The Vampire Prince's Forbidden Love
"Darahnya membangkitkan sang pangeran malam. Cintanya bisa membunuhnya."
Saat Luna menyentuh peti mati itu, ia tak tahu bahwa hidupnya akan terikat oleh takdir kuno dan oleh cinta seorang vampir yang tak boleh mencintai.
Antara keabadian dan kematian, bisakah cinta tetap hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUSTIKA DEWI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebelum Luna Kembali
Dalam kegelapan malam yang pekat, Yong Jian duduk di tepi jendela kastil, sambil meneguk segelas air berwarna merah. Ia membiarkan angin malam menyapu lembut wajahnya. Satu helai daun yang tersisa dari pohon keabadian di luar sana bergetar lembut, seolah merespons kerinduan yang menggelora dalam hatinya. Setiap detik berlalu terasa seperti seabad, dan rasa rindu yang mendalam membuatnya terkurung dalam kesedihan.
Luna, gadis dengan darah suci yang mengalir dalam nadinya, adalah cahaya dalam kegelapan hidupnya. Mereka berasal dari dua dunia yang berbeda Yong Jian, vampir hitam yang terasing, dan Luna, manusia yang dikelilingi oleh kehangatan dan kehidupan. Cinta mereka adalah sebuah rahasia yang terlarang, terjalin dalam bayang-bayang malam, di mana mereka berbagi momen-momen singkat yang penuh makna.
"Rasa rindu ini, memang sangat membuatku tersiksa," Yong Jian berbisik pada dirinya sendiri, suaranya hampir tenggelam dalam kesunyian. "Andai kau tahu, rindu ku ini, Luna." Setiap kata yang terucap adalah ungkapan dari hatinya yang hancur. Ia merindukan senyuman Luna, tatapan matanya yang cerah, dan tawa yang mampu menghangatkan jiwanya yang beku.
Kastil yang megah, tempat ia tinggal, kini terasa sepi dan sunyi, tanpa tawa dan senyum Luna. Dinding-dindingnya yang dulunya dipenuhi dengan kenangan indah kini hanya menyimpan bayang-bayang kesedihan. Yong Jian merindukan saat-saat ketika mereka berdua bersembunyi di balik bayang-bayang, berbagi cerita dan impian, tanpa rasa takut akan dunia yang menolak cinta mereka.
Namun, cinta mereka harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Yong Jian tahu bahwa waktu dan ruang adalah musuh terbesarnya. Setiap kali ia melihat daun-daun yang gugur, ia teringat akan betapa rapuhnya kehidupan. Ia ingin Luna tahu bahwa meskipun mereka terpisah oleh takdir, cintanya akan abadi, seperti pohon yang pernah berdiri megah di tengah hutan, tak tergoyahkan oleh angin dan badai.
Dalam keheningan malam, Yong Jian menutup matanya dan membayangkan Luna di sampingnya. Ia membayangkan bagaimana mereka akan berjalan bersama di bawah sinar bulan, merasakan kehangatan satu sama lain. Dalam imajinasinya, mereka bebas dari segala batasan, terbang melampaui waktu dan ruang, menari di antara bintang-bintang.
Namun, kenyataan kembali menghantamnya. Ia adalah pangeran vampir, makhluk malam yang terasing, dan Luna adalah cahaya yang tak mungkin ia sentuh. Rindu ini adalah sebuah kutukan, dan ia terjebak dalam labirin kesedihan yang tak berujung. Yong Jian tahu bahwa ia harus melanjutkan hidup, meskipun hatinya terbelah.
Dengan tekad yang baru, ia berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan menjaga cinta ini, tidak peduli seberapa menyakitkan. Ia akan menjadi penjaga kenangan mereka, mengukir setiap momen indah dalam jiwanya. Dan suatu hari, ketika waktu dan ruang tidak lagi menjadi penghalang, ia akan menemukan cara untuk kembali kepada Luna.
Satu helai daun yang tersisa bergetar lembut di luar jendela, seolah memberi harapan. Yong Jian tersenyum samar, merasakan kekuatan baru dalam hatinya. Cinta mereka mungkin terpisah oleh dunia, tetapi dalam setiap detak jantungnya, ia tahu bahwa cinta itu akan selalu hidup—abadi, seperti pohon yang berdiri megah di tengah hutan larangan.
* * * *
Setiap sudut istana seolah dipenuhi oleh bayangan Luna, sosok yang pernah mengisi hidupnya dengan cahaya. Yong Jian mulai halusinasi, melihat Luna dengan senyumnya di balik tirai, mendengar tawanya di antara desiran angin. Namun, setiap kali ia berusaha mendekati bayangannya, sosok itu menghilang, meninggalkan Yong Jian dalam kegelapan yang lebih dalam. Rasa sakit yang teramat dalam menggerogoti jiwanya, tetapi ia bertekad untuk tidak menunjukkan kelemahannya kepada Luna. Ia ingin melindunginya dari kepedihan yang ia rasakan.
"Luna! Luna.."
Chen Yang, yang melihat sikap Yong Jian, tidak seperti biasanya, pun hanya bisa menertawakan nya.
"Ha..ha..ha. Ternyata seorang pangeran vampir yang terkenal sadis, dan kejam itu bisa menderita juga, gara-gara cinta." ejek Chen Yang.
Sementara itu, Liora mengemas semua pakaian nya dan barang -barang nya. Ia tidak sanggup jika terus berada di kastil itu, sedangkan Yong Jian, pria yang di jodohkan dengan nya, mencintai gadis lain. Mendengar hal itu, membuat Chen Yang ikut marah pada Liora.
"Apa yang kamu kerjakan? Mengapa kamu mengemas semua pakaian mu? Kamu hendak kemana?" tanya Chen Yang pada Liora.
"Percuma aku ada di sini. Yong Jian, tidak mencintai ku. Dia lebih memilih gadis pemilik darah suci itu, daripada aku." ujar Liora sambil menangis.
Lalu Chen Yang, pergi menemui Yong Jian yang berada di kamar pribadi nya.
Kreeekk pintu kamar Yong Jian di buka oleh Chen Yang.
"Ada apa?" tanya Yong Jian.
"Liora, ingin pergi meninggalkan kastil ini! Karena dia patah hati, kau lebih memilih gadis itu daripada nya." ujar Chen Yang.
Yong Jian membiarkan Liora pergi. Ia tidak mengetahui bahwa Liora sudah membebaskan tabib Zhu , dan berencana untuk berkhianat pada bangsa Vampir Hitam.
* * * * *
Dalam kegelapan gua yang dingin dan lembab, Liora dan Tabib Zhu melangkah dengan hati-hati. Suara tetesan air dari stalaktit yang menggantung di atas mereka menciptakan melodi yang menenangkan, meskipun suasana di sekelilingnya dipenuhi dengan ketegangan. Liora, dengan semangat yang membara, bertekad untuk menemukan jalan keluar dari kehidupan yang penuh luka di kastil yang telah menjadi penjara emosionalnya.
"Rogue adalah satu-satunya harapan kita," kata Tabib Zhu, suaranya bergetar dalam keheningan gua. "Dia memiliki kekuatan yang bisa membantu kita melawan Yong Jian dan semua yang telah dia lakukan."
Liora mengangguk, meskipun hatinya berdebar. Rogue, si pangeran vampir merah, dikenal karena kekuatannya yang luar biasa dan sifatnya yang misterius. Banyak yang mengatakan bahwa dia adalah makhluk yang tidak bisa dipercaya, tetapi dalam keadaan terdesak ini, Liora tidak memiliki pilihan lain.
Setelah beberapa saat berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan luas yang dipenuhi dengan cahaya redup dari kristal-kristal yang bersinar di dinding. Di tengah ruangan, duduklah Rogue, dengan tatapan tajam yang seolah bisa menembus jiwa. Rambutnya yang hitam legam dan kulitnya yang pucat membuatnya terlihat seperti sosok dari mimpi buruk.
"Siapa yang berani mengganggu ketenanganku?" suara Rogue menggema, menambah ketegangan di udara.
"Aku Liora, dan ini Tabib Zhu. Kami datang untuk bergabung dengan mu" jawab Liora, berusaha menahan rasa takut yang menggerogoti hatinya.
Rogue mengangkat alisnya, menilai keduanya dengan tatapan tajam. "Bergabung? Aku tidak percaya Liora, akan bergabung dengan ku?"
Liora mengambil napas dalam-dalam. "Aku ingin membebaskan diriku dari cengkeraman Yong Jian. Dia telah menghancurkan hatiku, dan aku tidak bisa tinggal di kastil itu lagi. Dengan bantuanmu, aku bisa melawan dia dan membebaskan diri dari semua ini."
Rogue tersenyum, tetapi senyumnya tidak menenangkan. "Kau tahu, kebebasan tidak datang tanpa harga. Apa yang kau bersedia korbankan untuk mendapatkan apa yang kau inginkan?"
Liora merasa terjebak dalam dilema. Namun, satu hal yang pasti, ia tidak akan membiarkan Yong Jian mengendalikan hidupnya lebih lama lagi. "Aku bersedia melakukan apa pun," katanya dengan tegas, meskipun hatinya bergetar.
Rogue berdiri, mendekatinya dengan langkah yang anggun. "Baiklah, Liora. Jika kau bersedia berkomitmen, maka aku akan membantumu. Tapi ingat, jalan yang kau pilih tidak akan mudah."
Dengan perjanjian yang terjalin di antara mereka, Liora merasakan harapan baru mengalir dalam dirinya. Dia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik. Bersama Rogue dan Tabib Zhu, mereka akan melawan semua rintangan yang menghadang, bahkan jika itu berarti menghadapi kegelapan yang lebih dalam dari yang pernah mereka bayangkan.
Di luar gua, malam semakin larut, dan bintang-bintang bersinar dengan cemerlang, seolah-olah menyaksikan perjalanan baru yang akan dimulai. Liora tahu, meskipun jalan di depan penuh tantangan, dia tidak akan pernah kembali ke kastil yang menyakitkan itu. Dia akan menjadi pejuang, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk semua yang pernah merasakan patah hati dan kehilangan.