Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KE MANA?
Adel masuk rumah sakit, Kai. Dia mencoba bunuh diri, sekarang dia di rumah sakit X.
Suara Yudha di telepon terngiang-ngiang di kepala Kaisar. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan ia tak mengirim pesan pada Iswa. Pikirannya tertuju pada sang mantan, khawatir Kaisar disalahkan oleh semua pihak kalau Adel mati.
Berbagai doa dirapalkan Kaisar agar Adel baik-baik saja. Bukan masih cinta, tapi ia tidak ingin Adel mati konyol hanya karena putus cinta. Sampai di rumah sakit, ia langsung menuju IGD, kata Yudha tadi kejadiannya kurang lebih satu jam yang lalu, kemungkinan masih belum di kamar inap.
Ada Ivon, sahabat Adel berdiri dengan gelisah di depan pintu IGD. "Von!" panggil Kaisar, gadis itu hanya memasang wajah jutek. Paham sekali kalau orang terdekat Adel akan menyalahkan Kaisar.
"Sini lo!" ucap Ivon menarik tangan Kaisar ke tempat lebih sepi.
"Lo kenapa sampai blokir Adel? Semua akses lo blok, WA, IG. Lo punya otak gak si Kai, Adel udah kecintaan sama lo, tapi lo nya gampang banget putus sama dia, hanya karena boncengan. Alasan lo gak masuk akal."
"Gue udah mengajak dia putus baik-baik, gak akan ada yang terima, Von, seorang pacar kalau kekasihnya boncengan dengan cowok lain dan itu lebih dari sekali, tanpa izin lagi. Sekarang gini deh, orang putus cinta gak hanya Adel, tapi gak berbuat konyol juga. Putus-putus aja."
"Terus kalau sikap lo kayak gini? Ngapain ke sini?"
"Gue cuma mau tahu keadaan Adel doang."
"Sinting lo, dia sekarat, dia hampir mati konyol karena lo. Sudah lebih dari seminggu dia mabuk, gak mau makan, puncaknya dia tahu lo ujian skripsi pagi ini, tandanya lo udah gak bakal ke kampus lagi, dia semakin jauh dari lo!"
"Kadang biar waras harus ditampar kenyataan dulu, Von!"
"Lo jadi cowok enteng banget sih. Awas karma, ditinggal orang yang lo cintai, lo bakal merasakan apa yang Adel rasakan sekarang!" ucap Ivon jengkel setengah mati. Kaisar hanya berdecak sebal dan ikut menunggu perkembangan Adel meski tak bicara lagi dengan Ivon, mama dan papa Adel masih otw dari Malaysia, perjalanan bisnis, sehingga Ivon diminta untuk menjaga Adel.
Ivon setiap hari akan cek keadaan Adel, selonggar dia kalau gak ada bimbingan. Sebagai anak tunggal dan sering ditinggal oleh kedua orang tuanya, Adel di rumah hanya ditemani oleh Mbak ART saja, saat Ivon cek kala itu ia kaget setengah mati, nadi Adel teriris dan ada cutter di sebelahnya, darah sudah berceceran, ia langsung menggunting kelambu dan mengikatkan ke pergelangan Adel.
Gadis itu masih tidur, sudah dipindah ke kamar inap. Kaisar masih menunggu, ia juga tak berniat memberi kabar pada Iswa. Takut kalau sang istri meminta cerai karena masih peduli pada Adel.
Orang tua Adel juga sudah datang, ikut marah dan hendak menghajar Kaisar juga, namun sang mama menahannya. Beliau sedikit waras bahwa putus cinta di kalangan remaja biasa saja, sayangnya Adel yang tak bisa pikir panjang.
Iswa pulang sekitar pukul 4 sore, keadaan rumah sepi sekali. Memang mertuanya keluar kota, menghadiri undangan teman papa yang menikahkan anaknya, sedangkan Sakti juga ke luar kota. Iswa masuk kamar, menganggap Kaisar tidur mungkin capek karena ujian skripsi, begitu masuk kamar, Iswa terharu karena kamar sangat rapi, dan wangi namun tak ada Kaisar di ranjang. Ia cek ponsel juga gak ada kabar, sengaja hari ini meliburkan adik lesnya. Ada ujian sekaligus ingin merayakan ujian skripsi sang suami.
Namun sampai isya, Kaisar tak kunjung datang. Iswa tiga kali menelepon, dan hanya kirim chat kakak di mana? saja, tak direspon juga. Iswa menduga Kaisar diam-diam mungkin menemui Adel, karena Kaisar akan fast respond bila Iswa yang chat atau telepon sejak baikan.
"Aku bakal menunggu kamu pulang dan memberi penjelasan," gumam Iswa yang sekarang sudah merebahkan diri di ranjang. Sebagai istri tentu dia tak bisa tidur, baru kali ini Kaisar tak pulang selama 3 bulan pernikahan. Sedingin-dinginnya hubungan mereka, Kai pasti pulang. Tengah malam, Iswa keluar kamar. Sengaja menunggu di ruang tamu, kadang juga pindah ke ruang tengah tak lupa mengintip di jendela siapa tahu motornya datang. Saat tanya di Mbak, mereka hanya bilang Kaisar keluar hanya memakai kaos dan jeans dan jaket saja, tak membawa tas atau apapun. Iswa sekali lagi chat dan missed call Kaisar, tapi tetap tak ada respon dan hanya centang 2 abu.
"Kamu bisa berbuat sesuka mu, maka aku juga bisa mengambil keputusan sesukaku."
Hingga Iswa tak sadar kalau dirinya ketiduran di sofa ruang tengah. Sakti datang tepat shubuh, kaget melihat Iswa tidur di sofa ruang tengah. Ia bertanya pada Mbak ART yang sudah sibuk dengan urusan dapur.
"Wa! Wa!" Sakti membangunkan adik iparnya, menepuk pundak Iswa namun ia tak segera bangun.
"Kemungkinan baru tidur kayaknya, Den!" ucap Mbak ART yang sempat melihat Iswa masih terjaga saat tengah malam, Mbak kaget saja kok ruang tengah masih menyala.
Sakti pun membiarkan saja, dia pun naik ke kamarnya. Bersih-bersih badan dan sholat baru membangunkan Iswa. Nyatanya Iswa sudah bangun saat Sakti turun.
"Kai ke mana?" tanya Sakti saat keduanya sudah di meja makan untuk sarapan, hari ini Sakti cuti dulu, WFH saja, badannya perlu istirahat.
Iswa menggeleng. "Udah kamu chat? Telepon."
Iswa mengangguk saja, ia masih kantuk tapi ada ujian pagi ini. Bahkan ia tak belajar sama sekali, otaknya terlalu berisik berprasangka buruk pada Kaisar.
"Nanti aku chat deh, kemarin aku chat masih balas."
"Jam berapa?"
"Jam 11an."
"Iya aku juga masih chat jam segitu, dia baru selesai ujian kayaknya. Gak chat itu setelah dhuhur!" ucap Iswa. Sakti mengangguk dan menyuruh Iswa sarapan, bahkan Sakti menawarkan mengantar Iswa, namun ditolak.
Iswa mengendarai motor dengan kesadaran setengah penuh, benar badannya mengikuti arah jalan, tapi kepalanya sedang menebak ke mana Kaisar berada.
"Kalau ternyata dia semalaman sama Adel, tentu dia telah melakukan banyak hal bersama, apalagi aku gak bisa kasih haknya, bisa saja mereka melakukan dengan dalih jatah mantan. Ah ternyata dia tidak bisa menjaga kesepakatan, memang lebih baik dari awal kita cerai," gumam Iswa selama perjalanan menuju kampus. Sejenak ia melupakan Kaisar dulu, fokus pada kuliah, masih ada waktu setengah jam untuk mempelajari diktat materi. Kalau harus cerai juga gak pa-pa, asalkan kuliah juga gak hancur. Cinta boleh kalah, tapi pendidikan jangan. Karena yang membuat perempuan berharga juga karena pendidikan dan isi otaknya.
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah