Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

Marco dengan sigap menjalankan perintah Ratu Amora, tidak membutuhkan waktu lama Marco kembali ke istana kerajaan Lemos, mengekor di belakang seorang pria muda bertubuh kurus dengan pakaian yang sederhana, wajahnya terlihat cemas dan bingung.

"Apa aku melakukan kesalahan," batin Lian ketakutan.

Marco tidak menjelaskan secara rinci tentang Ratu Amora yang ingin bertemu dengan Lian, Marco hanya mengatakan bahwa Lian di panggil ke istana untuk menghadap pada Yang Mulia Ratu Amora.

Sementara Ratu Amora saat ini sedang duduk di salah satu kursi mewah di Paviliun Naga, menyesap teh herbal yang menenangkan sambil mengamati putranya yang sedang bermain dengan mainan kudanya.

"Kevin kemari!" panggil Ratu Amora melambaikan tangan nya.

Pangeran Kevin langsung meninggal kan mainan nya dan berlari ke arah Ratu Amora dengan raut wajah lucu nya.

"Iya ibu," ucap Kevin berdiri di depan Ratu Amora.

Ratu Amora tersenyum melihat pria kecil di depan nya, tangan Ratu Amora terangkat, membelai lembut wajah Pangeran Kevin.

"Kau sudah bermain cukup lama, sekarang waktunya kamu menceritakan pada ibu, apa saja yang kamu lakukan hari ini," ucap Ratu Amora tersenyum kecil.

"Hari ini Kevin berlatih memanah dengan Erick," jawab Kevin menatap ibunya.

Erick merupakan pengawal pribadi Pangeran Kevin, sekaligus ahli panahan di kerajaan Lemos.

"Terus apa lagi?" tanya Ratu Amora lembut.

"Emm membaca buku strategi perang yang ibu kasih ke Kevin, Kevin sudah membaca semuanya," jawab Pangeran Kevin bangga.

"Wah kau memang Putra Ibu yang berbakat," puji Ratu Amora menghadiahkan satu kecupan di pipi Kevin.

Cup

Pipi Pangeran Kevin bersemu merah, membuat bocah enam tahun itu terlihat sangat menggemaskan.

Pahatan wajah Pangeran Kevin sangat mirip dengan Raja Arthur, mulai dari mata, hidung, alis bahkan bentuk bibirnya sama persis seperti Raja Arthur.

Mereka berdua terus mengobrol, lebih tepat nya Kevin yang menceritakan banyak hal pada Ratu Amora, yang di tanggapi dengan senyuman lembut, khas seorang ibu.

"Kevin senang, ibu sekarang sudah berubah, sudah sayang sama Kevin," ucap Kevin dengan mata berkaca-kaca.

"Ibu selalu sayang sama Kevin, maaf kan ibu, kalau dulu ibu tidak pernah memperhatikan kamu Sayang," jawab Ratu Amora penuh penyesalan.

Walupun bukan dirinya yang mengabaikan Kevin, tapi Ratu Amora merasa tidak tega melihat pria kecil di depan nya ini.

"Amora kamu benar-benar bodoh! Kau mengabaikan Putra mu hanya karena cinta gila mu yang bahkan tidak pernah di anggap oleh Raja Arthur," batin Ratu Amora, mengumpati Ratu Amora yang asli.

Ratu Amora menoleh saat mendengar langkah kaki di pintu, insting yang kuat membuat Ratu Amora selalu waspada.

"Salam Yang Mulia Ratu!"

"Salam Yang Mulia Pangeran!"

Ucap Marco dan Lian membungkuk hormat.

"Hem"

Jawab Ratu Amora dan Kevin sama-sama mengangguk kecil.

"Yang Mulia, perkenalkan ini Lian, akuntan dari Balai Pajak Ibukota," ucap Marco memperkenalkan.

Lian membungkuk sangat dalam hingga dahinya hampir menyentuh lantai.

"Saya menghaturkan hormat para Anda Yang Mulia Ratu Amora Lemos, Saya tidak tahu mengapa hamba dipanggil ke hadapan Anda," ucap Lian, suaranya terdengar gemetar.

Tak

Ratu Amora meletakkan cangkir tehnya dengan bunyi denting pelan yang menarik perhatian Lian.

"Tegakkan tubuhmu Lian, Saya ingin melihat matamu saat berbicara!" perintah Ratu Amora, datar.

Lian perlahan berdiri tegak, matanya yang besar dan cerdas menunjukkan campuran antara rasa takut dan sedikit rasa ingin tahu yang terselubung.

"Marco bilang kau akuntan yang jujur, terlepas dari fakta kau miskin dan diremehkan. Apakah itu benar?" tanya Ratu Amora tanpa basa-basi.

Glek

Lian meremas tangan nya dan menelan ludah nya kasar.

"Saya hanya mengikuti aturan Yang Mulia, uang Kerajaan adalah milik Kerajaan, Saya tidak pernah mengambil sepeser pun yang bukan hak Saya, meskipun itu berarti Saya harus makan bubur air setiap malam," jawab Lian sopan dan jujur.

Ratu Amora menyeringai kecil, itu adalah jawaban yang dirinya cari.

"Kejujuran mu, dan kejeniusan mu dalam angka adalah aset langka Lian," ucap Ratu Amora, suara sedikit melunak.

"Apa maksud Anda Yang Mulia?" tanya Lian, kebingungan mulai mengalahkan rasa takutnya.

Ratu Amora bersandar, menatap lurus ke mata Lian.

"Tuan Denton, Menteri Keuangan sebelumnya, adalah pengkhianat dan koruptor, kursi itu kosong, dan saya berniat mengisi nya," jawab Ratu Amora menatap Lian serius.

"Saya butuh Menteri Keuangan yang bisa merombak sistem pajak busuk ini, yang bisa melihat setiap celah tikus-tikus Istana menyembunyikan uang, dan yang terpenting yang hanya setia pada Kerajaan Lemos, bukan pada perak milik bangsawan tua!" lanjut Ratu Amora tegas.

"M-Menteri Keuangan? Saya Yang Mulia? Saya hanyalah akuntan rendahan, Saya tidak memiliki koneksi, Saya tidak memiliki-"

"Yang kau miliki adalah kejujuran yang langka di Istana ini, dan otak yang tajam," potong Ratu Amora dengan nada tegas.

"Saya tidak peduli dengan koneksi atau kekayaanmu, Saya hanya peduli pada loyalitas dan kemampuan!" lanjut Ratu Amora.

Ratu Amora bangkit, berjalan mendekati Lian, sementara Pangeran Kevin, sedari tadi hanya diam, mengamati.

"Dengarkan Saya baik-baik, Lian, jika kau menerima tawaran ini, kau akan memiliki kekuasaan untuk membersihkan Kerajaan dari dalam, kau akan berhadapan dengan bangsawan dan pejabat paling berkuasa di Lemos, mereka akan mencoba menyuap mu, mengancam mu, bahkan mungkin membunuhmu, mereka akan membencimu karena kau adalah orang luar yang diangkat olehku!" ucap Ratu Amora dengan intonasi rendah, tapi penuh dengan penekanan.

Wajah Lian langsung pucat pasi, namun tatapannya tak gentar saat Lian menyadari betapa besarnya risiko dan kehormatan di hadapannya.

"Apakah kau siap mempertaruhkan hidupmu, dan menumpahkan darah, demi koin-koin yang seharusnya masuk ke kas Kerajaan dan memberi makan rakyat Lemos?" tanya Ratu Amora, suaranya tajam seperti pedang.

Lian menarik napas dalam-dalam, ketakutan di matanya perlahan berubah menjadi tekad. Lian membungkuk lagi, tetapi kali ini dengan semangat yang berbeda.

"Yang Mulia Ratu, kehormatan ini terlalu besar untuk Saya, dan risikonya menakutkan, tapi Saya sudah muak melihat rakyat kecil menderita sementara para bangsawan berpesta dengan uang curian, jika Yang Mulia Ratu mempercayai Saya, Saya akan menggunakan setiap ons kemampuan Saya, dan Saya bersumpah hanya akan setia kepada Kerajaan Lemos dan Anda, Ratu yang berani ini!" ucap Lian, tegas dengan tekat yang kuat.

Senyum puas tersungging di bibir Ratu Amora.

"Baik! Mulai hari ini, kau adalah Menteri Keuangan yang baru, Marco akan memberimu panduan dan perlindungan," ucap Ratu Amora datar.

"Pergi dan mulailah bekerja, tunjukkan pada para tikus itu bagaimana akuntan rendahan bisa menjadi mimpi buruk mereka," lanjut Ratu Amora mengibaskan tangannya.

"Terima kasih Yang Mulia! Saya akan melaksanakan tugas Saya dengan segenap hati!" jawab Lian bersemangat, lalu bergegas keluar mengikuti Marco.

Ratu Amora mengawasi kepergian mereka.

"Satu tikus telah digantikan oleh seorang penjebak," gumamnya pelan.

"Sekarang tinggal menunggu si singa dari Utara." ucap Ratu Amora pada dirinya nya sendiri.