Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
"Berhenti!"
Kata itu keluar dari bibir Penyihir Henry yang kini tengah menghampiri dua orang yang sedang berjalan bersama di bibir pantai.
Langkah Erika dan Xavier terhenti saat pria itu menghampiri mereka, bagai menemukan air di lautan gurun, diam-diam mereka berterimakasih pada tuhan telah di kirimkan seorang penyelamat.
"P-penyihir Henry..." Ucap Xavier yang kini sudah lemas dan terjatuh di pasir.
"Apa kalian tidak apa-apa?" Tanya Henry
Erika mengaguk, kemudian duduk di pasir karena kelelahan, akhirnya mereka bisa pulang setelah menghabiskan waktu berjam-jam berjalan.
"Bagaimana anda bisa tau kami disini?" Tanya Erika
"Itu mudah, bahkan jika kalian berubah menjadi serpihan debu aku bisa menemukan kalian dengan mudah" ucap Penyihir Henry sedikit menyombongkan kemampuannya.
Setelah pembicaraan singkat itu tiba-tiba salah satu batu sihir milik Henry menangkap sinyal dari Penyihir Reymond.
"Aku sudah menyelesaikan tugasku"
Suara itu berasal dari bola sihir yang menampilkan wajah Penyihir Reymond, bola sihir itu menghubungkan keduannya seperti alat komunikasi.
"Aku juga, aku akan membawa mereka ke menaramu" ucap Henry yang di setujui oleh Reymond.
Percakapan mereka berakhir, saat ini Henry menatap kedua manusia di depannya dengan tatapan simpati.
"Kalian sudah mengalami hari yang berat, tapi kalian masih harus menceritakan kejadian ini dengan petinggi lain" ucap Henry menepuk pundak keduanya
"Seperti yang kalian dengar, ayo pergi ke menara timur" lanjutnya yang kini sudah menciptakan lingkaran sihir untuk teleportasi.
Mata Erika dan Xavier berbinar saat lingkaran sihir berputar mengelilingi mereka, rasa sakit dan lelah yang menyelimuti mereka tiba-tiba lenyap saat lingkaran sihir mulai bersinar terang.
"Persiapkan diri kalian" ucap Henry yang melihat mata kedua siswa itu berbinar tak sabar.
Tiba-tiba angin berhembus dari lingkaran sihir itu, sinar nya menyilaukan mata saat tiba-tiba mereka berpindah tempat dari pinggir pantai ke depan sebuah gerbang tinggi yang megah.
Saat kaki mereka baru saja menyentuh tanah, lingkaran sihir lain mengikuti, menampilkan Pria berjubah abu-abu yang tak lain adalah Penyihir Reymond.
Ditangan nya dia membawa potongan akar Pohon Kematian, dimana akar itu akan digunakan sebagai bahan penelitian oleh beberapa Petinggi.
"Sepertinya aku lebih cepat satu detik dibandingkan dirimu" ucap Henry menampilkan senyum sombongnya ke arah Reymond.
Mereka berjalan menyusuri lorong menuju ke menara pusat, saat langkah mereka terhenti ketika melihat Alzer yang baru saja keluar dari ilusi sihir rangkap dua yang di berikan oleh Raymond.
Kalian benar, Ilusi sihir rangkap dua, dimana ilusi yang pertama adalah ketika Alzer terjebak dalam lautan Lava panas dan yang kedua adalah saat dia baru saja terbebas dari ilusi pertama.
Dimana saat itu Alzer menyadari jika dia berkali-kali kembali ke ruangan yang sama saat ia sudah melangkah pergi dari ruangan itu.
"Kau berhasil keluar" simpul Penyihir Rey yang melihat Alzer bersandar di dinding untuk menahan tubuhnya yang kelelahan.
"Oh...tentu.." geram Alzer pada Penyihir Rey.
Dia melihat kearah Erika dan Xavier, tinjunya mengepal melampiaskan perasaan tidak suka di dalam hatinya.
"Cih.." umpatnya lirih.
Setelah pembicaraan singkat itu kami berjalan kembali menyusuri lorong menuju pusat menara.
"Duduklah, aku akan mengirim pesan kepada Petinggi lainnya" ucap Reymond pergi mengirim pesan
Ketegangan sangat terasa di ruangan ini, apalagi di antara Alzer dan Xavier yang kini saling menatap tajam.
"Kalian sedang perang mental atau apa?" Suara Penyihir Henry menengahi saat dia melihat ketegangan di antara kedua siswa tersebut.
Tak ada jawaban dari keduanya, membuat Henry menghela nafas sejenak sebelum kembali bersuara.
"Apa kalian sedang berperang karena dendam di kehidupan sebelumnya?" Ucap Penyihir Hanry bercanda.
Xavier menyilangkan tangannya di depan dada kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah lain, mencoba meredakan kekesalannya yang tiba-tiba.
"Tidak bisakah saya pergi? Saya akan mengirim cerita lengkapnya melalui surat" tanya Xavier yang sudah tidak tahan.
"Tidak, karena ini masalah serius" jawab Penyihir Henry
"Kalian harus tau apa yang kalian hadapi, ini bukan masalah biasa yang bisa kalian hadapi dengan mengeluarkan tongkat sihir dari saku kalian" ucap Henry
"Ini lebih dari itu, setiap tindakan dan setiap langkah akan menimbulkan sebuah riak untuk dunia sihir, jadi jangan terlalu meremehkan" lanjut Henry.
Beberapa saat para petinggi lainnya masuk kedalam ruangan, mereka mengambil tempat duduk di sebuah sofa yang telah sediakan.
Elvara Alzuli seorang Penyihir yang berfokus di pengembangan dan penelitian tentang ramuan dan obat di dunia sihir, Jubah nya berwarna merah marun dengan pin bergambar tanaman kecil di dada kirinya, dia adalah orang yang sama yang mengobati Erika saat dia tak sadarkan diri.
Di sisi lain seorang laki-laki bertubuh kekar dengan rambut panjang berwarna abu-abu yang sering disebut sebagai penguasa laut, seorang Siren yang memimpin menara yang letaknya di tengah-tengah laut barat yang dipenuhi ombak dan monster laut, namanya adalah Hersa Antalir.
"Jadi...apa yang terjadi?" Suara sedalam lautan itu keluar dari bibir pemimpin menara barat.
Sosok wanita berkulit coklat itu menghampiri Erika dan menepuk bahunya lembut, dia tersenyum sebelum bersuara.
"Ceritakan dengan pelan...kami akan menjadi pendengar yang baik untukmu" ucapnya menengakan
Erika menarik nafasnya pelan sebelum mulai bersuara, dia melihat kesekliling dimana semua mata tertuju padanya.
"Saat pulang dari pasar sihir..." Erika mulai bersuara
Dia menceritakan apa yang telah terjadi, dari dia di culik dan saat dia melihat nenek tua yang menjadi muda kemudian saat dia hampir mati tenggelam, semua kejadian itu tak luput dari pendengaran para petinggi.
Para petinggi saling menatap satu sama lain saat mendengarkan cerita Erika, dari tatapan mereka saling menyimpulkan sesuatu, dimana sebuah peristiwa besar akan segera terjadi.
"..itulah yang terjadi" akhir Erika saat menyelesaikan ceritanya.
"Apapun itu...itu adalah awal dari bencana" ucap Penyihir Elvara yang di anggukki semuanya.
"Aku akan menyerahkan potongan akar pohon yang dia maksud kepadamu Elvara, jadi hati-hatilah dalam menelitinya" kali ini Penyihir Rey yang bersuara
"Baiklah" Elvara menjawab dengan nada sedikit bersemangat.
"Aku mengerti kenapa kau berada di sana nona Erika" ucap Petinggi Hersa dengan nada mengintimidasi.
"tapi saat ini pertanyaan ku adalah....apa yang dilakukan seorang Pangeran di tempat seperti itu?"
Deg