NovelToon NovelToon
Aku Dinikahi Untuk Balas Dendam

Aku Dinikahi Untuk Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ars Asta

Bagi Dira pernikahan adalah sebuah mimpi indah. Dira tak menyangka pria yang tiba-tiba mau menikahinya di hari pernikahan, disaat calon suaminya menghilang tanpa jejak, ternyata menyimpan dendam masa lalu yang membara.

Denzo tak menikahinya karena cinta melainkan untuk balas dendam.

Namun, Dira tidak tahu apa dosanya hingga setiap hari yang ia lalui bersama suaminya hanya penuh luka, tanya dan rahasia yang perlahan terungkap.

Dan bagaimana jika dalam kebencian Denzo, perlahan tumbuh perasaan yang tidak ia duga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ars Asta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Di dalam ruangan bernuansa abu-abu dengan aroma Vanila bercampur buah, Dira duduk termenung di kursinya. Layar laptopnya menyala tapi pandangannya jatuh ke arah lantai begitu juga pikiran nya yang berkelana. 

Tok.. Tok

Suara ketukan pintu dari luar membuatnya tersadar dari lamunannya. 

"Bu Dira." Suara terdengar dari luar. 

"Iya masuk."

Seorang karyawan masuk membawa berkas di tangannya. Ia meletakkannya di meja. 

"Ini dokumennya Bu," ucap Karyawan itu. 

Dira mengangguk dan membuka dokumen itu. Dan Karyawan itu pamit keluar. 

Setelah Karyawan itu keluar Gina masuk, ia juga membawa dokumen di tangannya. 

"Dir," panggilnya berdiri tepat di depan Dira. 

Dira menoleh, "sudah selesai?" tanyanya. 

Gina lalu memberikan dokumen di tangannya. "Nih, udah." jawabnya singkat. 

"Kamu gapapa?" tanya Gina melihat wajah gadis itu yang terlihat tidak baik-baik saja. 

Dira menggeleng dan tersenyum kecil. "Aku gapapa." sanggahnya, ia berusaha baik-baik saja. 

"Yakin?" tanya nya memastikan. 

"Iya Gina." Dira tersenyum akan perhatian teman dekatnya itu atau bisa dibilang sahabatnya. 

"Oke. Nanti makan siang bareng ya." Dira memberikan coklat kecil pada Dira. "Buat baikin mood." ucapnya tersenyum, ia lalu keluar dari ruangan manager itu. 

Dira menatap coklat di tangannya. Sudah lama ia tidak makan coklat. Tangannya membuka pembungkus coklat batang kecil itu. Dan saat mengigitnya membuat moodnya lebih baik. 

"Makasih Gina, kamu tahu aja," gumamnya sambil menikmati coklat itu. 

Jam dinding menunjukkan pukul dua belas. Beberapa karyawan mulai berdiri dari kursi mereka, menghela napas lega setelah sibuk dengan tumpukan pekerjaan sejak pagi. Beberapa karyawan berjalan santai menuju kantin bawah, sementara yang lain tetap di kursinya membuka bekal atau sekedar mengulir layar ponselnya. 

Suasana kantin sangat ramai, aroma makanan terkuar memenuhi kantin. Dua wanita duduk di meja sudut, sedikit menjauh dari keramaian karyawan yang lain. 

"Ada apa? Nggak biasanya kamu milih tempat duduk gini," tanya Gina heran. 

"Lagi pengen aja." jawab Dira singkat. Ia memesan pada pelayan kantin. 

Gina menatapnya intens. 

"Pesan dulu."

"Oke." Gina akhirnya ikut pesan makanan. 

Sambil menunggu pesanan mereka, gadis itu kembali menatap Dira.

"Jadi?" Gina menaikkan alisnya. 

"Aku mau tanya sesuatu." Dira mendekatkan tubuhnya, ekpresinya serius. 

"Apa?" Gina menunggu dengan serius, tatapannya tak lepas dari wajah Dira. 

"Menurut kamu aku pernah jahatin seseorang nggak? Baik itu sengaja atau nggak," tanya Dira. 

Gina mengerutkan alisnya, "kenapa kamu nanya itu?" tanya nya balik. 

"Jawab aja."

Gadis itu menatap Dira dari bawah ke atas, lalu tangannya menopang kepalanya, wajahnya terlihat sangat berpikir dan mencoba mengingat perilaku Dira selama mereka berteman. 

"Dari pandangan aku sih, kamu nggak pernah gitu, kamu baik banget malah." jawabnya akhirnya setelah beberapa menit mengingat. 

"Beneran?" Dira kembali bertanya, memastikan. 

Gina mengangguk singkat. "Ada apa? Ada yang jahatin kamu ya? Atau ada yang nuduh kamu yang tidak-tidak?" Ia melontarkan pertanyaan  demi pertanyaan, suaranya terdengar khawatir. 

"Nggak kok, aku cuma mau nanya aja." Dira tersenyum. 

Tak lama pelayan membawa pesanannya. 

"Kita makan dulu." Dira meminum jusnya. 

Gina menyendok makanan ke mulutnya. "Kalau ada apa-apa bilang sama aku ya," pintanya. Ia tidak mau terlalu memaksa Dira, tapi dia harap Dira tidak kenapa-napa. 

"Makasih ya Gina, itu tadi cuma pertanyaan random aja," alihnya tertawa kecil. 

"Pertanyaan random kamu, membuatku mikir yang nggak-nggak, tahu nggak!" Gina cemberut. 

Wanita dengan baju biru tua itu mengelus tangan Gina. "Maaf Gina," ucapnya tulus. 

Aku juga mikir gitu Gin. Tapi jawaban mu ngga bisa menjadi jawaban yang ku cari. Bisa aja aku ngelakuin kesalahan, tapi kesalahan apa? 

Gina mengangguk, mereka melanjutkan makan siangnya dengan obrolan kecil. 

Lantai paling atas gedung Gritama group seorang laki-laki berdiri menatap langit jakarta di balik dinding kaca besar, di belakangnya berdiri Sekretarisnya, Rei. 

"Bagaimana?" tanya nya tanpa membalikkan badannya. 

"Maaf Tuan, saya masih belum mendapatkan bukti. Bahkan bukti cctv ditempat itu juga tidak ada, seperti sudah ada yang meyabotasenya," jawab Sekretaris Rei, ia sudah berusaha mencari bukti. 

"Saya tidak butuh laporan kosongmu." Suara Denzo terdengar tegas dan tajam. 

 Sekretaris Rei menelan ludahnya. "Saya akan berusaha lagi Tuan."

"Saya butuh bukti, cari lagi!" Denzo berbalik, pandangannya menghunus tajam. 

Sekretaris Rei menunduk. "Baik, Tuan. Saya mengerti." 

"Dan ya, bagaimana wanita itu?" 

"Nona menggunakan supir Tuan ke kantor, dan saya mendapat informasi Nona tidak keluar dari perusahaan sama sekali saat jam  makan siang," jawab Sekretaris Rei. 

"Tetap awasi pergerakannya." 

"Baik Tuan." Sekretaris Rei mengangguk cepat. 

"Kau boleh keluar," perintah Denzo, ia kembali duduk ke kursi besarnya. 

Sekretaris Itu menunduk singkat. Ia segera berbalik, langkahnya cepat nyaris tergesa meninggalkan ruangan.

Untung Tuan Denzo nggak marah, sebaiknya aku mencari dengan cepat.

Sekretaris Rei kembali ke ruangannya. Mengerjakan perintah Tuannya itu. 

Sementara Denzo memikirkan perkataan sekretarisnya. 

Sabotase? Sepertinya Ayahnya menutupi kejahatan putrinya. 

Aku harus berhati-hati dengan keluarga itu, jangan sampai mereka curiga dan tahu kenapa aku menikahi putrinya sebelum aku  menemukan bukti kuat. 

Denzo memijit pelipisnya, menghela napas yang terasa berat. 

Nesya... Apa aku menghubunginya saja?

1
Alphonse Elric
Thor, gimana sih? Kok blm update lagi? 😩
Ars Asta: Hai, makasih udah nunguin ceritaku ya🥰, Ars cuma bisa up 2 bab perhari. kedepan bakalan aku usahain buat crazy up, jangan lupa like dan beri rating 5 ya kak🩵
total 1 replies
Bea Rdz
Ngga nyangka sebagus ini!
Ars Asta: Senang banget dengarnya, makasih sudah mampir baca ceritaku🥰. Semoga enjoy dengan bab-bab selanjutnya ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!