Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Zinni Pergi
Sore hari ketika Excel pulang dari kantor, Excel mendapat laporan dari Bi Ocoh bahwa Zinni pergi.
"Zinni pergi, pergi gimana maksudnya?" tanya Excel bingung.
"Neng Zinni memutuskan pergi dari rumah ini untuk selamanya."
"Apa? Serius, Bi? Tadi, dia gimana bilangnya ke Bibi?" telisik Excel ingin tahu.
"Ini, Neng Zinni menitipkan sebuah surat buat Den Excel." Bi Ocoh memberikan sebuah amplop ukuran sedang pada Excel. Excel meraih amplop polos itu, lalu dia buka dengan tidak sabar. Ia merobek tepi amplop dengan kasar.
Untuk Pak Excel,
"Assalamualaikum. Melalui surat ini, saya Alzinni ingin menyampaikan permohonan maaf pada Pak Excel, jika selama saya tinggal dan bekerja di rumah Pak Excel ada hal yang tidak mengenakkan hati Pak Excel. Untuk itu, saya mohon maaf.
Dan melalui surat ini, saya juga sekalian ingin berpamitan pada Pak Excel. Saya sudahi janji bekerja selama dua bulan. Saya janji, jika nanti saya sudah punya uang, saya akan bayar sisa hutang saya pada Pak Excel.
Saya mengucapkan banyak terimakasih pada Pak Excel, karena selama ini sudah menjadi Bos saya. Saya pergi, tidak lain dan tidak bukan, hanya ingin membuat hidup Pak Excel tenang dan nyaman. Karena setelah mantan istri Pak Excel mendatangi rumah dan ngamuk serta mengata-ngatai saya tidak benar. Saya merasa harus pergi, demi kenyamanan Pak Excel.
Sekali lagi saya mohon maaf, dan terimakasih sudah pernah menerima saya di rumah Pak Excel. Dan satu lagi yang ingin saya sampaikan ...."
Paragraf terakhir yang Zinni tulis, terlihat menggantung. Excel penasaran dan kecewa karena tidak ada kelanjutannya di sana.
"Apa yang ingin Zinni tuliskan di paragraf terakhir, bikin penasaran saja?" gumamnya kecewa.
"Zinni, kenapa kamu harus pergi gara-gara perempuan gila itu?" Excel bergegas menuju kamarnya di lantai atas, hatinya sangat kecewa dan sedih dengan kepergian Zinni.
Di dalam kamar, Excel menduduki sofa dengan wajah termenung. Kemudian, ia meraih Hp nya. Excel menghubungi nomer Hp Zinni untuk menghentikan kepergian Zinni.
Sayang sekali, nomer yang dihubunginya tidak aktif dan di luar jangkauan. Excel berulang kali mencoba menghubungi, tapi tetap tidak terhubung.
"Zinniiii, kenapa kamu harus pergi?" gumam Excel frustasi. Kalau boleh jujur, Excel merasa kehilangan mendapati Zinni pergi dari rumahnya.
"Ke mana kira-kira Zinni pergi?" tanyanya sembari otaknya berpikir keras ke mana Zinni akan pergi.
"Di kota ini dia tidak ada saudara. Lantas, dia akan pergi ke mana? Apakah dia kembali ke kampungnya? Tapi, tidak mungkin. Zinni bilang, di kampungnya sudah tidak punya saudara," sangkalnya sembari memijit pelipisnya yang mendadak terasa sakit.
"Ayolah Zinni, aktifkan HP kamu. Kamu mau pergi ke mana? Jangan buat saya khawatir," gumam Excel berharap.
Sekeras apapun Excel berharap Zinni bisa kembali ke rumahnya, Excel tetap belum bisa menemukan gambaran ke mana perginya Zinni saat ini?
Sementara itu, Zinni kini sedang menaiki bis dengan tujuan kampung halamannya. Zinni terlihat sedih dan muram di dalam bis. Sebetulnya dia berat meninggalkan kediaman Excel. Namun, kedatangan Erni, yang mengancam dan menghinanya dengan kasar, membuat Zinni sakit hati dan terpaksa pergi dari kediaman Excel.
"Pak Excel, semoga setelah kepergian saya, Pak Excel semakin bahagia dan damai. Saya titip sebuah rasa di sana," bisiknya dalam hati. Sebuah rasa yang diungkapkan Zinni, belum jelas rasa apakah itu?
Zinni pun mematikan daya Hp nya, agar Excel tidak bisa menghubunginya.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan