Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 24
Setelah skandal Juliet dengan Owen tersebar, Juliet sama sekali menghilang dari kehidupan sosial, dia tidak pernah muncul di pesta-pesta atau pertemuan penting sekali pun.
Banyak yang bertanya-tanya tentang keberadaan Juliet, namun Barbara mengatakan jika Juliet sedang sakit.
Namun mana ada yang percaya dengan perkataan itu, mereka semua saling bergosip jika Juliet tidak pernah muncul karena dia sedang bersembunyi sampai skandal nya mereda.
Di sebuah bar, Owen dan dua sahabatnya sedang berkumpul sambil minum-minum seperti biasa.
“Kalau dia sampai tidak muncul, bagaimana nasib taruhan kita?” tanya Blake memecah keheningan di antara mereka.
“Mana mungkin dia tidak datang, itu kan adalah pesta kembang api sekaligus pesta tahun baru pertamanya di kota, dia pasti penasaran dengan acara itu.” Balas Mike.
“Tapi kalau dia benar-benar sakit, dia pasti akan kesulitan untuk pergi kan?”
“Sakit apanya, dia itu hanya bersembunyi sementara karena skandal itu.”
Sedakan Owen terus meminum anggurnya sambil menatap tajam ke arah pintu masuk bar.
“Sudahlah Owen, percuma saja kalau kau terus melihat pintu masuk itu, si brengs3k itu tidak akan berani muncul di hadapanmu kecuali dia benar-benar gila.” Ucap Mike.
Baru saja Mike selesai berbicara, tiba-tiba saja orang yang di tunggu Owen masuk ke dalam bar bersama teman-temannya sambil tertawa.
“Eh? Gila juga itu orang berani datang dengan wajah ceria begitu!” ucap Blake.
Owen yang sejak tadi hanya duduk di kursinya segera berdiri dan berjalan mendekati laki-laki itu.
“Lama tidak berjumpa Hein.” Sapa Owen sambil merangkul pundak Hein.
Hein langsung menoleh ke asal suara dan terkejut saat melihat ternyata orang yang menyapanya adalah Owen.
Owen mendudukkan Hein di kursi, dan Owen duduk di kursi yang ada di sebelah Hein, Owen mengambil botol minuman dan menuangnya di gelas kosong.
“Minumlah.” Ucap Owen sambil tersenyum sinis.
“Wanita itu duluan yang menggodaku, tapi rupanya dia menggodaku dan tuan muda Owen membuat kami akhirnya bertengkar dan wanita itu yang harus bertanggung jawab atas semua masalah ini?” ucap Owen mengulangi keterangan dari Hein di berita.
Sedangkan Hein yang mendengar ucapan Owen hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepalanya.
“Apa memang begitu yang terjadi hari itu Hein?” tanya Owen dengan nada yang menyeramkan.
“Tapi kok ingatanku berbeda ya? Aku jadi sedikit bingung.” Lanjutnya.
“Apa kau dengan senangnya mengarang seperti itu karena mengira kita tidak akan bertemu lagi? Kalau begitu aku jadi kecewa padamu.” Ucap Owen sambil meremas pundak Hein dengan kencang membuat Hein gemetar ketakutan.
“S-sebenarnya apa yang ingin kau katakan?” tanya Hein dengan suara gemetar.
“Tidak perlu berlebihan seperti itu.” Balas Owen sambil beranjak dari kursinya.
“Apa dia pergi begitu saja? Haaahh, akhirnya.” Gumam Hein sambil menghela napas lega.
Tapi bukannya pergi, Owen ternyata menendang kaki kursi dengan kencang hingga kursi yang di duduki Hein patah dan membuat Hein terjatuh dengan kencang.
“Aaakk!” teriak Hein.
“Seperti yang kau bilang, kita adalah rival untuk memperebutkan seorang wanita kan?” tanya Owen.
“Jadi, aku ingin memperlakukanmu sesuai dengan yang kau katakan.” Lanjutnya.
“O-owen, kau..” Hein ketakutan melihat wajah Owen yang terlihat menyeramkan.
“Kau tidak tau ya? Beginilah caraku memperlakukan rivalku.” Ucap Owen sambil mengguyur wajah Hein yang masih penuh dengan perban itu menggunakan satu botol anggur di tangannya.
“Aaaahhh hentikan!!” teriak Hein sambil terbatuk-batuk karena sulit bernafas.
Owen menghentikan kegiatannya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Hein yang sudah basah kuyup.
“Dasar b4jingan gila!” teriak Hein.
Owen yang mendengarnya hanya bisa menghela napas panjang sambil terus berjalan ke mobilnya.
“Haah, dia hanya berani di belakangku saja, kebetulan sekali akhir-akhir ini aku sedang bosan, setidaknya dia memberiku energi.”
Saat menaiki mobilnya, Owen tidak sengaja melihat Anna yang sedang membawa paper bag besar di tangannya.
“Itu pelayan pribadi nona Harvey kan? Apa dia sendirian?” gumam Owen yang langsung melajukan mobilnya tanpa memikirkan lebih lanjut.
***
Di kediaman Harvey, Anna menatap sendu majikannya yang akhir-akhir ini bekerja dengan keras hingga begadang membuat berbagai macam pin dan jepitan.
“Nona, sepertinya anda sudah bekerja secara berlebihan.” Ucap Anna.
“Tidak apa-apa Anna, aku harus bekerja agar tidak merasa bosan.” Jawab Juliet.
Anna hanya terdiam, lalu dia mengambil paper bag yang sudah penuh dengan accessories.
“Saya akan mengantar accessories ini ke toko, sebelum saya kembali, saya ingin anda menyempatkan diri untuk beristirahat nona.” Ucap Anna.
Juliet berjalan ke kasurnya dan duduk di tepi sambil menatap kosong lantai kamarnya.
“Setengah bulan lagi, aku hanya perlu menunggu setengah bulan lagi untuk bisa kembali ke desa bersama Bobi, walaupun memalukan tapi aku tidak punya pilihan lain selain menerima bantuan Bobi.” Gumam Juliet.
“Hiksss,, hiksss, aku tidak percaya telah di tipu ayah yang juga kena tipu.” Ucap Juliet sambil menangis.
Tomi di tipu karena investasi besar-besaran, dan itu membuat kondisi keluarganya kacau, lalu kemudian dia berniat menjual putrinya ke pasar pernikahan dan menjadikan itu sebagai kesempatan untuk bangkit kembali.
“Penipu sudah menipu ayah, dan ayah menipuku, sedangkan aku adalah si bodoh yang paling hancur karena tergilas di bagian bawah rantai makanan itu,,, sedih sekali hidupku ini.” Gumam Juliet sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Brakk... tiba-tiba saja Anna datang dengan tergesa-gesa membuat Juliet terkejut dan langsung menghapus air matanya.
“Nona!!” ucap Anna.
“Bagaimana ini nona..” lanjutnya dengan wajah khawatir.
“Ada apa Anna? Tenanglah dan katakan apa yang terjadi pelan-pelan.” ucap Juliet.
“N-nyonya Cecilia, ibu dari tuan muda Owen sedang mencari nona!” seru Anna.
“Apa? K-kenapa?” tanya Juliet.
“Ini pasti tentang skandal kemarin nona, segera bersiap dan kita akan ke mansion keluarga Walter nona.” Ucap Anna.
Juliet pun segera bersiap untuk mengunjungi kediaman Walter, ada rasa gugup di hati Juliet karena dia sama sekali tidak pernah berbicara dengan Cecilia.
Hingga tibalah Juliet di mansion keluarga Walter yang bak istana itu, Juliet segera di antar ke halaman untuk bertemu dengan Cecilia.
Cecilia tersenyum melihat Juliet yang tiba dengan wajah polos dan cantiknya.
“Duduklah nona Harvey, minum dulu tehnya.” Ucap Cecilia mempersilahkan Juliet untuk duduk.
“Astaga! Aku tidak menyangka beliau adalah ibu dari tuan muda jahat itu.” Batin Juliet yang terpukau dengan kecantikan dan keanggunan Cecilia.
“B-baik nyonya.” Ucap Juliet dengan gugup.
Cecilia terus memandangi Juliet yang sedang meminum teh di hadapannya.
Menurutnya, Juliet adalah gadis yang berbeda dari yang di rumorkan, Juliet yang ada di hadapannya tidak memakai gaun yang mewah, memakai riasan wajah yang sangat tipis, sangat berbeda dengan penampilannya saat berada di pesta.
Beberapa hari yang lalu, Cecilia sudah meminta orang untuk menyelidiki latar belakang Juliet, walaupun memakai nama belakang Harvey, namun dia di besarkan oleh keluarga Holster.
Keluarga Holster adalah keluarga yang tidak kehilangan martabatnya walaupun telah bangkrut dan merupakan keluarga yang ramah dan baik.
“Jika dia adalah gadis yang di besarkan dari keluarga seperti itu, bisa saja kan kalau dia ternyata berbeda dengan rumor yang menyebar di kalangan sosialita?” batin Cecilia.