Pesona Selir Yang Disia-siakan

Mendengar namanya dipanggil seketika Lin-rang menyahut dengan suara keras dan kesal. "Kenapa kamu panggil namaku! memangnya apa yang aku lakukan?!" tanya Lin-rang sembari berdiri, dia menatap penasehat yang dari tadi memanggil namanya.

Semua mata langsung tertuju pada gadis yang duduk berdampingan dengan ibu suri. Suasana mendadak hening, kecuali suara Lin-rang yang tiba-tiba berdiri, menunjuk ke arah penasihat kerajaan sambil bertanya, "Kenapa dari tadi kamu terus manggil namaku? Ada apa, sih?"

Penasihat itu membalas dengan tenang, "Aku memanggil Bae Lin-rang."

Lin-rang mengerutkan dahi, suaranya semakin lantang, "Kenapa aku dipanggil? Ada apa dengan aku?"

Para tamu kerajaan yang tadinya diam, mulai saling bertukar pandang. Seorang bangsawan kecil membisikkan, "Bae Lin-rang... nama yang tak asing lagi di telinga kita."

"Iya, bukankah itu Bae Lin-rang mantan selir yang sudah dibuang oleh yang mulia kaisar." lanjut menteri yang lain.

Seorang lainnya menimpali, "Bukan karena dia kesayangan Kaisar, tapi justru karena kisahnya yang tragis. Sang Kaisar membuang dan menceraikannya tanpa pernah menyentuhnya sedikit pun."

Suasana menjadi semakin tegang, pandangan semua orang penuh dengan rasa penasaran dan simpati yang bercampur aduk. Lin-rang? Terbuang tanpa belas kasihan... 

Begitu nama "Bae Lin-rang" terucap dengan lantang, suasana di aula langsung berubah. Semua mata saling bertatapan, penuh tanda tanya dan tak percaya.

"Serius, itu nama si selir bodoh yang wajahnya biasa banget, nggak ada keistimewaan sama sekali?" gumam seorang pejabat sambil menahan tawa kecil.

"Ya ampun, masa yang berdiri dan bicara berani banget sekarang? Jauh berbeda sama si mantan selir yang selama ini kita tahu," timpal yang lain dengan nada meremehkan.

Kaisar pun terlihat tercengang. Matanya melebar, seperti menatap sosok asing. Suaranya terdengar keras, penuh amarah. "Beraninya kamu memakai nama itu di kerajaanku!"

Lin-rang menatap Kaisar dengan tatapan dingin, kemudian senyum tipis merekah di bibirnya. "Maafkan aku, Yang Mulia. Apa salahnya jika aku bernama Bae Lin-rang?" jawabnya dengan nada tenang penuh tantangan.

Kaisar terpaku, dia masih tidak percaya dengan sosok nama yang dahulu menjadi istrinya itu.

"Lin-rang... apakah kau masih mengingat nama itu, Yang Mulia?" tanyanya ragu, seperti mencoba mencari kepastian.

kaisar kembali terdiam, nama yang begitu dia benci nama yang begitu ingin dia buang jauh dari kerajaan. karena itu dia mengasingkan Lin-rang keluar kerajaan bahkan memberinya tempat yang sangat kumuh.

Lin-rang mengangguk pelan, matanya membara, siap membalikkan keadaan yang selama ini telah disia-siakan oleh Kaisar. 

Kaisar Hae Jin menatap Lin-rang dengan sorot mata penuh amarah. "Apa kamu tahu konsekuensi apa yang harus kamu hadapi kalau pakai nama orang lain cuma buat masuk ke kerajaanku?!" seru Kaisar, suaranya bergemuruh di aula istana.

Lin-rang hanya mencibir tipis, lalu mengerutkan bibirnya. Dengan suara dingin dan nada penuh cemooh, dia mulai membalas. "Dengar sini, Yang Mulia. Apa salahnya aku terlahir dan diberi nama Bae Lin-rang oleh ayahku? Aku ini putri jenderal Bae, putri dari selir sang jenderal. Apakah Yang Mulia punya masa lalu dengan nama itu? Atau aku sudah melakukan sesuatu padamu di masa lalu, ya?"

Tanpa ragu, Lin-rang menggaruk kepalanya, berdiri tegak di hadapan Kaisar seakan tidak takut sedikit pun. Suasana menjadi sunyi; para menteri menatap wanita mempesona itu dengan keheranan. Tutur katanya lugas, tak kenal gentar sama sekali.

"Yang Mulia..." suara Kasim memotong, sambil melangkah mendekat ke Kaisar.

"Ada apa, Kasim?" tanya Kaisar masih dengan wajah muram.

Kasim kemudian membisikkan beberapa kalimat kepada kaisar beberapa perkataan yang diucapkan oleh Kasim membuat kaisar Hae jin terdiam, kedua bolanya menatap tajam ke arah lin-rang. “Apakah kamu yakin, Kasim?” tanya Kaisar sambil menatap sosok di samping Ibu Suri.

Kasim mengangguk mantap. “Saya yakin, Yang Mulia. Wanita itu benar-benar putri Jenderal Bae.”

Orang-orang di kerajaan saling bertukar pandang. Dalam hati mereka berseloroh, apakah benar wanita di sana adalah darah bangsawan yang punya jasa besar bagi Kerajaan Rong?

Kaisar mengerutkan keningnya. “Kalau memang begitu, aku curiga dia menyimpan rencana jahat untuk menyusup kembali ke istana ini.”

Kasim menurunkan suaranya menjadi bisikan, “Lebih baik Yang Mulia tahan dulu amarahnya. Biarkan saja, tapi nanti kita permalukan dia di depan semua orang. Biar dia tahu di mana posisi sebenarnya.”

Kaisar menghela napas panjang, lalu mengangguk. “Kamu benar, Kasim. Lanjutkan kompetisinya.”

Para penasihat dan menteri duduk terpaku, menunggu kelanjutan acara, tapi tak dapat menyembunyikan rasa penasaran mereka.

Seorang menteri berbisik pada rekannya, “Benarkah dia putri Jenderal Bae? Tapi kenapa wajah dan sikapnya begitu berbeda?”

Menteri lain menjawab lirih, “Mungkin itulah yang ingin dia sembunyikan... atau mungkin justru yang membuatnya berbahaya.”

"Yang aku dengar setelah dia mencoba untuk bunuh diri yang terakhir kali, beberapa desas-desus mengatakan Dia hilang ingatan." jawab para menteri yang lain.

Suara bisikan dari para menteri dan selir juga para putri menteri mereka semuanya malah menggunjing Lin-rang.

"Tenanglah Lin-rang, jika mereka berani melakukan sesuatu aku akan memberi mereka hukuman." ujar ibu suri.

"Tenanglah ibu suri, aku tidak peduli mereka melakukan apapun padaku, jika mereka mau macam-macam denganku mereka harus berhadapan denganku." jawab Lin-rang dengan penuh percaya diri.

Ming-na mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Lin-rang. "Jadi wanita itu ingin menjebakku ya, baiklah kalau begitu aku akan bermain-main dengannya, akan kubuat dia malu sendiri." jawab Lin-rang.

"Tenanglah nona Lin, aku pasti akan melindungimu." ucap Chun-san.

"Ck.. kamu ini sok-sokan banget sih." jawab Lin-rang yang kemudian berdiri, dia menatap kaisar dan seluruh orang-orang yang ada di aula para menteri yang dulu sering mengejeknya, bahkan merendahkannya.

"Akan ku perlihatkan bagaimana orang zaman modern memainkan musik dan bernyanyi, akan kubuat kalian semuanya menyesal sendiri." ucap Lin-rang yang kemudian berdiri.

Sedangkan selir Wei xian dia malah tersenyum seolah mendapatkan kemenangan, "Sebentar lagi kamu akan dipermalukan oleh orang-orang yang ada di kerajaan, bahkan tamu kerajaan pun akan menertawakanmu." ucap selir Wei xian. Dia mengira dengan hilangnya ingatan Lin-rang maka dia tidak akan bisa melakukan apapun.

Lin-rang kemudian berjalan menuju panggung untuk bermain kecapi, dia tidak menoleh ke arah siapapun. Dengan begitu mantap Lin-rang kemudian duduk dengan posisi yang sering dia lihat ketika ada festival bermain kecapi. Perlahan Lin-rang mulai memainkan sitar kecapi, tangannya terlihat begitu mantap memainkan sitar itu dengan penuh hati-hati.

Suara yang terdengar begitu asing namun begitu menyenangkan, para tamu kerajaan begitu takjub dengan sosok yang di panggil mantan selir itu.

"Wahh.., suaranya sangat indah." puji kaisar kerajaan Xan.

"Iya, seperti suara bidadari yang bernyanyi." jawab kaisar kerajaan lain.

*Bersambung*