Arkan Bagaskara seorang duda yang dijodohkan dengan seorang mahasiswanya yang hobi membuat masalah dikelasnya. Arkan merasa diumurnya yang cukup matang menjalin hubungan dengan Febriana Indriana adalah hal yang sulit, dia ingin hubungan yang serius bukan seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Apalagi sifat kekanak-kanakan dan memberontak yang Febri miliki membuat kepalanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi keluarganya memiliki hutang budi dengan keluarga Febri dan mau tak mau Arkan harus menikahi Febri. Namun apakah semua berjalan Lancar disaat Febri jatuh Cinta dengan pria yang lebih muda darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
“Ini ponsel kamu, saya kembalikan.” Arkan menyerahkan ponsel Febri, ia rasa ia tidak boleh mengekang Febri. Ia harus membuat Febri nyaman bersamanya. Lagipula ia juga sudah meletakkan GPS di ponsel Febri sehingga ia bisa melacak Febri kapanpun ia mau.
“Bapak serius,” Febri menerima uluran ponsel itu ia masih tidak percaya dengan hal ini, lalu memeluknya erat, ia tidak menyangka jika Arkan akan mengembalikan ponselnya pasti sudah banyak pesan yang masuk di sana.
Arkan mengangguk, “Saya ingin memberikan kepercayaan saya kepada kamu, agar kelak kamu percaya kepada saya, jika saya mencintai kamu.”
Febri terdiam mendengar itu, tatapan Arkan menatapnya tajam. Sedangkan hatinya terasa berdebar merasakan itu. Febri memalingkan wajahnya, ia tak sanggup lagi tercebak dalam suasana seperti ini. hingga Febri tidak menyadari bahwa mobil mereka membawa ke sebuah rumah. Rumah yang asing tidak pernah Febri ketahui. Febri mengernyit bingung.
“Bukannya kita mau makan?” tanya Febri pada Arkan.
“Benar, kita bisa makan disini.” Jawab Arkan cepat, ia mematikan mesin mobil lalu menuntun Febri keluar dari mobil. Ia hanya tidak nyaman tinggal bersama keluarga Febri, ia ingin urusan rumah tangganya tidak dicampuri siapapun, lagi pula Reno ayah Febri menyetujui idenya. Ayahnya itu juga ingin Febri belajar mandiri tanpa orangtuanya.
“Lalu ini rumah siapa?” tanya Febri rasa penasarannya menyeruak, apa ini rumah Arkan bersama mantan istrinya dulu, jika ia Febri tidak akan sudi tinggal disana.
“Milik kamu,” Arkan seakan-akan mengerti isi pikiran Febri ia menjelaskan perihal rumah baru itu, rumah minimalis yang elegan dan sederhana walau tak sebesar rumahnya tapi sangatlah nyaman untuk ditinggali.
“Apa?”
“Saya sudah menyuruh orang untuk memindahkan barang-barang kita ke rumah baru kita ini. Saya menyiapkan rumah ini untuk kamu,”
“Ayo masuk,” Arkan terlihat manis malam ini, entahlah apa yang terjadi pada pria itu, Febri mensyukuri hal itu paling tidak Arkan tidak menunjukkan wajah garangnya lagi dihadapannya.
“Kamu mau berkeliling melihat rumah ini dulu?” tanya Arkan.
“Boleh?”
“Silahkan sayang,” Arkan mencium kening Febri lalu meninggalkan Febri. Febri tercenang menerima kecupan lembut itu. Sepertinya pria itu benar-benar gila, Febri menggelangkan kepalanya lalu ia berjalan mengelilingi rumah itu mulai dari ruang tamu hingga kamar tidur, sekarang ia berada di belakang rumah, Febri tidak menyangka jika halaman di belakang rumah mereka lumayan luas dan ada taman bermain untuk anak kecil dan juga taman bunga, apa Arkan telah menyiapkan rumah ini sudah lama karena bentuknya yang tertata sangat rapi.
Febri kembali ke dalam rumah mencari keberadaan Arkan, ia tidak menemuinya dimanapun hanya satu tempat yang belum ia kunjungi dapur di rumah ini. Febri masuk ke dalam dapur tersebut, ia mendengar suara bergulat dengan berbagai bahan makanan di sana, ternyata Arkan sedang memasak pria itu terlihat tampan, Febri menelan ludahnya. Arkan hanya mengenakan kemeja putih yang sudah di gelung dan celana hitam kerjanya, pria itu terlihat lelah namun tidak mengurangi kadar ketampanannya. Ia tidak pernah melihat seorang pria memasak seperti Arkan jantungnya pun ikut berdebar.
“Jadi Pak Arkan bisa memasak?” tanya dalam hati.
Arkan menyadari kehadiran Febri, lalu ia tersenyum senang. Febri menahan napas melihat senyum manis Arkan, ia jarang sekali melihat pria itu tersenyum ternyata pria itu sangatlah tampan jika tersenyum.
“Sudah puas berkelilingnya,” Febri mengangguk.
“Ayo makan, sudah saya siapkan.”
Febri tersenyum malu, Arkan melayaninya seharusnya ini tugasnya bukan Arkan. Febri menjadi malu karena ia tida membantu Arkan tadi malah melihat-lihat rumah ini. Namun sepertinya Arkan tidak keberatan buktinya pria itu tersenyum senang menyambutnya. Hal baru yang Febri ketahui jika pria itu bisa tersenyum hangat senyum yang menenangkan siapapun yang melihatnya.
Febri melihat sup ayam, bergedel dan telur balado di atas meja makan. Makanan itu memang sederhana namun sangat terlihat lezat, karena Arkan yang menyajikannya.
“Maaf ya, jika tidak sesuai selera kamu. Saya tidak terlalu pandai memasak.” Namun ketika Febri merasakan masakan Arkan ternyata rasanya lezat sekali, ia saja tidak bisa memasak, Febri jadi malu, bagaimana jika Arkan menuntutnya untuk memasak.
“Kamu suka,” Febri mengangguk.
“Saya juga suka melihat kamu makan bersama saya,” Arkan menatap Febri dalam kemudian ia menggenggam tangan Febri meremasnya lembut membuat Febri meneguk ledahnya rasanya hawa disekitarnya berubah menjadi panas. Apa arti tatapan mata Arkan?
Namun semuanya berubah, ketika suara ponsel Febri berdering. Ada yang menghubunginya. Febri melepas genggamannya dan melihat nama yang tertera di sana ternyata itu dari Dikau. Febri reflek menatap Arkan, meminta izin untuk mengangkat telpon tersebut.
“Dikau?” ujar Arkan, Febri mengangguk takut. Arkan mengizinkan paling tidak Febri jujur padanya dan tidak membohonginya, ia harus mendapat kepercayaan Febri terlebih dahulu baru ia akan mudah mendapatkan hati Febri nanti.
Arkan sepertinya mengetahui itu, namun dia diam saja tapi matanya tak pernah lepas mengawasi pergerakan Febri yang pergi ke taman belakang.
Arkan menghela napas, ia ingin marah dan melampiaskan semua itu. tapi ia tidak bisa, jika ia kasar maka Febri akan meninggalkannya. Ia harus menggunakan cara yang lembut walau itu menghabiskan rasa kesabarannya. Pria mana yang tidak cemburu jika istrinya bertelponan dengan pria lain, dimana pria itu juga menyukai istrinya. Arkan hanya bisa diam dan menjadi pengamat.
****
“Asssalamualaikum,” ujar Dikau.
“Waalaikumsalam” Jawab Febri, hatinya tidak tenang walau Arkan mengizinkannya tapi rasa tidak enak itu muncul.
“Alhamdulillah, kamu menjawab panggilanku.”
“Iya kak dikau, ada perlu apa?”
“Besok bisakah kita bertemu?”
Febri menggigit bibirnya pelan, kenapa ia merasa seperti wanita yang jahat. Seperti seorang istri yang menyelingkuhi suaminya dan memberikan harapan bagi pria di luar sana. febri terdiam memikirkan itu, apa yang harus ia lakukan, tapi ia tidak menyukai pernikah ini. Karena Arkan menikahinya dengan paksa bukan karena cinta.
“Febri, kamu masih disana?”
“Ah iya kak. Bagaimana?”
“Aku mau kita bertemu. Ada hal penting yang ingin aku tunjukkan.”
“Baiklah,” putus Febri. Ia harus memutuskan siapa yang harus ia pilih. Febri juga penasaran apa yang ingin Dikau tunjukkan untuknya.
“Mimpi yang indah Febri,” Dikau menutup panggilannya, Febri mendesah entah kenapa hatinya merasakan ini semua salah. Apa ia juga mencintai Arkan dan Dikau? Febri harus memastikan perasaannya ini.
****
jangan lupa follow Instagram author ya @wgulla_ dan @gullastory
semoga suka sama part ini.. banyak sekali comenan kalian tapi terserah kalau mau baca ceritaku yg lain bisa baca di tempat sebelah cek aja di Instagram..
love you.....
salam
Gulla
Istri sahnya dan satu-satunya Lee min hoo ♥️♥️♥️
mohon maaf kak author cantik
batuk nih dudanya meresahkan