NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Istri Buta Sang CEO

Transmigrasi Ke Istri Buta Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:87.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Nova Spire, seorang ahli medis dan racun jenius, tewas tragis dalam ledakan laboratorium saat mencoba menciptakan obat penyembuh paling ampuh di dunia. Tapi kematian bukan akhir baginya—melainkan awal dari kehidupan baru.

Ia terbangun dalam tubuh Kaira Frost, seorang gadis buta berusia 18 tahun yang baru saja meregang nyawa karena dibully di sekolahnya. Kaira bukan siapa-siapa, hanya istri muda dari seorang CEO dingin yang menikahinya demi tanggung jawab karena membuat Kaira buta.

Namun kini, Kaira bukan lagi gadis lemah yang bisa diinjak seenaknya. Dengan kecerdasan dan ilmu Nova yang mematikan, ia akan membuka mata, menguak kebusukan, dan menuntut balas. Dunia bisnis, sekolah elit, hingga keluarga suaminya yang penuh tipu daya—semua akan merasakan racun manis dari Kaira yang baru.

Karena ketika racun berubah menjadi senjata … tak ada yang bisa menebak siapa korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awas!

Ruang rapat Sky International School dipenuhi ketegangan pagi itu. Para petinggi yayasan, guru senior, serta orang tua Mega duduk dengan wajah cemas dan penuh tekanan.

Suasana sunyi, hanya suara detak jarum jam yang terdengar, hingga akhirnya suara dentuman keras memecah keheningan.

Brak!

Pyarr!

Sky Oliver Dalton menghantam meja kaca dengan tangannya. Wajahnya yang biasanya dingin kini berubah gelap dan penuh kemarahan. Matanya menatap tajam setiap orang di ruangan.

"Apa kalian pikir aku membangun sekolah ini hanya untuk menjadi ladang dosa kalian menutupi kekejaman?" desis Sky dengan suara berat.

Semua terdiam. Beberapa guru menunduk ketakutan, bahkan kepala yayasan terlihat mulai gemetar.

"Berapa banyak siswa beasiswa yang tertekan? Yang putus asa? Yang nyaris atau benar-benar mengakhiri hidup mereka karena dibully oleh anak-anak yang merasa kebal hukum hanya karena latar belakang keluarganya?!"

"Tuan Sky, mohon tenang … ini—"

“Diam!” bentak Sky, membuat pria tua itu langsung menutup mulut.

Sky memberi isyarat kecil dengan tangannya, dan beberapa pria berbadan besar berseragam gelap masuk ke ruang rapat.

“Seret semua pihak yayasan dan guru yang menutup-nutupi kasus ini. Serahkan data ke pengacara dan pastikan mereka diperiksa di bawah hukum.”

“Tuan Sky! Anda tidak bisa—”

"Kalau tidak mau digiring dengan sopan, mereka akan diseret!" ucap Sky tajam.

Salah satu wanita paruh baya yang duduk di sudut, ibunda Mega, berdiri dengan mata memerah.

"Anak saya baru saja meninggal! Dan Anda malah menyebutnya pembully?! Kami menuntut penjelasan dan permintaan maaf!"

Sky menatapnya tanpa emosi. “Anak Anda tidak meninggal karena kecelakaan, tapi karena hasil dari kesadisan yang ia tebarkan. Sudah banyak bukti— pengakuan, rekaman, hingga laporan siswa yang dikubur oleh kalian semua selama ini.”

“Apa Anda tidak punya hati?!” bentak sang ayah, berdiri mendampingi istrinya.

Sky melipat tangan di dada. “Saya punya. Karena itu saya tidak akan membiarkan satu pun korban berikutnya jatuh hanya karena kalian terlalu sibuk mempertahankan nama baik keluarga.”

Sky mendekat, menatap langsung kedua orang tua Mega. Suaranya pelan, tapi menusuk.

“Jika kalian keberatan dengan kebenaran ini, silakan. Tapi siap-siap menerima kehancuran. Karena saya jamin, jika kalian menyentuh satu orang pun siswa tidak bersalah lagi … maka bukan hanya karier kalian yang hancur, tapi seluruh nama keluarga kalian akan terhapus dari lingkaran masyarakat elit."

Ruangan terdiam. Tidak ada yang berani menyela. Semua menunduk, menyadari bahwa amarah Sky Oliver Dalton bukan sesuatu yang bisa ditawar.

Sky berbalik, melangkah pergi diiringi para pengawalnya. Tapi sebelum keluar dari ruangan, ia berhenti sejenak dan menoleh.

"Mulai hari ini, sekolah ini akan dibersihkan. Dari atas hingga akar. Jika ada yang keberatan, pintu keluar ada di belakang kalian."

Lalu ia melangkah pergi, meninggalkan ruangan dalam keheningan mencekam—dengan bayang-bayang ketakutan yang mulai menyelimuti para pelindung kejahatan tersembunyi.

Sementara itu, di koridor lantai dua Sky International School tampak lengang. Hanya suara langkah kaki Kaira dan Deilin yang terdengar menyusuri lorong yang terang benderang oleh cahaya matahari sore yang masuk dari jendela besar.

“Kosong banget, ya. Tumben,” gumam Deilin sambil melirik sekeliling. Ia menoleh ke Kaira yang berjalan tenang di sebelahnya dengan tongkat putih khasnya.

“Biasanya yang sunyi begini menyimpan banyak suara tersembunyi,” jawab Kaira pelan.

Deilin tersenyum kecil. “Kamu selalu bisa membuat sesuatu yang biasa terdengar misterius.”

Belum sempat Kaira membalas, sekelompok siswi muncul dari arah berlawanan. Maura, Sonia, Tasya, Lolyta, dan dua orang teman mereka. Begitu melihat Kaira dan Deilin, mereka segera menghentikan langkah dan berdiri di tengah koridor, menghalangi jalan.

Maura melipat tangan di depan dada dan tersenyum manis. “Deilin, aku cuma mau bilang … kamu sebenarnya terlalu baik untuk berteman dengan seseorang seperti dia,” katanya sambil melirik sinis ke arah Kaira.

Sonia ikut menimpali, “Dia itu sumber masalah. Sejak dia masuk, satu per satu siswa jadi aneh. Jangan sampai kamu kebawa-bawa juga.”

“Dan kamu tahu sendiri siapa yang terakhir berurusan dengannya, kan?” Lolyta menambahkan, suaranya seperti ejekan namun terdengar sedikit bergetar.

Deilin mendengus pelan. Ia menatap satu per satu wajah di hadapannya sebelum berkata, “Kalau kalian semua mau berlagak suci, coba bercermin dulu. Mungkin kalian bisa lihat betapa rusaknya isi kepala kalian sendiri.”

Maura melotot. “Apa maksudmu?”

“Maksudku, aku lebih memilih berteman dengan orang yang tidak pura-pura. Daripada kumpulan gadis manja bermulut dua yang hobinya merudung orang yang lebih lemah,” jawab Deilin tajam.

Kaira hanya tersenyum tipis, membiarkan Deilin menyelesaikannya.

Deilin melangkah, menyingkirkan bahu Sonia dengan sedikit senggolan, membuat kelompok itu membuka jalan. Kaira mengikuti di sampingnya, namun saat melewati Lolyta, ia sedikit memperlambat langkahnya.

Tanpa ekspresi, ia mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan namun jelas, “Kau pikir bisa lepas dari bayangan Mega? Kau salah. Kau sudah membunuhnya, Lolyta. Dan aku di sini … untuk memastikan kau mengingatnya.”

Sebelum Lolyta sempat bereaksi, Kaira mengoleskan sesuatu ke lengan gadis itu sebuah krim tak berwarna, cepat meresap, nyaris tak terasa. Lalu Kaira tersenyum manis.

“Hadiah kecil. Efeknya menarik,” ucap Kaira dingin, kemudian melanjutkan langkahnya menyusul Deilin.

Lolyta menatap lengannya dengan wajah pucat, lalu memandangi punggung Kaira yang makin menjauh. Detak jantungnya berpacu cepat. Nafasnya sesak. Tangannya mulai berkeringat, tubuhnya menggigil ringan.

“Apa yang dia katakan tadi?” bisik Tasya pelan, menatap Lolyta cemas.

“Bukan apa-apa,” sahut Lolyta cepat. Ia memaksakan senyum. “Dia cuma menggertak.”

Namun saat itu juga, Lolyta merasa seolah bayangan Mega berdiri di ujung koridor, menatapnya dengan mata kosong penuh darah.

***

Langkah kaki Sky terdengar mantap di sepanjang jalur taman sekolah yang rindang. Di sisi kirinya, Jerry berjalan setengah langkah di belakang, setia seperti biasa. Beberapa anak buah mereka berdiri berjaga-jaga di berbagai sudut, menjaga keamanan dengan sikap waspada.

Langit biru terbentang, dan angin siang berembus lembut, menggoyangkan dedaunan pohon-pohon besar yang berderet rapi di taman sekolah elite itu.

Sky menoleh sekilas ke arah Jerry. “Pastikan laporan resmi keluar sore ini. Aku ingin semua nama pelaku dan penutup kasus tercantum jelas.”

“Baik, Tuan Sky,” jawab Jerry singkat namun tegas.

Namun baru beberapa langkah kemudian, tiba-tiba terdengar suara perempuan dari atas, sedikit panik namun terdengar santai.

“Awas di bawah!”

Sky spontan mendongak.

Matanya membelalak saat melihat seorang gadis meluncur turun dari dahan pohon mangga yang besar, tepat ke arahnya. Refleks, Sky melangkah cepat dan membuka kedua lengannya. Dalam sepersekian detik, tubuh ramping gadis itu jatuh tepat dalam gendongannya.

Grep!

1
🟢✍️⃞⃟𝑹𝑨S. Midnightˢ⍣⃟ₛ
/Sweat//Sweat/
🟢✍️⃞⃟𝑹𝑨S. Midnightˢ⍣⃟ₛ
wah wahh sultini emang beda,lgsg pulau donk/Sweat/
🟢✍️⃞⃟𝑹𝑨S. Midnightˢ⍣⃟ₛ
wah ngajak gelud dia ma awak/Joyful//Facepalm/
Anonymous
keren banget deh si Nova versi kaira....
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
kek kucing dan anjing aja sllu bertengkar g ada abis nya

seirinh wktu berjlan kira2 kpn keira akan bis melihat yaaa
Siti Nurjanah
panas2in terus ya kaira... aku gk sabar nunggu km bisa liat lg pake mata novaa
Ririn Santi
kepala ditimpuk sepatu. enak rasanya?
ika yanti naibaho
/Determined//Determined//Determined/
beybi T.Halim
panas..panas...panas...dada ini..,pusing..pusing..pusing...😅😅
beybi T.Halim
mampus..,pedes gak tuu..,😅😅
Pandagabut🐼
rejeki durian nomplok nih dapat mertua seperti nyonya Claudia....
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥳🫰🫰🫰🫰🫰 dapet lampu hijau dari ibu ratu 🥳🥳😘😘😘dah deg deg ser aku loh 🤭🤭🤣🤣
Wanita Aries
Hareedang euyyyy 🤣🤣🤣
azka aldric Pratama
baru x ini ada seorang ibu yg setuju anaknya rebut bini orang,apa LG bini sepupunya 🤣🤣🤣saking takutnya anaknya GK doyan perempuan....
Wanita Aries
Aww awww kalah lagi kau maura dan sonia
Susilawati
tuan Langit udah kebelet mau kawin 🤭🤭🤭
@emak aisyah
pansa nggk,,panas nggak,,
ya panaslah masa enggak kaira tinggl di rumah keluarga fros aja panas padahal tau kalo kaira di sana tidak di anggap,apa lagi ini bukan cuma panas tapi MELEDAK,,,,,,
Tiara Bella
kapok kan tuh Maura sm Natalie .
sya sya_23
hohoho nyonya Claudia mendukung anak nya jadi pembinor asalkan anaknya normal 🤣🤣🤣
Lyvia
hahahahahahha... puas deh panas g kedua orang itu yg ada kebakaran tu hati mkin deh bencinya ma kaira
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!