NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Sania menatap Bima yang duduk di kursi kemudi dengan wajahnya sudah pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya, dan darah dari luka tembak di kakinya mulai merembes ke jok mobil.

“Bima, hentikan mobilnya,” ucap Sania dengan suara lirih namun tegas.

Bima menggertakkan gigi, masih memaksa memegang setir.

“Tidak, kita harus jauh dari tempat itu dulu.”

Sania menyentuh tangannya, suaranya gemetar, “Kalau kamu teruskan, kamu bisa pingsan di jalan. Berhenti, Bi… tolong.”

Bima menoleh sekilas. Tatapan Sania penuh cemas, penuh takut, tapi juga penuh cinta membuatnya menghela napas berat.

Mobil perlahan menepi. Begitu berhenti, Sania cepat-cepat keluar dan membuka pintu sisi pengemudi.

“Aku gantian nyetir,” katanya tanpa menunggu persetujuan.

“Sania, kamu baru saja—”

“Tidak apa. Sekarang kamu duduk saja.”

Bima, meski masih berusaha terlihat kuat, akhirnya mengangguk dan merosot ke kursi penumpang.

Sania masuk ke kursi kemudi, menyalakan mesin dengan tangan yang sedikit gemetar, namun matanya penuh tekad.

Mobil melaju kencang menembus jalan sepi.

Sania menatap Bima beberapa kali dari sudut mata.

“Tahan, Bi. Kita hampir sampai.”

Bima menutup mata, napasnya berat. “Aku nggak apa-apa.”

“Kamu bohong,” Sania membalas, suaranya serak.

Beberapa menit kemudian, bangunan kecil dengan plang KLINIK SEJAHTERA muncul di depan mereka bangunan sederhana dengan cat yang mulai memudar, tapi lampunya masih menyala terang.

Sania langsung memarkir mobil di depan pintu.

Ia berlari keluar, membuka pintu penumpang, dan meraih tubuh Bima.

“Ayo, aku bantu.”

“Pelan…,” Bima mengerang, tapi ia berusaha berdiri dengan menumpukan berat badannya pada Sania.

Sania menariknya masuk ke dalam klinik kecil itu. Aroma obat-obatan memenuhi ruangan, dan seorang perawat yang berjaga langsung terkejut melihat darah di celana Bima.

“Bu! Tolong! Suami saya tertembak!” seru Sania.

Perawat itu langsung memanggil dokter jaga.

Dua orang staf klinik membawa Bima ke ranjang pemeriksaan.

Sania mengikuti dari belakang, matanya terus berkaca-kaca melihat suaminya mengerang menahan sakit.

Dokter menatap luka di kaki Bima dan langsung mengambil peralatan.

“Pelurunya masih di dalam, dan kita harus segera mengoperasi nya."

Dokter meminta Sania untuk menunggu di luar ruang operasi.

“Tidak,” Sania menggeleng cepat. “Aku di sini saja. Aku tidak akan ninggalin dia.”

Bima membuka mata, menatapnya samar.

“Sayang, aku tidak apa-apa."

Dokter mengijinkan dan mulai memberikan anastesi kepada Bima.

sementara Sania berdiri di sisi ranjang, memegang tangan suaminya erat-erat, berusaha menahan guncang tubuhnya sendiri.

Di luar, sirene samar-samar terdengar dari kejauhan.

Entah itu ambulans atau anak buah Salvatore menyusul jejak mereka.

“Habis ini kita harus pergi jauh. Aku nggak mau kehilangan kamu.”

Sania menatap wajah Bima yang masih tidak sadarkan diri, napasnya berat dan terengah.

Ia menggenggam tangan suaminya dengan erat, berusaha menyalurkan kekuatannya ke tubuh Bima.

Tiba-tiba terdengar dobrakan keras dari pintu klinik. Jantung Sania langsung berdegup kencang.

“Dokter, tolong, sembunyikan kami. Aku mohon!” suara Sania bergetar, hampir menangis.

Dokter menatapnya sejenak, lalu menganggukkan kepala.

“Tenang, Bu. Aku akan sembunyikan kalian. Jangan khawatir.”

Dengan cepat, dokter memindahkan Bima ke ruangan kecil di belakang klinik yang biasanya digunakan untuk penyimpanan obat-obatan.

Ia menutup tirai tipis di sekeliling ranjang, sehingga tubuh Bima tidak terlihat dari luar.

Sania tetap di sisi ranjang, menundukkan kepala dan berharap detik-detik berikutnya berlalu tanpa masalah.

Suara langkah kaki Salvatore terdengar semakin dekat di lorong klinik.

Salvatore masuk ke ruangan utama klinik, menatap dokter dengan tajam.

“Dimana pemilik mobil yang ada di depan tadi?” tanyanya dengan nada dingin, hampir seperti ancaman.

Dokter menelan ludah, tetap tenang meski napasnya sedikit bergetar.

“Maaf, Tuan. Aku tidak tahu. Tidak ada orang seperti itu di sini.”

Salvatore menatap sekeliling ruangan dengan mata gelapnya.

“Kamu bohong,” gumamnya rendah, tapi cukup keras agar terdengar oleh dokter.

Dokter hanya menggelengkan kepalanya perlahan.

“Tidak, Tuan. Aku tidak melihat siapapun, aku janji.”

Salvatore menghela napas panjang, matanya menyapu seluruh ruangan.

Ia menatap meja, kursi, dan alat-alat medis. Tidak ada yang menonjol, tidak ada jejak siapa pun.

Ia menekan tombol kecil di dasbor mobil hitam yang terparkir di luar, lalu menatap dokter lagi.

“Kalau aku menemukan kalian berbohong, aku tidak akan menyesal untuk menghabisi nyawa kalian!"

Dokter tetap menunduk, menahan rasa takut. Sania, meski ketakutan, tetap memeluk tangan Bima di balik tirai tipis, berharap suaminya segera sadar dan mereka bisa keluar dari bahaya ini.

Salvatore akhirnya keluar, menutup pintu klinik perlahan.

Suara langkah kakinya menjauh, namun aura ancaman masih terasa pekat di dalam ruangan.

Sania menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia menatap Bima, menepuk tangannya pelan.

Setelah memastikan luka Bima dirawat dengan baik dan Sania mendapatkan penanganan untuk kehamilannya, dokter menatap keduanya dengan serius.

“Kalian tidak bisa pulang malam ini. Masih terlalu berbahaya,” ucap dokter.

“Kalian harus bermalam di rumahku sampai situasi lebih aman.” ucap dokter.

Sania menatap dokter dengan mata penuh rasa terima kasih.

“Terima kasih, Dok. Kami akan mengikuti saran Anda.” ujar Sania.

Bima yang masih setengah sadar, menggenggam tangan Sania pelan.

“San, terima kasih. Sudah ada di sini…” gumamnya serak.

Dokter mengangguk dan mulai menyiapkan ambulans kecil yang biasanya digunakan untuk keadaan darurat.

“Kita akan menggunakan ambulans ini supaya tidak ada yang curiga. Kalian akan aman di rumahku.”

Sania membantu Bima naik ke dalam ambulans dengan hati-hati.

Tubuh Bima masih lemah, namun matanya perlahan mulai fokus.

Dalam perjalanan, Sania duduk di samping suaminya, terus menggenggam tangannya.

“Bima, kita akan keluar dari ini. Aku janji,” bisiknya lembut.

Bima mengangguk pelan, matanya masih setengah terpejam.

“Aku percaya padamu, San…”

Di luar, malam pekat dan sunyi. Lampu ambulans yang kecil bergerak perlahan menembus jalanan kota yang sepi.

Tidak ada satu pun yang menyadari bahwa di dalamnya terdapat pasangan yang sedang diselamatkan dari bahaya besar.

Di rumah dokter, mereka berdua disambut dengan hangat.

Dokter memastikan ruangan untuk malam itu nyaman dan aman, menutup semua jendela dan memeriksa keamanan di sekitar.

Sania menatap Bima yang kini berbaring di ranjang darurat yang telah disiapkan.

“Tidurlah, sayang. Malam ini kita aman,” ucapnya sambil menepuk lembut pipi suaminya.

Bima menutup mata, merasakan kehangatan tangan istrinya.

Meski tubuhnya lemah dan hati dipenuhi ketakutan, ada rasa lega karena untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, mereka bisa bernafas sedikit lega.

Di luar, gelap malam menelan rumah dokter, sementara rencana Salvatore untuk menemukan mereka masih mengintai, tanpa mereka sadari.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!