I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7.
🕉️🕉️🕉️
Juna berjalan mendahului Sanis yang terlihat kaget saat ia bergumam tadi, Juna memang bodoh! Jarak mereka tadi dekat jelas saja Sanis tadi mendengar suaranya itu.
"Aneh." gumam Sanis yang mengikuti Juna dari belakangnya yang berjalan mengelilingi lapangan itu, ada taman disana dan sebenarnya itu adalah taman kota.
"Eh ada Ara." sapa Sanis pada Ara yang duduk dengan dua orang laki-laki, karena Sanis dan Juna datang dari belakang, jadi ia tidak tau jika dua orang laki-laki itu adalah teman sekelas mereka juga.
"Loh? Kalian juga disini ?" tanya Sanis pada Wisnu dan Kris.
"Gue duluan ngajakin Ara." Gumam Wisnu yang pergi meninggalkan teman-temannya.
"Dia kenapa sih?" tanya Sanis heran pada Ara yang menarik tangannya menjauh dari cowok-cowok itu.
"Kemarin gue di ajak lari pagi sama Wisnu, terus gue datang sama Kris, awalnya dia nganterin gue tapi, akhirnya dia ikut disini juga." jelas Ara pada Sanis, memang sejak dulu ada sedikit konflik dari mereka.
"Pantesan aja kayak gini." ujar Sanis pada Ara. Yang terlihat merasa bersalah karena melibatkan Kris
"Gak apa-apa deh ya, tapi gue takut itu bakalan terjadi lagi nis." Sanis menggelengkan kepalanya.
"Enggak, itu gak akan terjadi lagi Ra, gue yakin ada yang tulus diantara mereka." ucap Sanis yang menenangkan hati sahabatnya itu.
🕉️🕉️🕉️
"Heh, Lo berdua bermasalah lagi ?" tanya Juna pada Kris dan Wisnu di masing-masing di sebelahnya. Sedangkan mereka berdua hanya diam tanpa memberikan jawaban pada Juna.
"Ya, gue tau kalau Lo yang ngajakin duluan." ucap Kris yang berhenti di belakang mereka. Wisnu berbalik dan menghampiri Kris, Juna deg-degan ketika mereka berhadapan dengan tatapan tajamnya.
"Tapi niatnya gue cuma nganterin dia ajah, gak ada maksud lain sih. Lagian gue marah sama dia pagi-pagi udah cantik gitu." ucap Kris panjang lebar tentang tadi pagi Ara yang tidak memberi tau jika ia hendak pergi bersama teman-temannya.
"Hm, Ara pergi sama orang lain aja Lo sigap, kalau Ara pergi sama gue ajah Lo bermasalah sama dia dan ketika Lo pergi sama orang lain, Ara gak pernah masalah!?" sinis Wisnu lagi pada temannya itu, Juna yang masih tak mengerti tentang obrolan mereka.
"Gue gak paham." ucap Juna, kedua temannya menyadari jika ada temannya juga disini.
"Kita bakalan Kasik tau Lo jika sudah waktunya." ucap Kris yang merangkul bahu kedua temannya itu.
🕉️🕉️🕉️
"Kalian capek, gue beli minum sebentar ya." ucap Juna yang pergi ke tempat penjual minuman.
"Kalian masih ada masalah ? Kalian kasik tau Juna gak?" tanya Ara pada Wisnu dan Kris yang menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Nanti ajah dia tau sendiri, atau nanti kita yang urus " Kata Wisnu pada Sanis yang menganggukkan kepalanya setuju.
"Yaudah gue mau pergi ajah deh, Wis gue titip Ara sama Lo." ucap Kris yang langsung pergi dari tempatnya.
Juna datang dengan wajah bingungnya yang menatap Kris pergi. Dan pamitan pada Juna juga tadinya.
"Hmm, dia kenapa?" tanya Juna pada teman-temannya.
"Emm, enggak apa-apa dia kan tadi cuma nganterin Ara kesini abis tu pulangnya Ara sama gue ajah." ujar Wisnu pada Juna yang memberikan minuman kepada mereka semua.
"Btw, Sri mana ya. Rasanya gue kemaren ngajakin dia." ucap Juna pada Ara dan Wisnu yang memberikan kode kepada mereka berdua.
"Dia katanya kesiangan." jawab Wisnu yang mengecek handphonenya itu.
"Udah siang nih, gue mau pulang aja." ucap Sanis pada teman-temannya. Juna ikut bangun dari tempatnya itu.
"Gue ikut pulang!?" ucap Juna pada Sanis yang di setujui oleh gadis itu lalu menarik tangannya dari tempat Ara dan Wisnu disana.
"Biarin , mereka berduaan dulu." ujar Sanis pada Juna yang setuju dengan pernyataan Sanis.
"Kalian nyembunyiin sesuatu dari gue," ucap Juna pada Sanis yang menganggukkan kepalanya.
"Apa kalian punya rahasia?" tanya Juna lagi dengan keponya can menarik Sanis ke bangku taman lengkap dengan mejanya itu dan duduk disana.
"Kasik tau gue dong, gue janji gak akan pernah kasik tau siapa-siapa." mohon Juna pada Sanis. Yang mengeluarkan wajah lucunya itu.

"Iya, tapi nanti pas kita-kita memang mau berbagi rahasia sama Lo." ucap Sanis yang menahan diri untuk tidak menatap wajah manis Juna.
Sanis bangkit dari duduknya dan pergi ke luar lapangan menyebrangi jalan raya dan masuk gang, Juna dengan cepat mengikuti gadis itu yang membuatnya berlari mengejarnya.
🕉️🕉️🕉️
"Nis, gue kerumah Lo bentar ya." ucap Juna yang kelelahan, terengah-engah karena cowok itu berlari mengejar Sanis. Sanis terkejut dengan pernyataan temannya ini, karena ia tidak ingin terjadi sesuatu pada temannya lagi, jadi ia tak ingin Juna masuk ke rumahnya juga.
"Kenapa, gak boleh?" tanya Juna yang menyadari bahwa raut wajah Sanis tak menyetujuinya.
"Enggak sih, bukan gitu Jun. Lo gak tau ajah kalau di rumah gue. ..."
"Tenang Sanis, gue tau kok. Tapi ...."
"Gak Juna! gue gak mau terjadi apapun sama Lo nanti." ucap Sanis dengan suara bergetar yang terlihat ketakutan. Ada sesuatu di dalam rumah itu yang tak di ketahui oleh orang lain.
"Okelah, mungkin lain kali ajah." ucap Juna pada Sanis yang di angguki oleh gadis itu yang tengah berkaca-kaca menatapnya. Juna tau apa yang menimpa Sanis sejak ia pertama kali kerumah Sanis, ia merasa ada yang tidak beres.
"Maaf ya, Arjun." ucap Sanis padanya yang menundukkan kepalanya. Juna menaikan dagu gadis cantik ini, agar menatap wajahnya.
"Gak apa-apa Nis, gue paham dan suatu saat Lo akan tau jalan keluarnya." jelas Juna pada gadis itu yang mengangguk sambil tersenyum. Juna mengusap air mata gadis itu, perasaan apa yang bergetar ini.
"Gue duluan ya," ucap Juna yang tadi hanya memarkir motornya di luar rumah Sanis. Juna menatap mata gadis itu masih ada rasa takut untuk mengundang temannya kerumahnya ini.
🕉️🕉️🕉️
Sedangkan Ara dan Wisnu masih di taman itu. Mereka adalah sahabat Sanis dan Kris sejak mereka SMP sampai saat ini dan di dalam persahabatan akan ada yang namanya kisah cinta, terjadi di dalam hubungan mereka. Sangatlah rumit jika ini terjadi karena adanya perasaan diantara sahabatnya.

"Wis, apa gue harus bertahan dengan perasaan yang gue punya? lalu gue tau kenyataan bahwa dia memilih orang lain?" tanya Ara pada cowok itu. Wisnu hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari gadis ini.
"Persis seperti yang sekarang gue rasain Ra," Wisnu membathin menatap mata gadis itu dengan senyumannya saja, hanya itu yang ia lakukan sekarang jika tidak maka pertahanannya akan runtuh.
"Kenyataannya sangatlah pahit, bertahan itu sakit, tapi apa salahnya kalau berjuang." jawab cowok tersenyum pada Ara yang menundukkan kepalanya. Rasanya memang sulit memiliki perasaan pada sahabatnya sendiri, jadi serba salah jika jadi seorang Ara.
"Tapi Ra, gue percaya sama lo dan kembali lagi sama diri sendiri, bagaimana keputusan lo nanti." lanjutnya lagi mengusap pucuk kepala Ara, gadis itu menikmati lembutnya belaian, rasanya sakit jika di dada seperti tenggelam di lautan dalam. Sakit jika menjadi Wisnu sekarang yang tenggelam dengan seorang Ara gadis cantik yang di incar satu sekolah.
"Wis, apa gue salah mencintai sahabat sendiri?" tanya Ara pada cowok itu yang menggelengkan kepalanya selalu tersenyum lagi, tak hentinya mengukir di depannya sekarang.
"Gak salah Ra, cinta terjadi kapan saja." Jawabnya pada gadis itu, walaupun Ara memang tau jika ini terjadi karena memang sudah waktunya.
"Gue memang mencintai Lo Ra, kalau cinta Lo itu untuk orang lain. Gue rela asalkan Lo bahagia dan gak maksain kehendak hati Lo, karena gue bahagia ketika Lo sama seorang yang Lo cintai sekarang."

Iya Ara memang tau itu, tapi ia masih dalam keadaan memastikan bahwa hatinya sebenarnya untuk siapa, dan ia berjuang untuk siapa dan ada juga yang memperjuangkan dirinya juga.
Wisnu tersenyum kepadanya ia percaya bahwa Ara bisa menyelesaikan masalah hatinya itu.
Senyumannya itu sangatlah berharga bagi Ara, sebuah candu untuk sebagian gadis di sekolahnya termasuk dirinya yang terjerumus ke dalam jurang hatinya.
🕉️🕉️🕉️
Sanis masuk ke dalam rumahnya dan mendapatkan tatapan mata tajam dari seorang wanita paruh baya, yang masih terlihat cantik sekaligus tubuhnya masih terjaga.
"Dari mana saja kamu?" tanya wanita dengan nada sinis. Pakaiannya serba hitam dan rambutnya panjang terurai, bibirnya merah menyala.
Sanis terlihat gugup dan ketakutan jika berhadapan dengan wanita ini, banyak desas-desus tentangnya.
"Pasti dia keluar sama cowok tuh." jawab seorang gadis yang turun dari tangga dengan tatapan yang sama.
"Enggak, cu ... cuma olahraga ajah." jawabnya bergetar, memundurkan langkahnya tertahan dengan tembok di belakangnya.
"Bukannya kerja malah asik pacaran!" bentak wanita itu pada Sanis yang menundukkan kepalanya takut, wanita itu tertawa meremehkannya.
"Nanti sore kamu gak boleh kemana-mana dan kamu harus ikut kakakmu itu!" Pinta wanita itu pada Sanis yang menganggukkan kepalanya mengerti lalu pergi ke kamarnya.
Sanis menangis di dalam kamarnya dan memeluk sebuah bingkai foto wanita yang sangat ia rindukan sekarang.
"Bundaa, Sanis kangen sama bunda." Lirih Sanis menangis tersedu-sedu di pojokan kamarnya ini.
"Bundaaa dimana? Kenapa bunda ninggalin Sanis sama ayah? Sanis gak mau disini."
"Sanis bunda disini." gadis itu kaget dan mencari sumber suara dan melihat ibunya tersenyum dan merentangkan kedua tangannya seakan ingin di peluk. Ia sangat merindukan sosok ibunya dan berlari menuju ibunya.
Tangan besar hitam dengan kuku panjangnya, mencengkram erat wajah ibunya lalu menghilang di dalam lingkaran cahaya hitam itu.
"Buuundaaa,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung ........