NovelToon NovelToon
Permaisuri Raja Langit

Permaisuri Raja Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nafsienaff

Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.

“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.

“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.

Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26

Hari libur yang seharusnya menjadi waktu bersama Artha bagi Dewi juga hari istirahat untuk Doni sirna karena ulah Marchel.

Bayangkan saja, Doni, Sita, juga Dewi mencari Marchel dan Artha keliling kota saking khawatir nya. Mereka bahkan tidak sempat sarapan. Mereka khawatir terjadi sesuatu pada Marchel karena Artha yang bisa menahan diri dari emosinya.

Sementara itu di tempat lain tepat nya di pinggir jalan, Artha dan Marchel duduk berdua. Keberadaan mereka menarik perhatian orang orang disekitar. Tentu karena penampilan tidak biasa Artha.

“Kek.. Sebenarnya aku bingung. Aku suka sama Dewi. Tapi kok seperti nya Dewi selalu menghindar dari aku ya? Padahal aku ganteng iya.. Kaya, ya lumayanlah masih bisa jajanin dia..” Tiba tiba Marchel mencurahkan isi hatinya. Pria itu menganggap Artha yang di anggapnya sebagai kakek Dewi akan memberinya dukungan.

“Permisi den, ini buburnya.” Tiba tiba seorang pria bertopi datang dan memberikan dua mangkuk bubur ayam beserta dua gelas teh manis hangat.

Marchel menerima dengan senyuman manis. Tidak lupa dia berterima kasih pada penjual bubur tersebut.

“Kita cerita sambil sarapan kek.” Ujar Marchel.

Artha meski sangat kesal tapi menerima saja perlakuan Marchel. Artha tidak ingin melukai Marchel karena itu pasti akan membuat Dewi dan kedua orang tuanya dalam kesulitan.

“Aku lihat kakek seperti nya sangat dekat dengan Dewi. Menurut kakek aku harus bagaimana?”

Artha berdecak. Dia mengaduk aduk bubur ayam di mangkuknya dengan tidak berselera. Seharusnya sekarang dirinya sedang sarapan bersama Dewi dan kedua orang tuanya. bukan malah sarapan di luar hanya berdua dengan Marchel.

“Aku janji kek, kelak aku akan menjadi suami yang baik dan siaga untuk Dewi. Mohon bantuannya ya kek..”

TAK !!

Artha sudah berada di ujung emosinya. Dia memukul keras mangkuk bubur di tangannya. Artha tidak terima dengan ucapan Marchel yang mengatakan akan menjadi suami Dewi. Karena dari awal sampai akhir bahkan selamanya Dewi hanyalah miliknya.

Marchel menoleh. Dia menatap bingung pada Artha yang tiba tiba memukulkan sendok ke mangkuk bubur nya.

“Kakek kenapa? Apa buburnya tidak enak? Atau kakek mau sarapan yang lain saja?” Marchel benar benar tidak bisa membaca ekspresi kesal Artha. Pria itu bertingkah seolah hubungan nya dengan Artha begitu baik sekarang.

“Aku tidak ada waktu dengan semua omong kosong kamu.” Tegas Artha.

Dia bangkit dari duduknya kemudian meletakkan semangkuk bubur ayam yang masih penuh itu di tempat yang tadi dia duduki. Setelah itu Artha pun berlalu pergi meninggalkan Marchel yang kebingungan.

“Aduh.. Bahaya kalau kakek nyasar.” Tidak mau di salahkan jika Artha nyasar, Marchel pun segera mengejarnya.

“Kek, jangan merajuk begitu. Baiklah aku ajak kakek cari sarapan yang lebih enak. Ayoo..”

Lagi lagi Marchel bersikap seenaknya. Marchel menggandeng tangan Artha dan menariknya begitu saja agar mengikuti nya. Kali ini Artha benar benar di buat kesal namun tidak berdaya.

“Kalau saja bukan karena Dewi, aku sudah membunuhmu.” Gumam Artha tajam.

Pagi itu Artha terus di ajak ke berbagai tempat oleh Marchel. Marchel juga tidak henti hentinya mencurahkan isi hatinya sampai menangis sesenggukan. Marchel merasa bingung bahkan hampir putus asa dalam menarik perhatian Dewi.

Artha ingin sekali meninggalkan Marchel sendiri. Namun karena dari awal Marchel mengira dirinya adalah kakek Dewi, Artha pun tidak punya alasan untuk pergi.

Alhasil Artha hanya diam dengan cuek serta wajah datar mendengar setiap ocehan tidak penting Marchel.

“Ya ampun yah, kita sudah keliling cari Artha dan Marchel tapi belum juga ketemu.. Mereka benar benar nggak ada dimana mana..” Sita benar benar gusar. Wanita itu takut sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.

“Sabar ya bu.. Ayah yakin mereka akan baik baik saja..”

Dewi yang berada di kursi belakang mobil hanya bisa menghela napas. Sesaat Dewi berpikir ingin memanggil Artha dengan caranya, namun Dewi langsung mengurungkan niatnya itu karena Artha pasti sedang bersama Marchel sekarang. Marchel pasti akan shock jika tiba tiba Artha hilang dari pandangan matanya.

“Yah.. Artha bisa melukai Marchel kapan saja. Apa lagi Marchel begitu sok kenal dan sok dekat. Artha pasti nggak suka.”

“Artha nggak begitu bu.. Artha orang yang baik.” Dewi tidak terima dengan pandangan buruk ibunya pada Artha. Gadis itu menyela ucapan ibunya dengan cepat karena apa yang di katakan ibunya tentang Artha tidak benar. Menurut Dewi Artha adalah sosok yang baik, penyayang, juga penuh perhatian dan kelembutan.

Doni menelan ludah.

“Sudah tidak perlu berdebat. Bu.. Kita nggak boleh berprasangka buruk pada orang lain. Positif thinking saja.”

Sita menganggukkan kepalanya. Dia tidak bermaksud menyinggung putrinya yang memang sangat dekat dengan Artha.

Melihat ibunya mengangguk pelan, Dewi langsung merasa bersalah. Tidak seharusnya dia berbicara kasar hanya karena tidak terima dengan pandangan ibunya terhadap Artha.

“Bu...” Dewi mendekat pada ibunya. Dia memeluk bahu ibunya dari belakang.

“Maafin Dewi.. Dewi nggak bermaksud kasar sama ibu..” Lirih Dewi.

Sita tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya. Dewi tidak salah menurut nya. Justru Sita yang merasa bersalah karena sudah berpikir buruk pada pria yang selalu melindungi putrinya.

“Ya sayang.. Nggak papa.. Ibu yang salah.. Ibu juga minta maaf..” Sita mengusap usap lengan Dewi yang memeluk bahunya.

Doni tersenyum lega. Doni bersyukur kedua wanita yang sangat di cintainya itu selalu kompak. Meski kadang memang berbeda pendapat namun mereka tidak pernah berdebat.

Pencarian Artha dan Marchel terus di lakukan. Sudah beberapa tempat yang mereka datangi namun Artha dan Marchel belum juga ketemu.

Hingga saat mereka melewati taman di tengah kota yang begitu ramai orang, pandangan Sita langsung menangkap sosok Marchel yang sedang membuntuti Artha dari belakang. Marchel tampak sedang mengoceh yang sama sekali tidak di hiraukan oleh Artha yang berjalan di depannya.

“Itu mereka yah..” Sita memberitahu suaminya.

Doni mengikuti arah tunjuk istrinya. Dan benar saja Artha dan Marchel berada di tengah keramaian itu.

Tidak mau menunda waktu, Doni pun langsung menepikan mobilnya. Mereka bertiga turun dari mobil dengan Dewi yang mendahului.

“Artha !!” Panggil Dewi berhasil menghentikan langkah Artha juga Marchel.

Artha tersenyum saat mendapati Dewi berlari kearahnya. Sedangkan Marchel, dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok Artha yang di maksud Dewi.

“Artha?” Gumam Marchel bingung.

“Kek, memang ada si Artha ya?” Tanya Marchel melongok wajah Artha.

“Diam !!” Jawab Artha tegas.

Marchel menelan ludah. Artha terus saja diam sejak tadi. Dan sekalinya bersuara langsung membentaknya. Marchel pun langsung merasa teraniaya karena ketegasan Artha.

Begitu sampai di depan Artha, Dewi langsung memeluknya. Hal itu membuat Artha terkejut. Artha tidak menyangka Dewi akan memeluknya di depan Marchel, bahkan kedua orang tuanya.

Doni, Sita, juga Marchel hanya diam saja. Doni dan Sita tidak bisa melarang karena memang Dewi yang memeluk Artha. Sementara Marchel, dia terus menganggap Dewi sedang bermanja pada kakeknya.

“Tenang Wi, kakek kamu aman sama aku..” Senyum Marchel penuh percaya diri.

Dewi langsung tersadar mendengar ucapan Marchel. Dia langsung melepaskan pelukannya dan sedikit menjauh dari Artha.

Sedangkan Sita dan Doni, mereka berusaha menahan tawa mendengar apa yang Marchel katakan.

“Dasar bodoh.” Batin Artha mengumpat.

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!