NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Budidaya dan Peningkatan / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: FAUZAL LAZI

[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24

Saat Jian Yu sedang menikmati makanannya, suasana rumah makan semakin riuh. Suara orang-orang bercakap, bunyi piring dan mangkuk beradu, serta aroma makanan yang bercampur jadi satu. Jian Yu masih tenang, menyuapkan potongan ikan bakar ke mulutnya.

Namun, dari sudut ruangan, sekelompok orang masuk dengan langkah kasar. Mereka berpakaian lusuh, wajahnya penuh kesombongan. Begitu masuk, suasana langsung berubah. Beberapa pelanggan terdiam, bahkan ada yang buru-buru menunduk, seakan tak mau terlibat.

“Cepat! Siapkan meja untuk kami! Jangan lama-lama!” teriak salah satu dari mereka sambil menendang kursi kosong agar menggeser ke samping.

Pelayan yang tadi melayani Jian Yu mendadak terlihat gugup. “Ba... baik tuan, mohon tunggu sebentar,” jawabnya terbata-bata, lalu bergegas menyiapkan meja besar untuk rombongan itu.

Jian Yu melirik sekilas, lalu kembali fokus pada makanannya. Namun, suara mereka begitu ribut hingga sulit diabaikan.

“Pelayan! Daging panggang sepuluh porsi! Anggur merah juga, cepat!” salah seorang dari mereka berteriak.

Salah satu dari rombongan itu, seorang pria berbadan besar dengan tato naga di lengannya, tiba-tiba menoleh ke arah Jian Yu. Ia melihat Jian Yu duduk sendirian dengan makanan yang terlihat nikmat di mejanya.

“Eh, lihat itu! Makanannya lebih enak daripada pesanan kita,” ucapnya sambil tertawa kasar.

Beberapa rekannya pun ikut melirik dan tertawa.

Pria bertato naga itu kemudian berjalan mendekat ke arah meja Jian Yu. Ia berdiri di sampingnya, menatap ke arah piring berisi ikan bakar yang sudah tinggal separuh.

“Hei, bocah. Kau makan sendirian, ya? Bagikan ke kami sedikit, bagaimana?” katanya dengan nada meremehkan sambil menepuk bahu Jian Yu dengan kasar.

Beberapa pelanggan lain hanya bisa menahan napas, jelas takut melihat situasi itu.

Jian Yu, yang sejak tadi masih tenang, meletakkan sumpitnya perlahan. Tatapannya tetap datar, namun ada sedikit senyum tipis di sudut bibirnya.

“Kalau mau makan,” ucap Jian Yu dengan suara pelan tapi tajam, “pesan saja ke pelayan, jangan mengganggu makan orang lain.”

Ruangan seketika hening. Semua orang menunggu apa yang akan terjadi setelah kalimat itu keluar.

Pria bertato naga itu langsung melotot, wajahnya merah menahan amarah. “Apa kau berani melawan kami?! Kau tidak tahu siapa kami, hah?” teriaknya, membuat meja di samping bergetar karena tinjunya menghantam permukaan kayu.

Jian Yu masih duduk tenang di kursinya, bahkan tidak bergeming sedikit pun meski pria bertato naga itu membentak tepat di hadapannya. Sambil menghela napas ringan, ia kembali mengambil sumpitnya dan menyuapkan nasi ke mulutnya.

“Aku sudah bilang,” ucap Jian Yu datar sambil mengunyah pelan, “kalau mau makan, pesan saja. Kau kira aku ini koki rumah makan?”

Ucapan itu membuat beberapa pelanggan yang tadinya ketakutan menahan tawa mereka. Ada yang sampai menutup mulut agar tidak ketahuan.

Pria bertato naga itu semakin merah padam. “Kau…! Berani sekali bicara begitu pada kami! Kau tidak tahu siapa aku, hah?!” teriaknya sambil memukul meja hingga bergetar.

“Aku Xian Lan, dari keluarga Xian! Ayahku, Xian Guo, adalah komandan militer di kerajaan sekaligus orang terkaya di distrik ini! Kau berani menentangku?!” ucapnya, mengumbar reputasi ayahnya untuk menekan Jian Yu.

Namun Jian Yu sama sekali tidak terpengaruh. Ia masih melanjutkan makannya dengan tenang, menuangkan teh ke cangkir lalu menyeruputnya perlahan. “Apa peduliku? Ayahmu bukan ayahku. Reputasinya pun reputasi ayahmu, bukan reputasimu.” Ia menyeruput teh itu lagi dengan suara pelan. “Sruupp… ahh.”

Sikap Jian Yu yang santai membuat Xian Lan semakin murka. Ia menghantam meja dengan keras sampai pecah berkeping-keping. Para pengunjung lain yang mendengar jawaban Jian Yu langsung terdiam, sebagian setuju dalam hati, sebagian lagi ketakutan kalau-kalau mereka ikut terseret dalam masalah ini.

“Sialan! Kau akan kubuat sadar hari ini karena sudah menghina aku!” teriak Xian Lan sambil melapisi tinjunya dengan qi.

Namun Jian Yu hanya menyeka mulutnya dengan santai. Saat tinju itu melayang ke arahnya, ia tidak bergeming sedikit pun. Hanya satu gerakan ringan, “tap”, tangannya menangkap tinju Xian Lan dengan mudah.

“Yang kau hina siapa? Yang menghinamu siapa? Lebih baik kau ngaca dulu, botakkk!” ucap Jian Yu datar, lalu melempar Xian Lan ke arah anak buahnya.

Tubuh Xian Lan terpental keras hingga menghantam dinding rumah makan. Suara “brukkk!” menggema, dan ia memuntahkan darah segar. Anak buahnya bergegas membantu, berusaha melepaskan tubuh pemimpin mereka yang terjepit di antara retakan kayu.

Orang-orang yang melihat kejadian itu panik. Sebagian pelanggan langsung berhamburan keluar, bahkan ada yang memanfaatkan kekacauan untuk kabur tanpa membayar. “Kapan lagi makan gratis, kan!” teriak salah satu dari mereka sambil berlari.

Xian Lan yang berdarah-darah meraung, “Sialan kau, bajingan! Cepat, kalian semua! Bunuh dia!!”

Sepuluh anak buahnya langsung maju bersama-sama. Mereka melapisi senjata dan tinju dengan qi, aura mereka naik meski masih berada di tahap pengolahan Qi. Jian Yu berdiri dari kursinya dengan senyum tipis. “Hah… kalian cuma sepuluh orang tahap pengolahan Qi, dan ingin melawanku? Aku bahkan bisa mengalahkan kalian tanpa perlu mengeluarkan teknik apa pun. Ini sungguh lelucon yang tidak lucu.”

Dalam sekejap Jian Yu bergerak. Tubuhnya seperti kilatan bayangan. Satu pukulan telak membuat seorang pengikut terlempar ke luar rumah makan, menabrak gerobak hingga hancur. Satu tendangan keras melontarkan yang lain ke langit-langit, jatuh menimpa meja hingga pecah berantakan.

“Bukk! Brakk! Dugg!” Suara hantaman memenuhi ruangan, membuat para pelanggan menutup telinga sambil menahan napas. Dalam hitungan detik, semua anak buah Xian Lan tergeletak di lantai, merintih kesakitan, ada yang patah tulang, ada yang pingsan.

Di salah satu meja, seorang wanita bercadar merah masih duduk tenang, ditemani dua pria yang tampak seperti pengawalnya. Ia tidak panik, malah tersenyum penuh arti. “Pemuda yang tampan sekaligus hebat… sangat menarik,” ucapnya singkat, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Jian Yu menepuk-nepuk tangannya seolah membersihkan debu. “Cuma segini kemampuan kalian? Bahkan ini tidak cukup membuatku berkeringat sedikit pun.” Senyumnya sombong, auranya semakin menekan.

“Kalian tidak berguna!” bentak Xian Lan dengan suara parau pada anak buahnya. “Mengalahkan dia sendiri saja tidak bisa!”

Salah satu pengikut yang masih bisa bicara menahan sakit sambil menjawab, “Bo-bos… dia terlalu kuat… bahkan bos sendiri pun tak sanggup melawannya.”

Xian Lan terdiam, wajahnya pucat pasi. Ia menatap Jian Yu dengan tubuh gemetar, keringat dingin bercucuran dari pelipisnya. Akhirnya, tanpa pikir panjang, ia berlari ke arah pintu sambil berteriak, “Kau tunggu saja! Akan kubalas kau, sialan!!”

Namun sebelum keluar, salah satu anak buahnya sempat berteriak, “Bosss! Bos belum bayar makanan!!”

Spontan Xian Lan berhenti sejenak, wajahnya memerah karena malu. “Oh… benar juga…” gumamnya. Ia mengeluarkan sekantong koin emas, meletakkannya kasar di meja dekat pintu, lalu kabur secepat mungkin. Anak buahnya yang tersisa pun segera ikut melarikan diri dengan tergesa-gesa, meninggalkan suasana kacau di rumah makan.

“Tuan muda hebat juga ya, bisa mengalahkan mereka dengan mudah,” puji wanita bercadar itu sambil tersenyum tipis di balik cadarnya, matanya berbinar saat menatap Jian Yu.

Jian Yu langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, wajahnya agak canggung. “Tidak kok, aku tidak hebat. Jangan begitu, nanti aku jadi malu,” ucapnya sambil terkekeh kecil, lalu kembali duduk dengan santai.

Ia menggeleng pelan, menuangkan teh ke cangkirnya. “Dasar… setidaknya dia masih membayar,” gumamnya lirih. Kemudian ia mengangkat tangan, memanggil pelayan. “Pelayan! Mau bayar!” teriak Jian Yu lantang.

Tak lama, pelayan datang dengan wajah agak gugup, tapi tetap sopan. Ia menghitung cepat, lalu menyebutkan harganya. “Berarti semua… sepuluh koin emas saja, tuan.”

Jian Yu mengeluarkan satu kantong penuh koin emas, meletakkannya di meja dengan santai. “Sekalian dengan makanan orang lain, dan juga untuk memperbaiki rumah makan ini, karena kekacauan yang aku buat tadi,” ucapnya tenang.

Mata pelayan itu langsung berbinar penuh rasa syukur. Ia menghitung dengan cekatan, lalu berkata, “Jumlah semuanya… enam ratus koin emas, tuan.”

“Apakah ini cukup?” tanya Jian Yu, mengeluarkan beberapa keping emas lagi. Pelayan itu menghitung cepat dengan tangan gemetar karena jumlahnya begitu banyak. Setelah selesai, ia menunduk dalam-dalam. “Ini kelebihan seratus koin emas, tuan.”

Namun Jian Yu hanya tersenyum samar. “Ambil saja kelebihannya. Bagi rata kepada semua pekerja di sini. Dan… bawakan aku teh lagi.”

Pelayan itu langsung bersujud hormat, hampir menitikkan air mata karena terharu, lalu bergegas menyiapkan teh yang baru.

Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Saat Jian Yu duduk santai, tiba-tiba dari celah kayu yang rusak akibat pertarungan tadi, muncul sesuatu yang tipis berwarna cokelat, dengan tubuh kecil, kaki cepat, dan rambut halus di kepalanya. Seekor kecoak merayap dengan bebas.

Begitu melihatnya, Jian Yu langsung menegang. Keringat dingin menetes dari pelipisnya. Wajahnya berubah seolah ia sedang menghadapi musuh paling mengerikan di hidupnya.

Wanita bercadar itu memiringkan kepalanya, heran melihat reaksi Jian Yu. “Apa yang terjadi?” batinnya, bingung sekaligus penasaran.

“Sialan! Bajingan! Kenapa kecoak bisa muncul justru di waktu tenangku ini?!” batin Jian Yu panik. Dan saat kecoak itu tiba-tiba mengepakkan sayapnya dan terbang lurus ke arahnya, Jian Yu langsung berdiri meloncat panik, lalu bersembunyi di belakang wanita bercadar itu.

“Mohon maaf, nona cantik… tapi kali ini, tolong selamatkan aku!!” seru Jian Yu dengan wajah ketakutan, benar-benar bersembunyi di balik punggungnya.

Wanita bercadar itu langsung tertegun. Pipi merah merona muncul di balik cadarnya karena dipanggil nona cantik. Ia berusaha menjaga sikap, meski jelas tersipu. “Selamatkan? Dari apa?” tanyanya dengan nada tenang, meski hatinya berdebar.

Jian Yu gemetar, jarinya menunjuk ke arah kecoak yang terbang, melayang seolah sengaja menargetkan dirinya. “Itu! Itu musuhku!!”

Salah satu pengawal wanita bercadar itu, yang sejak tadi memperhatikan, langsung menutup mulutnya agar tidak tertawa. Ia segera berdiri, menangkap kecoak itu dengan cepat, lalu melemparkannya keluar. “Sudah saya buang, tuan muda. Jadi sekarang sudah aman.”

Jian Yu langsung menghela napas lega. Tubuhnya yang tadi tegang kini terasa ringan. Ia kembali duduk, kali ini tepat di samping wanita bercadar tersebut. “Izinkan saya duduk di sini, nona cantik,” ucap Jian Yu dengan nada yang lebih lembut, berhasil membuat wanita itu tersipu malu lagi. Ia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, pipinya semakin panas di balik cadar.

Beberapa saat kemudian, pelayan datang membawa teh baru. Melihat Jian Yu kini duduk di meja yang sama dengan wanita bercadar itu, pelayan tersebut semakin hormat, lalu meletakkan teh dengan penuh hati-hati di hadapan mereka.

1
Pakde
lanjut thor
FAUZAL aut: siap tingal di review aja nih Giman cerita nya udah menarik belum
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!