NovelToon NovelToon
Benang Merah Yang Berdarah

Benang Merah Yang Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Blurb:

Mia meyakini bahwa pernikahan mereka dilandasi karena cinta, bukan sekadar perjodohan. Christopher mencintainya, dan ia pun menyerahkan segalanya demi pria itu.

Namun setelah mereka menikah, sikap Chris telah berubah. Kata-katanya begitu menyakitkan, tangannya meninggalkan luka, dan hatinya... bukan lagi milik Mia.

Christopher membawa orang ketiga ke dalam pernikahan mereka.

Meski terasa hancur, Mia tetap terus bertahan di sisinya. Ia percaya cinta mereka masih bisa diselamatkan.

Tapi, sampai kapan ia harus memperjuangkan seseorang yang terus memilih untuk menghancurkanmu?


Note: Remake dari salah satu karya milik @thatstalkergurl

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Christopher menggenggam tangan Lusy dengan begitu erat, dirinya takut jika ia melepaskannya gadis itu akan menghilang lagi dari hidupnya.

“Setelah kau kembali…” suaranya lirih, “…aku akhirnya tahu semua kebenarannya. Semua ini… adalah ulah Mia.”

Lusy tidak langsung merespons tuduhan itu. Tatapannya kosong tanpa ekspresi. Hanya ada kehampaan yang tergambar di wajahnya.

“Jadi… kau sudah mengetahuinya?” bisiknya datar, tidak ada keterkejutan dalam nada suaranya.

Christopher menganggukkan kepalanya perlahan. Matanya mulai memanas dan rahangnya mulai mengeras. Tangan yang menggenggam jemari Lusy kini menggigil oleh amarah yang ia tahan terlalu lama.

“Dia yang mengancammu, bukan?” tuding Christopher dengan suara penuh tekanan. “Dia memaksamu pergi jauh dariku. Dia ingin seluruh diriku, dan kau... kau hanya dianggap penghalang olehnya.”

Diam-diam Lusy tersenyum dengan samar. Kemudian ia menjawab, suaranya terdengar begitu lembut, tetapi menyimpan racun yang nyaris tak terlihat dimata pria itu.

“Aku hanya tidak ingin membuat keadaan semakin rumit waktu itu, Chris…” katanya perlahan. “Aku memilih untuk pergi… karena aku sangat mencintaimu. Aku ingin yang terbaik untukmu, walaupun itu berarti aku harus menghilang dari hidupmu.”

Christopher menutup matanya sejenak, lalu menarik napas panjang seolah mencoba menahan badai dalam dadanya.

“Tidak…” ucapnya dengan tegas. “Aku yang bersalah. Aku yang terlalu buta dan lemah. Tapi sekarang, aku bersumpah… aku tidak akan membiarkannya menyakitimu lagi. Tidak untuk yang kedua kalinya, Lusy.”

Setelah itu, Christopher kembali menundukkan kepalanya ke meja kerjanya. Sorot matanya berubah gelap dan dipenuhi oleh kebencian yang membara terhadap pengkhianatan yang selama ini tersembunyi dengan rapi.

Namun, ia tidak menyadari satu hal…

Senyum samar mengembang di bibir Lusy. Tatapannya begitu dingin, dan dia berpikir bahwa... semua rencananya telah berjalan sesuai rencana.

- Kembali ke rumah sakit, tempat Mia dirawat. -

Jack duduk di sisi ranjang, perlahan ia melepaskan perban di dahi Mia. Tangannya bergetar saat melihat luka yang masih merah di kulit halus gadis itu.

Matanya berkaca-kaca dan nafasnya tercekat.

“Ya Tuhan, Nona…” bisiknya lirih, “Luka ini…”

Mia mencoba tersenyum, walaupun bibirnya sekarang gemetar. Ia menatap Paman Jack dengan sorot mata yang tenang.

“Aku baik-baik saja, Paman Jack,” ucapnya pelan, seolah kalimat itu bisa meredakan segalanya.

Namun Paman Jack dengan cepat menyeka sudut matanya. Ia menatap Mia dengan pandangan tidak percaya, ia menatapnya dengan sorot mata sedih, marah, kecewa dan terluka.

“Bagaimana bisa Anda menyebut ini ‘baik-baik saja’?!” suaranya meninggi, namun segera melemah lagi, “Suami Anda… perbuatannya sudah sangat keterlaluan kali ini. Nona selalu takut meninggalkan bekas luka di tubuh Anda… dan luka seperti ini akan sulit hilang…”

Mia tidak langsung menjawab. Ia menoleh perlahan ke arah jendela memandang langit yang mulai merona jingga. Matanya mulai memerah meski ia masih berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh.

“Dulu… aku memang takut meninggalkan bekas luka di tubuhku,” bisiknya pelan. “Karena Christopher tidak menyukainya…”

Jack terdiam. Tak satu pun kata yang mampu mewakili amarah dan kesedihan yang menggelegak di dadanya.

“Aku takut dia akan jijik padaku. Dia menyukai kesempurnaan. Kulit yang mulus. Penampilan yang rapi. Segalanya harus tanpa cela.” Ia menarik napas dalam-dalam. “Sedangkan aku… aku penuh dengan luka, tidak sempurna dimatanya.”

Jack mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras karena menahan amarah.

“Nona Mia…” katanya dengan suara tertahan. “Anda tidak harus terus bertahan seperti ini. Cinta… tidak seharusnya menyakitimu.”

Mia menundukkan kepala. Bahunya mulai bergetar. Tangis yang selama ini ia tahan akhirnya pecah dalam diam. Air matanya jatuh satu per satu, menetes di atas selimut putih.

“Aku… bahkan tidak berhasil membuatnya mencintaiku, Paman…” isaknya pelan. “Bahkan ketika Lusy telah pergi, dia tetap tidak pernah benar-benar melihatku.”

“Sekarang orang itu sudah kembali… dan aku tahu, aku tidak punya tempat lagi di hatinya.”

Hening. Ruangan itu dipenuhi kepedihan yang membekas di udara. Jack hanya bisa menatap Mia dengan menahan rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.

Mia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya masih bergetar, sisa-sisa tangis belum sepenuhnya mereda. Tapi kemudian, pikirannya mengembara… menembus waktu, mengajak hatinya kembali pada hari yang tak pernah ia lupakan.

[FLASHBACK ON– Pesta Ulang Tahun Kakek Lee, Usia Mia 15 Tahun]

Lampu-lampu kristal menggantung indah di aula mewah milik keluarga Lee. Para tamu dengan pakaian terbaik mereka berdansa dan tertawa, menikmati pesta ulang tahun Kakek Lee yang ke-70. Namun jauh dari keramaian itu, di balik sebuah lorong panjang… gadis kecil bernama Mia terjebak di dalam sebuah lemari besar yang telah terkunci dengan rapat.

“Tolong… keluarkan aku… Aku mohon…” Suara Mia kecil terdengar serak dan penuh tangis keputusasaan. Ia mengetuk pintu lemari dengan sekuat tenaga, tetapi tidak ada jawaban diluar sana. Anak-anak dari keluarga kaya yang tidak menyukainya telah mengurungnya di sana dan menertawakannya sebelum mereka pergi.

Tubuhnya menggigil dan tangisnya melemah.

'Aku menangis dan memohon... tapi tidak ada satupun yang datang. Tubuhku menggigil dan suaraku melemah...'

Namun di tengah kegelapan, tiba-tiba suara kunci berputar terdengar oleh telinganya. Lalu pintu lemari itu terbuka secara perlahan. Sebuah cahaya masuk kedalam, lalu menyilaukan matanya yang lembap oleh air mata.

Seorang anak laki-laki berdiri di sana. Ia mengenakan jas putih yang rapi, rambutnya tertata teratur dan wajahnya telihat tenang.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Tanpa berpikir panjang, Mia kecil langsung memeluknya sangat erat, seketika tangisnya pecah di dadanya.

“Terima kasih… terima kasih banyak…” isaknya.

Anak itu menepuk punggungnya begitu lembut.

“Tidak apa-apa. Kau aman sekarang.”

Namun belum lama mereka berbicara, suara dari kejauhan telah memanggil anak laki-laki itu.

“Aku harus pergi,” ujarnya sambil menoleh.

Mia kecil buru-buru menarik ujung jas putih anak laki-laki itu.

“Tunggu! Terima kasih…” ucapnya sekali lagi.

[Beberapa menit kemudian – Aula Pesta]

Mia berdiri di samping ayahnya, ia baru saja membersihkan air matanya dan menenangkan diri. Saat itu, suara gemuruh tepuk tangan memecah suasana ruangan. Ia menoleh ke arah panggung dan tertegun sejenak.

Mia melihat seorang anak lelaki duduk di depan piano besar dan jemarinya menari di atas tuts dengan anggun. Melodi yang ia mainkan begitu indah, seindah senyumnya saat tadi menolongnya.

'Aku sangat tertegun… Dia duduk di depan piano, dan memainkan melodi seindah senyumannya…'

Setelah lagu itu selesai, Kakek Lee berdiri dan memeluk sang pianis muda dengan penuh kebanggaan.

“Cucuku sungguh luar biasa! Kakek sangat menyukai hadiahnya!”

Mia kecil menatap ke arah panggung dengan mata membelalak.

“Izinkan saya untuk memperkenalkan, ini cucu saya yang baru kembali dari luar negeri… Penerus Lee Crop Company… Christopher Lee.” ucap Tuan Lee dengan bangga.

'Sejak hari itu… namanya telah terukir didalam hatiku..'

[FLASHBACK OFF – Rumah Sakit]

Mia mengangkat wajahnya yang kini telah sembab. Ia menyeka air matanya dengan punggung tangan, lalu menatap ke arah langit senja dari jendela rumah sakit.

“Chris… aku mencintaimu sejak dulu.” Suaranya begitu lirih, “Tapi mungkin cintaku memang tidak pernah cukup bagimu.”

***

Langkah-langkah lemah Mia menyusuri koridor rumah sakit yang sedikit sepi, hanya terdengar suara sepatu karet bersentuhan dengan lantai marmer putih yang mengilap. Cahaya matahari sore menerobos masuk lewat jendela panjang, mewarnai dinding dengan semburat keemasan yang hangat namun tidak mampu mengusir rasa dingin dari dalam dadanya.

"Huff... aku butuh udara segar. Hanya sebentar saja," gumamnya pelan.

Namun saat baru saja beberapa melangkah, kepalanya terasa berdenyut hebat. Tiba-tiba pandangannya berputar. Ia mengerjapkan mata sebentar untuk mencoba mempertahankan kesadarannya, tetapi tubuhnya mulai limbung.

"Ugh… kepalaku…" Mia merintih lirih.

Sebelum tubuhnya benar-benar ambruk, sepasang lengan dengan cepat menangkapnya.

"Adik kecil, kau harus hati-hati. Apa kau baik-baik saja?"

Suaranya dalam dan terdengar menggoda. Mia membuka matanya perlahan, matanya bertemu dengan sepasang iris gelap milik seorang pria muda berwajah asing, namun senyum menyebalkannya langsung membuat darahnya mendidih.

"Kau siapa…?" tanyanya bingung.

Pria itu tertawa pelan sambil menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Kalau kau jatuh dan aku tidak menangkapmu, bisa-bisa kau nanti masuk rumah sakit lagi. Atau... jangan-jangan kau memang sengaja, ya? Supaya bisa memelukku?"

Mia langsung mendorong dada pria itu dengan sekuat tenaga yang tersisa.

"A-Aku tidak butuh bantuanmu. Lepaskan!" Mia berusaha melepaskan diri dari pria itu, lalu tubuhnya hampir jatuh lagi ke lantai.

Namun pria itu masih mempertahankannya dan senyumnya semakin menyebalkan.

"Aku baru saja menyuruhmu untuk hati-hati, dan kau masih saja hampir jatuh. Sepertinya kau memang suka dipeluk, ya?"

Amarah Mia memuncak. Ia berusaha menyingkirkan tangan yang melingkari pinggangnya.

"Sudah kubilang, LEPASKAN AKU!"

Pria itu akhirnya melepaskan pegangannya. Tubuh Mia akhirnya jatuh perlahan ke lantai. Ia terduduk, lalu tubuhnya gemetar hebat dan nafasnya tersengal.

"Jangan sentuh aku… jangan…" bisiknya nyaris tak terdengar, tapi cukup membuat pria itu tertegun.

Raut wajah pria itu berubah. Senyumnya telah memudar, digantikan oleh ekspresi kebingungan dan rasa penyesalan. Ia melangkah perlahan mendekat dan matanya kini penuh dengan tanda tanya.

"Aku... aku tidak bermaksud untuk menakutimu…" ucapnya pelan.

Saat itulah, sorot matanya menangkap wajah Mia dengan lebih jelas, wajah Mia begitu pucat dan tidak asing.

Dia sedikit membungkuk untuk memperhatikan lebih saksama sambil mengingatnya.

"Lee… Mia? Kamu Mia, kan?" tanyanya dengan ragu.

Mia tidak menjawab. Ia masih gemetar dan menunduk dalam diam. Tapi suara itu… nada bicaranya… sesuatu dalam dirinya mulai mengenali pria ini.

"Aku tidak salah lagi. Kamu memang Mia! Aku… aku Daniel! Kau masih ingat padaku?" serunya dengan nada riang.

Mia perlahan mendongak. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di hadapannya. 'Wajah itu… senyum itu…'

"Da…niel?"

Tatapannya langsung membelalak dan tubuhnya menegang seketika. Hatinya berdegup keras, Mia tidak percaya.

"......!!!!"

"Tuan muda… Yang…?" gumamnya pelan, hampir tak terdengar, namun cukup untuk membuat pria di depannya terpaku.

.

.

.

.

.

.

.

- TBC -

1
partini
semoga hati kamu benar benar mati rasa untuk suami mu Mia,
partini
semoga kau cepat mati Mia
partini: mati rasa Thor sama cris bukan mati raga atau nyawa hilang ,,dia tuh terlalu cinta bahkan cinta buta
dan bikin cinta itu hilang tanpa bekas
Phida Lee: jangan dong, kasihan Mia :(
total 2 replies
partini
drama masih lanjut lah mungkin Sampai bab 80an so cris nikmati aja
Sammai
Mia bodooh
partini
oh may ,ini satu satunya karakter wanita yg menyeknya lunar binasa yg aku baca ,,dah crIs kasih racun aja Mia biar mati kan selesai
Phida Lee: nah bener tuh kak 😒
total 1 replies
partini
crIs suatu saat kamu tau yg sebenarnya pasti menyesal laki laki tergoblok buta ga bisa lihat
Mia Mia cinta butamu membuat dirimu terluka kamu jg sangat goblok ,, wanita kaya kamu tuh ga bisa move on ga bisa sukses terlalu myek2 kamu ,,so enjoy lah
Sammai
Mia terlalu bodoh kalau kau terus bertahan untuk tinggal di rumah itu lebih baik pergi sejauh jauhnya coba bangkit cari kebahagiaanmu sendiri
partini
dari sinopsis bikin nyesek ini cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!