Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?
jika penasaran langsung saja baca novelnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatihan!!
Udara sore merambat masuk melalui celah jendela, membawa aroma dedaunan musim semi yang segar. Chen Yu berdiri di tengah kamar, memandangi tangannya sendiri seolah ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi.
Tubuh ini kuat namun belum terlatih. Tapi lebih dari itu, ada sesuatu yang baru di dalam dirinya. Sebuah kekuatan asing, samar, tapi terasa nyata dan itu adalah YuanQi.
Ia memejamkan mata, mencoba merasakan kembali lautan kesadaran yang tadi dilaluinya. Dalam keheningan itu, ia bisa menangkap percikan energi tipis yang mengalir pelan di meridian tubuh ini. Energi yang belum pernah ia rasakan sepanjang hidupnya.
"Jalan Yuan... Jadi inilah permulaan dunia baru," gumamnya lirih.
Suara pintu terbuka membuat Chen Yu berpaling.
Pelayan wanita tadi masuk kembali, membawa nampan berisi bubur hangat dan air herbal.
“Tuan muda... apakah kau benar-benar tak apa-apa?” tanyanya lembut, penuh keraguan dan rasa khawatir yang masih belum reda.
Chen Yu tersenyum tipis. “Aku baik. Terima kasih sudah membantuku tadi.”
Pelayan itu tampak sedikit lega. Ia meletakkan nampan, lalu berdiri ragu sejenak. “Jika tuan muda butuh sesuatu. aku ada di luar kamar,” katanya sebelum menunduk dan pergi.
Chen Yu mendekati nampan itu, mencicipi sedikit bubur dan langsung menyadari bahwa tubuh ini memang lapar. Ia melahap perlahan, pikirannya terus bekerja.
Dia tahu, tak ada waktu untuk bersantai. Seseorang telah membunuh tubuh ini, dan ia harus tahu siapa pelakunya.Dan untuk itu, ia membutuhkan kekuatan.
Malam yang gelap pun tiba di langit ChangYuan. Di luar, lampion-lampion mulai menyala di halaman kediaman klan Mu. Bayangan pohon bambu menari di dinding, diterpa angin yang tenang.
Di dalam kamarnya, Chen Yu duduk bersila di atas tikar meditasi. Ia menutup mata, menarik napas perlahan. Mengingat apa yang pernah disampaikan nenek Chen Yu dalam kenangan.
"Langkah awal dalam Jalan Yuan adalah Jujing. Kau harus membuka meridianmu dan merasakan aliran YuanQi. Tidak dengan kekuatan otot, tapi dengan kehendakmu sendiri."
Chen Yu mencoba memusatkan pikirannya. Di lautan kesadarannya yang dalam, ia membayangkan tubuhnya sebagai gua kosong, dan YuanQi sebagai kabut lembut yang mengalir dari segala arah.
Awalnya tidak ada apa-apa.Tapi perlahan!!
Seberkas cahaya hijau samar mulai muncul di dadanya, lalu mengalir pelan ke arah pusar. Rasanya hangat, seperti disentuh sinar matahari pagi.
Tubuhnya bergetar. Nafasnya menjadi berat. Tapi ia tidak menyerah. YuanQi mulai merambat di dalam dirinya. Ia bisa merasakannya, menekan, menyentuh dinding-dinding meridian yang masih tertutup rapat.
“Bukalah...” desis Chen Yu. “Bukalah jalanku…”
Dan...
Crack!
Sebuah suara lembut bergema di dalam tubuhnya. Seolah sebuah gerbang yang telah lama terkunci kini terbuka.
Chen Yu membuka matanya. Peluh membasahi dahinya, namun sorot matanya kini jauh lebih tajam.
“Aku berhasil… membuka satu meridian…”
Langkah pertama telah diambil.
Ia masih lemah, Tapi kini ia memiliki fondasi. Dan satu hal yang pasti, Chen Yu yang dulu telah tiada. Yang tersisa kini hanyalah Chen Yu yang baru.
Beberapa saat kemudian Chen Yu menutup kembali matanya.
beberapa jam telah berlalu.
Langit malam di atas kediaman Klan Mu tampak tenang, dihiasi bintang-bintang kecil yang bersinar redup. Namun di balik ketenangan itu, dalam kamar sederhana yang diterangi cahaya lentera, Chen Yu duduk bersila dengan mata terpejam, tubuhnya penuh peluh.
Napasnya berat, tubuhnya terasa pegal seperti baru saja berlari naik turun gunung. Tapi sorot matanya menyala tajam seperti bara yang mulai hidup kembali.
"Ini... bukan hanya pelatihan," pikirnya. "Ini adalah pertaruhan hidup dan mati."
Di tangannya tergenggam batu Yuan, batu kecil berwarna biru kehijauan yang disimpan diam-diam oleh Chen Yu. Dalam kenangan yang tersambung padanya, ini adalah salah satu dari sedikit peninggalan kakeknya. Saat disentuh, batu itu terasa hangat berisi YuanQi tingkat rendah, cocok bagi pemula.
Chen Yu memusatkan kesadarannya. Dia membayangkan udara di sekitarnya mengalir ke dalam tubuhnya, mengikuti sirkulasi yang perlahan-lahan mulai ia pahami. Meridian yang semula buntu, kini mulai terbuka satu demi satu, meski dengan rasa sakit yang nyaris membuatnya muntah darah.
Setiap kali YuanQi memasuki tubuh, sensasi perih menjalar, seperti urat-uratnya disayat dari dalam. Namun Chen Yu menggigit bibir, menahan suara.
“Kalau aku bersuara. bisa saja seseorang mendengarnya. Aku tidak boleh menarik perhatian.”
Tak ada guru. Tak ada petunjuk. Hanya warisan kenangan dari Chen Yu yang lama, berkat bimbingan nenek di akhir hayatnya.
Beberapa jam berlalu.
Peluhnya membasahi pakaian. Sekujur tubuhnya bergetar. Tapi di tengah rasa sakit itu, ia bisa merasakan. aliran YuanQi kini jauh lebih lancar.
Ia telah membuka tiga dari dua belas meridian utama.
Itu pencapaian luar biasa. untuk seseorang yang belum pernah dilatih secara resmi.
“Jika aku bisa membuka lima meridian dalam tiga hari, aku akan mencapai tahap menengah Jujing,” pikirnya. “Dan saat itu… aku tidak akan sepenuhnya lemah.”
Menjelang fajar, suara ayam jantan menggema di kejauhan. Cahaya matahari belum menyentuh jendela, tapi Chen Yu sudah berdiri tegak.
Tubuhnya sakit. Tapi napasnya kini stabil. Di sekelilingnya, hawa tipis YuanQi mulai terlihat samar. seperti kabut halus di sekitar kulitnya.
Ia menggenggam erat batu Yuan itu.
"Terima kasih Kekek. warisanmu sangat membantu cucumu."
Chen Yu melangkah ke meja kecil di sudut ruangan dan membuka gulungan bambu tua. Itu adalah catatan rahasia kultivasi dasar satu-satunya warisan selain batu Yuan yang ia temukan di bawah papan lantai rumah lama kakek-neneknya.
Catatan itu penuh dengan tulisan tangan kasar dan diagram tubuh manusia, menjelaskan jalur sirkulasi YuanQi dari satu titik ke titik lainnya.
Dia menghafalnya. Memahaminya. Mempelajarinya.
Karena ia tahu, kekuatan sejati tidak datang dari sekte besar atau status keluarga.
Kekuatan datang dari pengorbanan, rasa sakit, dan tekad untuk tidak menyerah.
Di luar kamar, para pelayan mulai beraktivitas. Tapi tak seorang pun tahu bahwa di balik pintu kamar yang tampak tenang itu, Chen Yu yang baru lahir kembali sedang tumbuh diam-diam.
Dia baru saja selesai berlatih, tubuhnya masih terasa berat, namun pikirannya tajam. Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar di luar.
Pintu diketuk perlahan.
Tok. Tok. Tok.
"Tuan muda Chen Yu, Tuan Putri Muwan datang ingin bertemu." Suara pelayan dari luar terdengar pelan.
Chen Yu segera merapikan pakaiannya dan berseru, “Silakan masuk.”
Pintu terbuka perlahan. Muwan melangkah masuk dengan gaun merah menyala yang berkibar lembut mengikuti langkah anggunnya. Rambutnya diikat rapi, matanya tajam, namun tidak menyembunyikan kelelahan.
"Besok pagi aku akan berangkat ke sekte. Jadi aku datang untuk berpamitan. Jangan kira aku peduli," ucapnya datar, tanpa senyum.
Chen Yu tersenyum kaku, mencoba menjaga suasana tetap ringan. “Kau akan berangkat ke sekte? Kalau begitu boleh aku tahu, sekte seperti apa tempatmu berlatih?”
Muwan memandang Chen Yu sejenak. Tatapannya tajam seperti pisau, lalu dia menyeringai kecil.
“Sekte Langit Merah,” jawabnya singkat. “Salah satu dari Empat Sekte Puncak di Dinasti wei. Tapi kenapa kau bertanya?”
Chen Yu menatap matanya dengan tenang. “Karena suatu hari aku akan berkunjung untuk melihat istri ku di sana.”
Muwan tertawa. Bukan tawa hangat, tapi sinis dan merendahkan.
“Kau? Berkunjung ke Sekte Langit Merah?” Dia berjalan mendekat, menatap Chen Yu dari atas ke bawah.
“Tahukah kau berapa banyak kultivator muda yang bahkan tak bisa menyentuh gerbangnya? Sekte itu bukan tempat untuk orang seperti kau, yang bahkan belum menembus tahap LiJing.”
Chen Yu tidak menjawab. Ia menahan napas dan menatap lurus ke arah istrinya itu. Tak ada amarah. Hanya tekad yang mulai membara di balik matanya.
“Aku tahu aku bukan siapa-siapa saat ini,” katanya pelan. “Tapi aku tidak akan selamanya tetap seperti ini.”
Muwan terdiam sejenak, lalu berbalik. Ia berjalan menuju pintu. Tapi sebelum melangkah keluar, ia menoleh, dan berkata dengan suara dingin:
“Berlatihlah sekuat yang kau mau. Tapi ingat, dunia ini bukan tempat untuk mimpi belaka. Jika kau terus seperti ini, kau tidak akan mencapai apapun di masa depan."
Pintu menutup pelan. Suara langkah Muwan perlahan menghilang di lorong.
Chen Yu berdiri diam, memandangi pintu itu. Lalu ia mengepalkan tangan.
"Ini salah ku karena terlalu basa basi, jadi nyonya Muwan tak bisa menahan kata katanya" Saat ini Chen Yu hanya terkekeh.
Tapi!!!
Wajah Chen Yu tiba-tiba berubah menjadi penuh tekad.
“Suatu hari. bukan hanya Sekte Langit Merah yang akan mengenalku. Tapi seluruh dunia akan tahu. siapa aku.”
Dan tekad itu tertanam dalam-dalam jauh di dalam hatinya.
Pada saat ini Chen Yu tampak berfikir. "kenapa Muwan kembali terlalu cepat dari apa yang telah dia katakan kemarin."
"Lupakan sajalah, jika aku bertanya itu hanya membuat nya marah" kata Chen Yu sembari mengeleng geleng kepala nya.
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya