NovelToon NovelToon
Aku Dinikahi Untuk Balas Dendam

Aku Dinikahi Untuk Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ars Asta

Bagi Dira pernikahan adalah sebuah mimpi indah. Dira tak menyangka pria yang tiba-tiba mau menikahinya di hari pernikahan, disaat calon suaminya menghilang tanpa jejak, ternyata menyimpan dendam masa lalu yang membara.

Denzo tak menikahinya karena cinta melainkan untuk balas dendam.

Namun, Dira tidak tahu apa dosanya hingga setiap hari yang ia lalui bersama suaminya hanya penuh luka, tanya dan rahasia yang perlahan terungkap.

Dan bagaimana jika dalam kebencian Denzo, perlahan tumbuh perasaan yang tidak ia duga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ars Asta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Di dalam mobil taksi, Dira meremas tangannya, ia merasa gelisah, takut jika suaminya pulang lebih dulu. Walaupun ia tahu Denzo biasanya pulang jam 7 malam, tapi tetap saja ia khawatir Denzo tiba-tiba pulang cepat dan ia belum sampai di rumah. 

"Bisa lebih cepat pak," pinta Dira pada supir.

"Iya mba." Taksi itu kini melaju lebih cepat. 

Beberapa menit kemudian taksi itu berhenti tepat di depan kediaman Keluarga Gritama. Dira memberikan uang pada supir sebelum keluar dari taksi. 

Lalu Ia buru-buru masuk, pandangannya melihat sekitar halaman depan, ia tidak melihat mobil suaminya membuatnya sedikit lega. Langkahnya ia percepat, dan hanya menganggukkan kepala saat bertemu pelayan juga membalas sapaan Bi Nina. Ia lebih memilih langsung ke kamarnya untuk membersihkan diri dulu. 

Sudah setengah jam yang lalu dari pulangnya Dira dari perusahaan ayahnya. Kini Dira berada di dapur, memasak untuk suaminya. Dibantu Bi Nina dan beberapa pelayan dalam pembersihan bahan masakannya. 

Aroma bawang putih yang ditumis mulai menguar memenuhi dapur. Panci mendidih diatas kompor,  sementara potongan wortel dan kentang sudah tertata rapi diatas talenan. Dira mengambil sendok kayu mengaduk perlahan sup yang mulai harum itu. 

Dira melap keringat di dahinya. Setengah jam 3 menu masakan sudah matang. Dira menata makanannya dibantu oleh pelayan. Setelah selesai ia duduk di meja makan, dan mengambil segelas air lalu meneguknya hingga habis. 

"Nona pasti kelelahan ya?" Bi Nina berdiri disamping Dira, melihat wajah kelelahan terlihat jelas di wajah Nonanya. 

Dira menggeleng. "Aku gapapa Bi," jawabnya dengan senyum kecil.

Bi Nina menatap iba pada Nonanya. Seharusnya Nona nya tidak perlu mengerjakan semua pekerjaan pelayan. Dan harusnya Nonanya hanya bersantai dirumah besar ini sebagai istri. Tapi apalah daya, dia hanya pelayan yang bekerja sejak Tuan kecil dan tidak punya hak untuk mengatur. 

"Apa perlu saya pijit Nona," tanya salah satu pelayan yang berdiri dibelakang Dira. 

Dira menoleh ke belakang, ia tersenyum menatap pelayan yang perhatian itu. "Ngga usah mbak, aku gapapa." Dira menolak halus.

Pelayan itu mendekat. "Yakin nona? Pijatan saya enak nona, saya yakin nona pasti merasa lebih baik setelah dipijat."

Dira tersenyum hangat. "Baiklah"

Pelayan itu tersenyum senang. Ia berdiri di belakang dira lalu meletakkan tangannya di bahu dira dan memijatnya perlahan. Gerakan memijatnya pelan tapi dapat membuat Dira merasakan sedikit rileks. Setelah bahu, tangan pelayan itu berpindah ke kepala Dira, pijatannya lebih lembut membuat Dira tanpa sadar memejamkan matanya. 

"Enak kan Nona?" tanya pelayan itu

"Iya mbak." 

Jawaban Dira membuat pelayan itu tersenyum, matanya menyipit cerah dengan bibir melengkung lebar. 

"Makasih ya mbak," ucap Dira tulus. 

"Sama-sama Nona," balas Pelayan itu. 

Dira kembali menatap pelayan itu. "Oh iya nama mbak siapa? Maaf ya aku belum tahu semua nama pelayan disini, kalian terlalu banyak."

"Ngga apa-apa Nona. Nama saya Erla Nona." Pelayan itu menunduk sopan. 

"Oh oke mbak Erla akan aku ingat." 

Suara mesin mobil terdengar di halaman rumah menghentikan pembicaraan mereka. Dira berjalan cepat keluar rumah. 

Saat tiba di depan, ia meraih tas kerja suaminya ditangan sekretaris Rei. 

Denzo berjalan masuk tanpa memperdulikan Dira yang menghampirinya. Dira mengikuti begitu juga sekretaris Rei. 

Saat akan melewati ruang tamu, Denzo berhenti dan berbalik. "Rei jangan pulang dulu, ada yang mau saya dibicarakan," ucapnya tegas, lalu kembali berjalan masuk diikuti Dira. 

Sedangkan Rei duduk diruang tamu itu, menunggu Denzo. "Datar sekali wajahnya," pikir sekretaris Rei, ia bingung kenapa Denzo bersikap dingin pada istrinya. 

"Awas aja nanti Nona Dira ninggalin dia." gumamnya, ia menggeleng pelan tak habis pikir. Tangan merogoh ponsel di sakunya. Ia akhirnya memainkan ponsel sambil menunggu perintah lagi. 

Dira seperti biasa menyiapkan pakaian untuk Denzo. Dan setelah mengganti pakaian mereka turun ke meja makan. 

Denzo duduk, ia melihat makanan yang tersaji di meja. "Siapa yang masak?" tanya nya ingin memastikan. 

Dira langsung menoleh saat akan mengambilkan nasi. " Aku mas. Aku tiba dirumah jam 5 sore." Ia berbicara dengan gugup. 

Denzo menyipitkan matanya, menatap Dira lebih intens, mencari kebohongan tapi yang ia lihat hanya wajah tulus. 

Denzo berdehem ringan "Iya," jawabnya singkat. 

Melihat Denzo tidak lagi menatapnya Dira melanjutkan mengambilkan makanan untuk Denzo. Ia menghela napas pelan lalu duduk ikut makan. 

"Pelayan." ucap Denzo memanggil pelayan. 

Salah satu pelayan mendekat. "Iya Tuan."

"Panggil Rei masuk." Perintahnya tanpa melihat pelayan itu. 

"Baik Tuan." Pelayan itu mengangguk lalu melakukan perintah Tuannya. 

Tak lama pelayan itu datang dengan sekretaris Rei di belakangnya. 

"Ada apa Tuan?" tanya Sekretaris Rei saat berdiri dekat meja makan. 

"Duduk, ikut makan." 

Sekretaris Rei langsung tersenyum, ia lalu duduk di salah satu kursi. "Terima kasih Tuan."

Tumben, dia baik. Tahu aja aku lapar. 

Sekretaris Rei mengambil nasi dan lauk. Ia menyendokkan ke mulutnya. "Enak sekali." puji Sekretaris Rei. 

"Saya senang pak Rei suka," timpal Dira. Ia senang saat Rei menyukai masakannya. 

"Ini Nona yang buat? Pantas enak sekali." Rei kembali menyendok ke mulutnya. 

Dira tersenyum kecil. 

Denzo meneguk air dengan kasar melihat percakapan mereka. Ia merasa kesal entah kenapa. 

"Jangan bicara saat makan." Suaranya terdengar tajam dan tegas. 

Dira melirik Denzo lalu menunduk. Keningnya berkerut samar akan sikap Denzo. 

Apa aku melakukan kesalahan?

Ia merasa seperti telah melakukan sesuatu hingga membuat suaminya marah, padahal ia hanya bicara. 

Sedangkan Sekretaris Rei tetap melanjutkan makannya hanya saja dia memilih diam. Ia tersenyum diam-diam karena tahu bahwa Tuan nya itu sedang cemburu. 

"Dasar Tuan Denzo," pikir Sekretaris Rei. 

Setelah makan malam, Denzo dan Sekretaris Rei berada di ruangan kerja Denzo. 

Denzo duduk di kursi besarnya. Sementara Sekretaris Rei duduk didepan meja besar didepan Denzo. Hawa ruangan terasa lebih dingin dan mencekam. Tatapan Denzo begitu tajam membuat sekertaris Rei bergidik. 

"Bagaimana apa yang kau dapat?"

1
Alphonse Elric
Thor, gimana sih? Kok blm update lagi? 😩
Ars Asta: Hai, makasih udah nunguin ceritaku ya🥰, Ars cuma bisa up 2 bab perhari. kedepan bakalan aku usahain buat crazy up, jangan lupa like dan beri rating 5 ya kak🩵
total 1 replies
Bea Rdz
Ngga nyangka sebagus ini!
Ars Asta: Senang banget dengarnya, makasih sudah mampir baca ceritaku🥰. Semoga enjoy dengan bab-bab selanjutnya ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!