Jerat Cinta Dewi Ular

Tiba-tiba Kenzo merasakan desiran angin yang sangat lembut dan terasa amat dingin.

Perlahan ia meraskan kantuk yang luar biasa dan membuat matanya tak mampu ia pertahankan untuk tetap terjaga.

Ia tertidur setelah melawan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerangnya.

"Hoooaaamm....," Kenzo menguap dan tertidur dengan lelapnya.

Namun rasa lelap itu hanya sementara saja, saat tiba-tiba ia merasakan jika seseorang menarik celananya dan membuat sensasi yang begitu mendebarkan.

"Heeeii..., siapa, kau? Mengapa kau datang memperkaosku? Hentikan!" teriaknya sembari menggeliatkan tubuhnya. namun, lagi-lagi ia tak dapat membuka matanya.

"Breengsek, siapa yang melakukan ini padaku? Tapi ini sungguh nikmat," gumamnya dalam hati yang mana otak dan ucapannya kembali tidak sinkron.

Sosok itu kembali membuatnya melayang saat ia merasakan jika perkututnya sedang disesap dengan sangat kuat dan cairan madu miliknya diminum oleh sosok yang memperkaosnya.

Tak sampai disitu, ia merasakan rudalnya memasuki liang sempit dan hangat, dan rasanya itu sangat nikmat, hingga akhirnya ia memuntahkan lagi cairan penuh kenikmatan itu didalam liang yang ia yakini milik seorang wanita.

"Brengseeeek. Tetapi mengapa sangat nikmat? Siapa sebenarnya wanita ini," gumam Kenzo yang berusaha membuka matanya dan berharap jika ia dapat melihat sosok yang memberikannya kenikmatan.

Perlahan sosok itu turun dari tubuhnya dan ia merasakan cairan hangat masih menempel diadik kecilnya yang mana ia yakini jika itu milik sang wanita pemerkaosnya.

Nafas pemuda itu tersengal setelah mendapatkan dua kali kenikmatan. Namun ia dikejutkan oleh suara desisan seperti ular yang sedang bertarung.

Pemuda itu berusaha untuk membuka matanya, namun tak jua membuahkan hasil, meskipun ia berkali-kali terus mencobanya.

Praaaaank...

Suara kaca pecah dan berhamburan dilantai. Ia tidak tahu benda apa yang pecah dan ia terus mencoba untuk membuka matanya, tetapi lagi-lagi tak jua berhasil.

Hingga akhirnya ia tak lagi  mendengar suara kegaduhan yang terjadi, dan suasana kembali hening dan senyap.

Perlahan Kenzo dapat membuka matanya. Ia antara yakin dan tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Namun pada kenyataannya, ia meliaht celananya sudah berserakan dilantai, lalu senjata miliknya tampak masih setengah berdiri dan cairan pekat itu lengket dibagian perkututnya dengan aromanya yang khas.

Kenzo memunguti celana miliknya dan mengenakan dengan cepat.

Perhatian pemuda itu teralihkan pada ceceran cairan berwarna hitam yang mengotori lantai kamarnya.

cairan itu mirip darah, tetapi aromanya sangat amis dan menjijikkan. Pria itu melihat jika cecerannya berada menuju jendela samping kamarnya.

"Haaah?!" Kenzo membolakan kedua matanya dan mulutnya terbuka lebar saat mendapati kaca jendela miliknya hancur berderai dan pecahannya berserakan dilantai.

"Siiiaaaal" maki Kenzo dengan kesal. Ia meyakini jika ada seorang yang baru saja memasuki kamarnya dan membuat kekacauan setelah memperkaosnya.

Pemuda itu bergegas memeriksanya. Ia tak menemukan apapun disana.

Kenzo menghembuskan nafasnya dengan berat, ia masih terus menyapu pandangannya ke taman samping kamarnya dan berharap menemukan tanda-tanda dari si pelaku pemerkaos, tetapi nihil.

Ia teringat akan cctv yang terpasang di didua sudut taman samping kamarnya. Ia segera memeriksanya.

Matanya tajam menatap layar monitor saat melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sungguh aneh, tak terlihat siapapun. Namun saat kaca jendela kamarnya pecah, ia melihat hanya hemdusan angin belaka.

Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian kembali memeriksa taman, dan tak ada sesiapapun disana.

"Siapa yang telah melakukan ini semua padaku?" Kenzo merasakan sangat frustasi. Ia melirik pecahan kaca jendela kamarnya. Ia harus mengatakan apa pada mamanya tentang kekacauan ini?

Pemuda itu bergegas membersihkannya, lalu mengepel lantai yang terlihat penuh ceceran cairan pekat hitam itu.

Setelah membereskannya, kini mengambil ponselnya, berniat menghubungi tukang kaca untuk memperbaiki jendelanya yang rusak akibat ulah yang tidak.diketahui siapa pelakunya.

"Kenzo, Kenzo," panggil Endah Yulia saat mendengar suara pecahan kaca yang berdentum sangat kuat ketika ia sedang berada dikebun belakang lantai dasar.

"Iya, Ma." sabut Kenzo, lalu membatalkan panggilannya. Ia tahu jika sang mama akan mencecarnya dengan kejadian ini.

Pemuda itu membuka pintu, dan melihat wanita cantik yang telah melahirkannya itu berdiri menatapnya, lalu melongok ke dalam.

Seketika ia terkejut melihat saat kaca jendela kamar milik anaknya telah pecah.

"Apa yang terjadi?" tanyanya penuh selidik.

"Aku tanpa sengaja memecahkannya," jawab Kenzo berbohong.

"Kenzo, sebaiknya kita pergi ke psikiater sebelum kau menghancurkan isi kamarmu," Endah Yulia semakin khawatir dengan kesehatan puteranya.

"Mama jangan khawatrikan aku, aku akan menyelesaikan semuanya, aku baik-baik saja," Kenzo meyakinkan sang ibunda.

"Tapi...,"

"Mama tenang saja, tidak ada yang perlu dkhawatirkan," pemuda itu kembali menenangkan mamanya.

Endah Yulia hanya mendenguskan nafasnya dengan berat. "Baiklah, tetapi jika kau bertingkah aneh lagi, mama akan memaksamu untuk pergi ke psikiater," ancam Endah Yulia pada puteranya.

Kenzo mengangkat kedua bahunya, dan wanita berparas cantik itu memilih untuk minggalkan kamar puteranya.

Setelah mamanya pergi, Kenzo menutup pintu, dan ia berniat untuk mandi, sebab merasa jika ada cairan pekat yang lengket diperkututnya. "Apa aku mimpi basah karena mengkhayalkan Adhisti barusan?" gumamnya dengan lirih.

"Semiga saja mama tidak melihat hal konyol ini," ia menggerutu dengan rasa malu.

Tiba-tiba ia teringat akan kotak boks berisi ular kobra yang ia letakkan didekat toren air. Ia ingin melihat kondisi hewan reptil tersebut.

Ia berjalan menuju balkon kamar belakang. Terlihat seperti ada bekas pertarungan karena ada jekak mirip telapak kaki manusia, tetapi ia tidak begitu yakin.

"Apa ini? Mengapa seperti jejak manusia, tapi tidak terlalu meyakinkan," gumamnya, sembari memperhatikan sekitarnya.

Pohon mangga terlihat tergores, dan toren air mengalami lecet goresan benda tajam, tapi tidak membuatnya sampai bocor.

"Siapa yang menyelinap ke balkonku?" pemuda itu semakin penasaran.

Kemudian ia melihat penutup boks itu terbuka lebih lebar, dan saat ia melihat isinya, ternyata sudah tak menemukan ular itu ada didalamnya.

"Kemana dia pergi? Apakah seseorang memgambilnya? Tapi untuk apa?" ia terus saja menciptakan pertanyaan yang mana ia sendiri tidak dapat menjawabnya.

Disisi lain, Adhisti sedang bertarung melawan sosok Umbra yang mersa tak senang saat menyaksikan Adhisti yang bercinta dengan pemuda pilihannya.

"Mengapa kau terus menguntitku! Aku muak denganmu yang tidak.punya rasa malu! Keluargamu ikut andil dalam pembinasaan kedua orangtuaku, dan kini kau mencoba mengejarku!" ejek Adhisti dengan sebuah senjata berupa tombak ditangannya.

"Tetapi aku mencintaimu, mengapa kau tak membuka hatimu untukku, dan lupakan masa lalu, kita memulainya dari awal," Umbra mencoba melunakkan hati sang pujaannya.

"Tidak ada ampunan bagi siapapun yang telah membinasakan keluargaku!" gadis itu mengayunkan tombaknya dan mulai menyerang sosok ular berukuran besar tersebut.