NovelToon NovelToon
Kukira Impoten Ternyata Hyper

Kukira Impoten Ternyata Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

Vanya sengaja menyamar menjadi sekretaris yang culun di perusahaan milik pria yang dijodohkan dengannya, Ethan. Dia berniat membuat Ethan tidak menyukainya karena dia tidak ingin menikah dan juga banyaknya rumor buruk yang beredar, termasuk bahwa Ethan Impoten. Tapi ....

"Wah, ternyata bisa berdiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Vanya melangkah masuk ke rumah mewahnya dengan langkah gontai, meskipun tangannya penuh dengan paper bag dari brand kelas atas. Rasa lelah di punggungnya jauh lebih berat daripada beban belanjaannya.

"Kamu habis belanja?" tanya Bu Ella saat melihat putrinya pulang.

"Iya. Belanja sama Tante Clara," jawab Vanya. "Mama yang mengasih tahu Tante Clara kalau aku bekerja di perusahaannya?"

Vanya menaiki tangga dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia meletakkan semua paper bag itu di dekat mejanya, lalu menghempaskan tubuhnya yang lelah di tepi ranjang.

Bu Ella, yang mengikutinya dengan senyum misterius, ikut duduk di tepi ranjang. Dia menatap putrinya dengan tatapan penuh harap. "Iya, Mama yang beritahu Bu Clara biar Bu Clara senang. Kalau begitu kamu sudah menerima perjodohan itu, Sayang?"

Vanya menggeleng keras, membuat rambutnya yang diikat asal-asalan ikut bergoyang.

"Tidak! Sekarang aku semakin yakin menolaknya. Pertama, karena aku tidak cinta sama Ethan. Kedua, si Ethan itu sangat galak dan menyebalkan. Ketiga, Tante Clara juga tidak tahu Ethan normal atau nggak! Jadi, aku dijadikan kelinci percobaan!" Vanya menekankan kata-kata terakhirnya.

Bu Ella seketika terdiam, wajahnya berubah cemas. "Kelinci percobaan? Maksud kamu gosip itu benar?"

"Lalu, kenapa kamu menerima semua pemberian Bu Clara?" Pak Bima tiba-tiba muncul di ambang pintu, sengaja mendengar keluh kesah putrinya.

Vanya bangkit duduk dan memeluk bantal. "Barang yang sudah dibeli, tidak bisa dikembalikan, Papa. Lagipula ini semua akan aku pakai! Nah, sekarang alasanku sudah pasti, besok aku tidak mau bekerja lagi di kantor Sigma Corp! Capek. Si Ethan itu rewel banget!" Vanya menghempaskan tubuhnya lagi di atas ranjang. Punggungnya kini terasa nyaman setelah seharian tanpa merebahkan dirinya.

"Tidak!" sahut Pak Bima tegas. "Dalam perjanjian keluarga, kamu akan bekerja selama tiga bulan di sana."

"Papa, Ethan pasti akan segera memecatku!" kata Vanya sambil tersenyum menatap papanya penuh keyakinan.

"Ethan tidak mungkin memecat orang sembarangan. Apalagi baru bekerja dan sudah terbukti secerdas kamu. Kalau memang dia memecat kamu, berikan buktinya. Surat pemecatan resmi dan tertulis. Besok, kamu harus tetap kembali bekerja!"

Vanya memutar kedua matanya malas. Dia sangat kesal. Padahal dia hanya ingin menikmati hidupnya tanpa beban dan bersantai seharian.

"Papa menyuruh Kak Vian ke perusahaan Ethan besok? Pasti sengaja, kan? Untuk memastikanku benar-benar bekerja atau tidak?" tuduh Vanya.

Pak Bima menghela napas. "Iya, tapi memang ada kerjasama penting. Dan Vian harus memastikan integrasi chip itu berjalan lancar. Lagipula, Vian sangat antusias untuk melihatmu bekerja."

"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Pasti capek," kata Bu Ella, menarik suaminya keluar dari kamar Vanya, menyadari tekanan yang dialami putri mereka.

Vanya memejamkan matanya sesaat, menikmati kelembutan ranjangnya. Namun, bunyi notifikasi di ponselnya membuatnya kembali membuka mata. Dia meraih ponselnya.

Sebuah pesan dari grup alumni SMA: "Anak-anak SMA Negeri 3 mau reunian malam ini?"

Kemudian dia membuka pesan suara dari salah satu temannya yang bernama Nika. "Vanya, datang yuk nanti malam. Di Pub and Bar Levels. Aku dengar Kak Sadam juga datang, lho!"

Vanya berpikir sejenak. Sadam, crush masa lalu yang tadi menghinanya di kantor.

"Dulu sih minat banget, tapi sekarang gak begitu tertarik gara-gara Kak Sadam memandang penampilan," batin Vanya sinis. Dia menatap pantulan dirinya di cermin.

Tiba-tiba, sebuah ide licik muncul di kepalanya.

"Eh, tapi aku penasaran. Kalau aku datang dalam mode Nona Muda, apa Kak Sadam akan tertarik? Aku harus datang untuk memastikan. Sudah lama juga aku gak dugem."

Vanya bangkit dari ranjang, semua rasa lelahnya hilang. Dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

***

Vanya berdiri di hadapan cermin besar di kamarnya. Pantulannya menunjukkan sosok yang benar-benar berbeda dari sekretaris kucel berambut acak-acakan di Sigma Corp. Vanya Chandira sang ahli waris kini hadir.

Dress pendek ketat berwarna hitam memeluk setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan kakinya yang jenjang. Rambut lurusnya yang hitam pekat dibiarkan tergerai dengan riasan wajah yang memukau. Sepatu heels stiletto setinggi 12 cm dan tas tangan Hermès senilai ratusan juta melengkapi transformasinya.

Sebelum turun, Vanya mengambil syal tipis berwarna senada dan melilitkannya di leher, sengaja untuk menutupi belahan dadanya yang cukup terbuka agar kedua orang tuanya tidak berkomentar terlalu panjang.

"Mama, Papa, aku mau menghadiri reuni SMA dulu," pamit Vanya, berjalan menuruni tangga.

Kedua orang tuanya yang sedang bersantai langsung menoleh dan terkejut melihat penampilannya.

"Vanya, jangan memakai rok pendek begitu," tegur Pak Bima, wajahnya langsung khawatir.

Vanya berjalan mendekat, mencium pipi papanya dengan manja. "Papa, ini modis. Papa tidak usah khawatir, aku bisa jaga diri."

"Reuni di mana?" tanya Bu Ella.

"Di kafe," bohong Vanya dengan cepat. Dia tahu menyebutkan Pub and Bar Levels akan memicu ceramah panjang lebar.

"Sebelum jam 12 malam, kamu harus pulang," tegas Pak Bima. "Dan satu lagi, besok kamu harus tetap bekerja!"

"Iya, Papa," jawab Vanya mengiyakan, daripada obrolan mereka semakin panjang.

Vanya keluar dari rumah, masuk ke dalam mobil sport-nya, dan mengemudi sendiri menuju Pub and Bar Levels.

Setelah hampir satu jam, Vanya tiba. Dia turun dari mobil, mengunci pintu, dan berjalan anggun menuju pintu utama. Musik house berdentum keras, menyambutnya.

Beberapa pasang mata di area valet dan pintu masuk menatap Vanya terpesona. Beberapa pemuda bahkan bersiul yang diabaikan Vanya.

"Gila, cantik sekali," bisik salah satu pria, terpesona oleh aura Nona Vanya yang mahal.

Vanya tetap berjalan lurus, sama sekali tidak terpengaruh, lalu masuk ke dalam pub. Suasana di dalam ramai, tetapi dia menemukan teman-temannya di area lounge yang tidak terlalu bising.

"Vanya! Apa kabar?" sapa Nika, teman baiknya sejak SMA. Dia berdiri dan memeluk Vanya sesaat.

"Baik banget, Nik. Kamu sendiri apa kabar?"

"Aku juga baik. Kamu tetap sibuk dengan Oppa-Oppa kamu itu?" goda Nika.

"Tentunya," balas Vanya sambil tertawa renyah. Dia bergabung dengan teman-temannya. Mereka mulai mengobrol dengan keras, berbagi cerita konyol, dan tertawa lepas.

Hingga akhirnya, seorang pria yang berjalan tegak, terlihat tampan, dan elegan datang menghampirinya. Pria itu menatap lurus ke arah Vanya, matanya dipenuhi kejutan dan kekaguman.

"Kak Sadam?" Nika menyapa Sadam dengan antusias.

Sadam tersenyum, tetapi matanya tidak lepas dari Vanya. Dia terlihat terhipnotis oleh penampilan Vanya malam itu.

"Boleh aku bergabung?" tanya Sadam.

Nika yang peka langsung memberi tempat pada Sadam, tepat di samping Vanya. "Tentu saja boleh, Kak."

Sadam duduk di samping Vanya, mencondongkan tubuh sedikit agar suaranya terdengar di tengah dentuman musik. Senyumnya begitu memikat. "Vanya, apa kabar? Lama tidak bertemu? Kamu semakin menakjubkan. Aku hampir tidak mengenalimu."

Vanya hanya tersenyum kaku. Rasa puas menjalar di hatinya. Eksperimennya berhasil. Sadam benar-benar tidak mengenalinya sebagai sekretaris Vanya yang dia hina beberapa jam lalu.

"Baik," jawab Vanya singkat.

Sadam meraih botol whisky dan menuangkan minuman beralkohol di gelas kecil, lalu memberikannya pada Vanya.

"Maaf, aku dulu tidak mencoba mendekatimu dan memberimu kabar. Itu karena aku sedang berjuang meniti karir. Setidaknya sekarang, aku sudah tidak minder lagi untuk berada di dekatmu."

Vanya tersenyum, mengambil gelas itu, dan hanya memutar-mutarnya di tangannya.

"Iya, tapi itu hanya masa lalu. Karena aku dulu salah menilai seseorang."

"Aku tidak berubah," Sadam menatap matanya dalam-dalam, mencoba membangun kembali koneksi masa lalu. "Dari dulu sampai sekarang sebenarnya aku sangat menyukaimu, Vanya. Aku serius."

Vanya mengangkat bahu, senyum tipisnya berubah menjadi sinis. Sadam yang terhipnotis kecantikan dan aura mahalnya, tidak menyadari betapa dingin tatapan Vanya sebenarnya.

"Iya, sayangnya aku sudah tidak tertarik padamu, Kak Sadam."

1
Ika Yeni
akhirnya double up juga tor😍
Ica Rissaharyono
kk othor tambah lg kurang ..🤭
Ika Yeni
eh hamil juga vanyaa 🤭
Citra
pasti Vanya hamil tuh
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Fixs ini mah Vanya hamil🤣🤣🤣
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kalau sudah baca Ethan yang terbayang itu wajah Tom Cruise waktu masih ganteng² nya di Mission Impossible 1 🥰🥰
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
iya kamu juga sudah jatuh cinta sama Ethan😁😁
Kim nara
Lo bikin masalah sendiri sih Vanya
Citra
lebih baik jujur aja Vanya biar gak salah paham sama ethan
Mundri Astuti
nah kan pusing sendiri kamu Vanya 😄
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
udah daripada pusing mending terus terang saja Vanya😅😅😅
Ica Rissaharyono
otw bucin bosmu raka🤣
Ica Rissaharyono
semangattt kk othorr lanjut ya😍
Ranita Rani
itulah org aneh
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
sungguh aneh😅😅😅
Kim nara
🤣🤣🤣🤣Raka shok
Mundri Astuti
😂😂 mang aneh bosmu raka
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
😅😅😅😅😅
Ranita Rani
so pastilah vanya,,,se x merasakan ya bkal jd candu
Kim nara
seru ada kocak2nya ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!