, kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya.

Dia tidak menatapnya. "Biarkan aku yang mengurus mereka, Alicia," katanya. "Aku ingin semua orang tahu apa arti sebenarnya dari kampus ini."

Alicia berhenti... lalu mengangguk.

James berbalik ke arah kelompok itu. "Jadi, sampai di mana tadi kita? Ah, ya—kau mengatakan kalau kau kenal dengan ketua universitas."

Seorang preman lain menerjang. James langsung menangkapnya di udara, mengangkatnya dengan kedua tangan, lalu membantingnya keras—tepat di kaki rekan-rekannya. Sisanya menyerang serentak, berpikir jumlah bisa mengalahkan kemampuan.

James bergerak seperti Reaper yang terlahir kembali. Setiap serangan cepat, terkontrol, dan presisi. Satu orang mencoba memukulnya dengan tongkat—James menangkapnya di tengah ayunan, mematahkannya jadi dua, lalu menggunakan potongannya untuk menjatuhkan dua lainnya.

Yang lain menyerang dengan tinju. James menunduk, berputar, lalu menghempaskan pria itu ke meja, menimbulkan suara beradu nampan dan seruan kaget. Seseorang mencoba menangkapnya dari belakang—James memutar tubuh dan melemparnya dengan lemparan bersih di atas bahu.

Preman terakhir, ketakutan, tersandung mundur dan kabur.

Para mahasiswa menatap, mata membulat dan bertanya-tanya siapa sebenarnya pria ini?

Alicia berdiri kaku. Bahkan dia belum pernah melihat James seperti ini sebelumnya. Tangan Grace menutup mulutnya. Jenny berbisik, "Dia menumbangkan mereka semua..."

James menepuk bajunya pelan, lalu menatap Roland Anderson yang masih berdiri membeku, gemetar. "Jadi, Roland Anderson... itu namamu, kan?"

"Mari kita lihat apa yang dikatakan ketua universitasmu," ujar James dingin sambil mengeluarkan ponselnya.

Dia menekan nomor.

Ketua Roger langsung mengangkat.

"Halo, Tuan Brooks," suara di ujung sana terdengar hormat.

"Ketua, apakah Anda di kantor hari ini?" tanya James.

"Ya, aku di lantai bawah kafetaria."

"Kalau begitu naiklah. Aku ingin berbicara denganmu."

"Aku segera ke sana."

Klik.

Semua mata beralih ke Roland. Ke James. Ke para preman yang masih mengerang di lantai. Bagaimana bisa ketua universitas bersikap se-hormat itu... kepada seorang mahasiswa?

Bahkan Alicia tampak terkejut.

Beberapa menit kemudian, Ketua Roger menerobos masuk ke kafetaria, wajahnya tegang. Dia berhenti seketika saat melihat pemandangan itu—lima pria tergeletak, meja berantakan, dan James berdiri tenang di tengah ruangan.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Roger, menatap antara korban dan kerumunan.

"Pertanyaan yang sama ingin aku tanyakan padamu," jawab James.

Dia menunjuk Roland. "Yang ini mengatakan ayahnya kenal denganmu. Begitulah mereka bisa masuk ke kampus."

Wajah Roger mengeras lalu menjawab. "Ya, aku pernah bertemu ayahnya sekali. Di acara amal. Tapi itu tidak berarti dia memiliki wewenang di sini."

Dia menatap Roland dengan nada sedingin baja. "Ayahmu tidak memiliki universitas ini."

James menambahkan tajam, "Tanpa izin resmi, apakah orang luar bisa masuk kampus ini?"

"Sama sekali tidak," Roger mengangguk. "Akan kupanggil kepala keamanan kampus."

James mengangkat tangan. "Tidak perlu. Aku ingin dia di sini dalam satu menit."

Roger berbalik dan berbicara lewat ponselnya. Tak lama kemudian, kepala keamanan datang, wajahnya pucat saat melihat kekacauan itu.

"K.. Ketua," gumamnya gugup.

Ketua Roger maju. "Ini kepala keamanan, Tuan Brooks."

James tidak bergerak, suaranya turun, "Katakan—bagaimana orang-orang ini bisa masuk kampus?"

Pria itu mencoba menegakkan dada. "Siapa kau? Kenapa aku harus menjawabmu?"

PLAK.

Ketua Roger menamparnya keras.

"Jawab saja pertanyaannya!" bentaknya, urat di leher menegang.

"Aku... aku minta maaf," gagap kepala keamanan itu, mata berkaca-kaca. "Mahasiswa ini—dia menawariku uang. Katanya hanya lelucon kecil. Aku membiarkan mereka masuk..."

James berbalik dan menamparnya juga hingga membuatnya jatuh ke lantai.

"Kau mengambil apa?" geram James.

Pria itu tetap di lantai, tak berani menjawab.

James menatap kembali ke Roger. "Aku tidak ingin dia berada di kampus ini lagi."

Rogers tak ragu. "Dia dipecat. Efektif mulai sekarang."

Petugas itu menatap, ingin memohon—tapi bibirnya tak bergerak. Tatapan James saja sudah cukup membuatnya lumpuh.

Kerumunan belum sempat bernapas ketika James kembali menatap dingin ke arah si bocah kaya yang gemetar. "Jadi, Roland Anderson, apa yang kau katakan tadi?"

"Kau tidak akan lolos dari ini," katanya dengan nada memaksa. "Perusahaan ayahku bekerja sama dengan Jasper Global... bahkan keluarga Alicia tidak akan bisa menolongmu. Dan setelah kuliah, aku akan menjadi CEO berikutnya. Kau dan keluargamu—selesai sudah."

Lalu... dia tersenyum.

"Mari kita lihat," ujar James pelan, "apakah perusahaanmu masih ada besok pagi."

Dia mengeluarkan ponselnya lagi dan menekan nomor lalu mengaktifkan speaker.

"Paula."

"Ya, bos?" Jawab Paula

James tidak berkedip. "Apakah kita memiliki kontrak dengan The Anderson Group di Crestent Bay?"

Paula menjawab tanpa ragu. "Oh, mereka? Tunggu... Ya, bos. Mereka menangani logistik sekunder untuk salah satu proyek kecil kita. Tidak terlalu penting."

"Batalkan kontraknya," kata James dengan nada tajam. "Beritahu mereka bahwa Jasper Global tidak bekerja sama dengan perusahaan yang calon CEO-nya tidak tahu batas dirinya."

Lalu Paula menjawab dengan nada tajam, "Dimengerti. Akan kubuat mereka sangat menyesal."

Panggilan berakhir.

Orang-orang saling berpandangan dengan terkejut.

Jasper Global?

Siapa sebenarnya pria ini?

Bahkan Alicia terpaku, campuran kaget dan kagum di wajahnya. Jenny dan Grace bertukar pandang lebar dan para mahasiswa mulai berbisik.

Lalu—

"Kau sangat pandai berakting," ejeknya, "Kau pikir panggilan palsu akan—"

Ponselnya berdering, begitu melihat nama penelepon, wajahnya langsung pucat.

Dia menjawab dengan tangan gemetar. "Ayah?"

"Apa yang kau lakukan?"

"A-Ayah?"

"Aku baru saja mendapat panggilan dari Jasper Global. Apa yang sudah kau katakan pada mereka? Segera datang ke perusahaan. Sekarang."

Roland terpaku. "Y-Ya, Ayah. Aku datang..."

Dia menutup telepon dan menoleh kearah James dengan pucat, lalu dia berlari. Tanpa sepatah kata pun.

1
Zandri Saekoko
author
kapan lanjutan sistem kekayaan itu author tiap hari saya liht tapi blm ada lanjutan
Rocky
Ternyata ini misi terakhir secara tersirat yang dimaksudkan Sang Komandan..
Zandri Saekoko
mantap author
lanjutkan
Zandri Saekoko
mantap author
king polo
up
king polo
update Thor
king polo
up
king polo
update
july
up
july
update
Afifah Ghaliyati
up
Afifah Ghaliyati
lanjutt thorr semakin penasaran nihh
eva
lanjut thor
eva
up
2IB02_Octavianus wisang widagdo
upp lagi broo💪
Zandri Saekoko
lanjut thor
Wulan Sari
lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
Coffemilk
up
Coffemilk
seruu
sarjanahukum
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!