NovelToon NovelToon
Revano

Revano

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sari Rusida

"Revano! Papa minta kamu menghadap sekarang!"

Sang empu yang dipanggil namanya masih setia melangkahkan kakinya keluar dari gedung megah bak istana dengan santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sari Rusida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

"Aduh, capek banget." Risya menarik kopernya dengan malas saat turun dari taxi yang saat ini membawanya ke depan rumah cukup mewah.

"Risya! Akhirnya kamu sampai juga!" Wanita yang berumur kurang lebih dua puluh lima tahun itu terlihat dibalik pagar yang baru saja terbuka. Dia langsung berlari ke arah Risya dengan tangan di rentangkan.

"Kak Nadia ...!"

Risya ikut merentangkan tangannya dan menyambut pelukan Nadia. Dua orang lelaki keluar bersamaan dari balik gerbang. Mereka adalah Putra dan Bagas, Abang pertama Risya.

"Ini temen kamu itu, ya? Siapa namanya? Dita?" Nadia melepaskan pelukannya dan beralih ke Dita.

"Dita, Kak." Dita menyalami tangan Nadia.

"Adek abang udah gede aja." Bagas mengacak rambut Risya gemas.

"Apaan sih, Bang. Sok akrab banget," ucap Risya menepis kasar tangan Bagas dari kepalanya.

"Dih, makin galak?" Bagas gantian menoel hidung mancung Risya.

"Udah, udah. Semuanya, ayo masuk dulu. Revano, ayo masuk. Selama kalian di sini, kalian akan tinggal di rumah Bagas, rumah anak sulung saya," ucap Putra pada Revano.

Revano mengangguk dengan tangan sibuk dengan koper yang dibawa Risya dan Dita. Sedangkan barangnya? Hanya pakaian yang dikenakannyalah yang dibawa ke Kalimantan.

***

"Ris, lihat deh. Ini bukannya foto yang kamu post di ig sebelum take-of dari Surabaya? Dari sekian banyak komen, kok menurutku yang mencolok yang ini, ya?" Dita mengarahkan handphone-nya ke arah Risya, memperlihatkan komenan orang-orang di sosmednya.

"Halah, palingan orang iseng." Risya melambaikan tangannya dan sibuk dengan memberi makan ikan koi milik Abangnya.

"Bukannya keterlaluan ya, Ris?"

"Apanya yang keterlaluan?" tanya Risya sedikit mengabaikan ucapan Dita.

"Baca baik-baik deh, Ris. Masa orang itu komenan seenaknya. Kayak lagi neror kamu gitu, 'kan?" Dita kembali mendekatkan handphone-nya ke arah Risya.

Revano yang berdiri tegap tidak jauh dari mereka memutuskan untuk mendekat. Ingin tahu komen seperti apa yang diberi tahu Dita.

"Saya lihat."

Dita mengalihkan pandangannya pada Revano, kemudian menyodorkan handphone-nya ke arah Revano.

"Jangan berlebihan, Dita. Palingan orang iseng itu," ucap Risya masih abai dengan ucapan Dita.

Revano masih fokus dengan komen yang dimaksud Dita. Cukup singkat, hanya satu kalimat.

'Tunggu saya di Kalimantan.'

Revano menyerahkan handphone Dita kembali. Mencoba mencerna tulisan satu kalimat itu.

"Jangan dipikirin kali, Pan. Orang iseng itu mah. Atau mungkin itu akun Alex yang baru? Kalau bener ... dia mau ke Kalimantan dong?" Risya tergelak dengan ucapannya sendiri. Namun, tidak dengan Dita dan Revano.

"Kalau Alex, nggak mungkin kalimatnya formal gitu, Ris. Bisa jadi--"

"Apa? Udah deh, Dit. Mendingan bantu aku ngasih makan ikan koi ini. Ya ampun ... ikannya gede banget, Dit. Apalagi yang itu ... yang merah-merah putih."

Risya menunjuk ikan koi yang paling besar di antara yang lainnya. Dita melupakan sejenak masalah komen itu, dan ikut asik bersama Risya mengenai ikan koi.

Sedangkan Revano memilih pergi dari tempat dengan fikiran yang sebenarnya tidak tenang setelah melihat komenan itu. Bukan komennya yang membuat ia berfikir, tetapi akun ig yang sepertinya bukan sekedar keisengan.

***

"Waah, bodyguard Risya ini pinter juga ya, masalah bisnis?" Bagas mengamati hasil kerja Revano di layar laptopnya. Berdecak kagum dengan kemampuan Revano yang di luar akalnya.

Putra tersenyum mendengar pujian anaknya. Tangannya merangkul pundak Revano yang duduk di sebelahnya yang juga tengah menatap Bagas.

"Revano ini memang misterius, Gas. Dia lulusan perkuliahan bisnis, sepertinya menjadi mahasiswa terbaik di universitasnya dulu," ucap Putra masih dengan merangkul pundak Revano, layaknya Ayah dan anaknya.

"Kenapa nggak Papa masukkan ke salah satu cabang perusahaan kita aja? Kenapa harus jadi bodyguard Risya coba?" tanya Bagas bingung.

"Dia nggak bersedia bergabung dengan kita, Gas. Apa jangan-jangan kamu mau mendirikan perusahaan sendiri, Van? Atau orang tua kamu memiliki perusahaan yang tengah kamu jalankan?" tanya Putra sambil melepaskan tangkapannya dan menghadap ke Revano.

"Saya ingin mendirikan perusahaan sendiri dari nol. Dari hasil kerja keras saya sendiri," jawab Revano.

"Kalau begitu, kamu gabung saja dengan kami. Menjadi salah satu karyawan biasa di perusahaan, dan gajinya nanti bisa kamu tabung untuk membangun perusahaan kamu sendiri. Bukankah itu ide yang bagus?" tanya Bagas sambil menatap Revano dan Putra bergantian.

"Jangan karyawan biasa. Revano harus ditempatkan di tempat penting di perusahaan kita. Manager misalnya," ucap Putra menimpali.

"Revano harus memulai dari awal, Pa. Bukankah itu inginnya? Bukan begitu, Revano?" Bagas menatap Revano dengan tatapan mengharap.

Revano terdiam dengan fikiran melayang. Berkerja di perusahaan mereka? Apa itu aman? Maksudnya, apa dia bisa terhindar dari Tama, Papanya?

Revano akhirnya menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Bagas.

"Apa itu artinya kamu bersedia menjadi salah satu bagian dari perusahaan kita, Revano?" tanya Putra dengan wajah berbinar.

Revano kembali menganggukkan kepalanya. "Asalkan saya bisa memulainya dari bawah, saya bersedia. Dan lagi, saya tidak ingin diistimewakan di perusahaan itu."

Putra dan Bagas mengangguk semangat. Putra mendekap bahu Revano, seperti anaknya sendiri. Revano sendiri merasa nyaman dalam dekapan Putra. Dekapan yang sepertinya tidak pernah Tama lakukan padanya.

Ketiga orang itu kembali sibuk mengenai pekerjaan. Hanyut dalam masalah yang sepertinya tidak ada apa-apanya bagi Revano.

Revano memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dialami perusahaan Putra. Putra dan Bagas menyimak serta mengangguk mengerti kala Revano selesai berpendapat.

Bagas membereskan map-map yang terlihat berantakan di atas meja. Kertas-kertas disusun dan disatukan kemudian si simpan.

"Revano sangat ahli dalam merayu customer. Apa Revano juga bisa merayu Risya sehebat itu?" Pertanyaan Bagas membuat Revano dan Putra yang tadinya bercakap-cakap mengenai pekerjaan menjadi terhenti.

Tawa Bagas pecah kala melihat wajah bingung kedua orang di depannya. "Maksudku, apa Revano bisa merayu Risya mengenai perjodohannya dan anak temen Papa itu. Bukan merayu untuk Revano lho."

Putra turut tertawa mendengar ucapan anak sulungnya. "Papa yakin Revano bisa."

"Sudah malam. Sebaiknya kamu segera istirahat, Revano." Revano mengangguk dan segera berdiri setelah mendengar ucapan Bagas. Meninggalkan dua orang tuan rumah yang tengah berbincang hangat.

"Melihat Revano, sepertinya Bagas mengenal seseorang. Namun, siapa ya?" Bagas berucap sambil melihat langkah Revano yang menaiki tangga, menuju lantai atas.

"Papa juga merasa begitu. Tapi Papa lupa siapa orangnya," ucap Putra menimpali.

Bagas mengalihkan pandangannya dari Revano. Meletakkan laptop kembali meja di depannya dan membukanya dengan semangat. Mengotak-atik sebentar, kemudian diakhiri dengan senyuman kemenangan.

"Kakek Riswan." Bagas memberikan laptopnya pada Putra.

"Pak Riswan." Mata Putra berkaca melihat foto di dalam laptop itu.

Seorang lelaki paruh baya dengan lelaki seperempat abad tengah bersanding di dalam foto itu. Saling merangkul dengan ditemani dua orang anak kecil dengan kisaran umur salah satunya mungkin lima tahun, sedangkan satunya tiga atau dua tahun, tapi sudah bisa berdiri tegak.

Salah satunya adalah anak dari lelaki seperempat abad itu, dan satunya lagi adalah cucu dari lelaki setengah baya tadi.

"Mirip, Pa. Sikap, cara bicaranya yang dingin, cara mengendalikan suaranya, perawakannya. Apa dia cucu Kakek Riswan yang pernah sekali bertemu dengan kita, Pa? Pertemuan terakhir ..."

"Bukan. Cucu Pak Riswan bernama Adi, bukan Revano. Seperti nama Pak Riswan, Adi Riswan. Nama cucunya Adi, Bagas," Putra menggeleng cepat, tidak setuju dengan pemikiran anaknya.

"Tapi?"

"Hari sudah malam. Sebaiknya kita tidur. Hari esok menyambut kita dengan tugas yang baru. Kamu ingat, tugas kamu besok mencari tahu dalang dibalik masalah perusahaan kita. Semakin cepat kita tahu, semakin cepat masalah itu selesai."

Putra berdiri dan pergi meninggalkan Bagas yang masih bergelut dengan masa lalu. Siapa Revano? Cucu Kakek Riswan 'kah? Atau ... pemikirannya terlalu jauh untuk memikirkan itu?

•••••

Bersambung

1
Roxanne MA
keren thor aku suka
Roxanne MA
lucu banget jadi cemburuan gini
Roxanne MA
bagus banget ceritanya ka
Nami/Namiko
Emosinya terasa begitu dalam dan nyata. 😢❤️
Gohan
Bikin baper, deh!
Pacar_piliks
iihh suka sama narasi yang diselipin humor kayak gini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!