SISTEM CHECK-IN TAK TERKALAHKAN

Keesokan harinya, Gray bangun dengan senyum seperti biasa di wajahnya.

Kemarin adalah hari yang menyenangkan untuknya. Meskipun dia hanya menghabiskan waktunya dengan menonton film dan bermain game, itu terasa sangat santai.

Dia bangun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, ia sudah keluar. Dia mengenakan pakaian lalu menuju ruang tamu untuk melanjutkan permainan yang ia mainkan sebelum tidur semalam.

Itu adalah game baru yang baru saja ia beli kemarin dan memiliki jalan cerita yang sangat seru.

Dia duduk, menyalakan konsol gamenya. Sambil menunggu loading, ia memutuskan untuk melakukan Check-in harian.

"System, Check-in."

【Ding!】

【Selamat, Tuan Rumah. Anda menerima keterampilan: Seni Kuliner Kelas Dunia, keterampilan: Ingatan Sempurna, +5 Poin Atribut.】

Wow! Hadiah yang lebih menakjubkan lagi.

Meskipun dia tidak menerima hadiah berupa uang atau barang berharga lainnya, dua keterampilan dan poin atribut yang dia dapatkan memiliki nilai yang sangat besar.

Dia memusatkan perhatian pada keterampilan itu untuk mempelajarinya, lalu informasi tentang berbagai seni memasak dan segala hal yang berkaitan dengannya langsung mengalir ke dalam pikirannya.

Pada saat yang sama, dia merasa otaknya sangat terstimulasi dan banyak kenangan mulai muncul ke permukaan.

Kebanyakan adalah kenangan yang sudah lama ia lupakan, terutama dari saat ia masih sangat kecil.

Dia mulai mengingat bagaimana keadaan bersama orang tuanya sebelum semuanya hancur—hari ketika ayahnya berjalan keluar dari pintu rumah.

Dia segera menekan kembali kenangan itu dan memfokuskan diri pada kenangan terkait sekolah.

Dengan keterampilan ini, ia sekarang bisa mengingat semua yang pernah diajarkan di sekolah dan semua yang pernah dia baca.

Bahkan beberapa kenangan yang dia tidak sadari pernah dia miliki dan dulu terasa seperti mimpi, mulai muncul dengan sangat jelas, membuatnya terkejut.

"Keterampilan ini luar biasa!" gumam Gray tidak percaya.

"Seperti biasa, sistem tidak pernah mengecewakan."

Dan ya, seiring dengan munculnya kenangan samar dengan sangat jelas, kenangan-kenangan memalukan juga muncul dengan detail lebih jelas dari sebelumnya. Gray dihantam rasa malu tingkat tinggi, sampai membuatnya meringis.

Namun mungkin karena adanya skill Etika Kelas Dunia, dia tidak terlalu terpengaruh oleh kenangan-kenangan itu.

"Ayo kita gunakan poin atribut ini," ia tersenyum.

"Status."

【Tuan Rumah: Gray Terrens】

【Usia: 18】

【Level Sistem: 1】

【Kekuatan: 9>10】

【Kelincahan: 7>>8】

【Stamina: 9>>12】

【Poin Atribut: 5】

【Skill: Mengemudi Kendaraan Tingkat Profesional, Etika Kelas Dunia, Seni Kuliner Kelas Dunia, Doktrin Tempur Tanpa Wujud, Ingatan Sempurna】

【Inventaris: Kosong】

【Fungsi Sistem: Check-in】

- - -

Saat melihat layar status kali ini, Gray tiba-tiba penasaran akan sesuatu.

"Sistem, seberapa bagus kekuatanku dibandingkan dengan orang lain?"

Berkat sistem, dia bisa menjadi lebih kuat dengan menambahkan poin ke atributnya. Tapi meskipun dia memang merasa lebih kuat, dia sama sekali tidak tahu seberapa kuat dirinya dibanding orang lain.

【Tingkat tertinggi yang bisa dicapai manusia tanpa bentuk peningkatan apa pun adalah 20 poin di semua atribut.】

"Tanpa bentuk peningkatan apa pun, apa maksudnya?" tanya Gray dengan penasaran.

Bahkan tanpa jawaban dari sistem, dia sudah memiliki dugaan.

【Peningkatan seperti serum atau implan untuk memperkuat kekuatan dan atribut lainnya.】

"Tepat seperti yang kuduga. Tapi apakah peningkatan seperti itu mungkin? Hal-hal seperti itu biasanya hanya ada di film dan cerita," gumamnya pelan, sambil memikirkan kemungkinan itu.

Siapa yang aku bohongi? Aku memiliki sistem misterius yang memberikan kekayaan dan keterampilan juga, serta meningkatkan kekuatanku. Jadi, siapa yang mengatakan hal seperti itu tidak mungkin ada? Lagi pula, teknologi sudah sangat maju dan AI sudah berkembang sampai titik yang cukup menakutkan.

Gray memikirkan hal itu dan menghela napas. Dia memutuskan untuk berhenti terlalu memikirkan hal-hal yang tidak berkaitan dengannya—setidaknya untuk saat ini.

Dia kembali memusatkan perhatian pada poin atribut dan membaginya sesuai kebutuhan. Kali ini, ia menambahkan dua poin ke Kekuatan, dua poin ke Stamina, dan satu poin ke Kelincahan.

Dan seperti sebelumnya, dia merasakan aliran hangat menyebar ke seluruh tubuhnya. Tapi kali ini tidak setipis dulu dan dia hampir bisa merasakannya dengan jelas.

Dia merasakan aliran itu berasal dari daerah yang tidak diketahui di tubuhnya dan menyebar ke seluruh tubuhnya.

Rasa itu hilang sesaat kemudian, tetapi Gray bisa merasakan bahwa ia benar-benar lebih kuat daripada sebelumnya.

Dia mengepalkan tinjunya dan merasakan seolah penuh dengan kekuatan ledakan, memberinya ilusi seakan ia bisa menghancurkan tembok dengan sekali pukul.

Gray tentu saja tidak mau mengetes kekuatannya pada dinding penthouse.

Haruskah aku pergi ke gym?

Dia sempat memikirkannya tapi akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya.

Yah, aku lapar. Biarkan aku membuat sesuatu untuk dimakan.

Gray tersenyum kecil saat berdiri dari sofa dan menuju dapur. Karena dia baru saja mendapat keterampilan kelas dunia dalam memasak, dia pasti harus mencobanya.

Dia melangkah masuk ke dapur dengan rasa percaya diri baru.

Begitu membuka kulkas, matanya menyapu isinya dengan ketelitian luar biasa. Bahan-bahan yang biasanya ia lewatkan kini tampak penuh potensi. Paha ayam. Bawang putih segar. Beras jasmine. Krim. Lemon. Thyme. Mentega.

Jari-jarinya bergerak secara otomatis. Dia mengambil apa yang dibutuhkan dan menatanya di atas meja marmer. Tidak ada resep, tidak ada keraguan, karena keterampilan Seni Kuliner Kelas Dunia sudah menguasai dirinya.

Dia mencuci beras jasmine sampai airnya jernih, lalu merendamnya sebentar. Sementara itu, dia menyiapkan ayam—melepaskan tulangnya dengan presisi hampir seperti ahli bedah, menggores kulitnya tipis agar bisa garing.

Dia membumbui dengan garam, merica hitam yang dihancurkan, sedikit paprika, dan parutan kulit lemon secukupnya agar aromanya segar.

Selanjutnya dia menyalakan kompor dengan api sedang-tinggi, meneteskan sedikit mentega dan minyak zaitun di wajan. Saat wajan memanas, dia mulai mengiris bawang putih tipis-tipis dan mencincang bawang merah seperti koki bintang Michelin.

Ayam dimasukkan dengan posisi kulit menghadap kebawah terlebih dulu, suara desisnya langsung mengeluarkan aroma yang menggugah selera. Dia tidak terburu-buru. Membiarkan kulitnya perlahan garing. Sambil itu, dia mulai memasak nasi: menumis beras sebentar dengan mentega dan bawang merah cincang, lalu menambahkan air dan sedikit garam sebelum ditutup rapat.

Dia membalik ayam dengan sekali gerakan—sempurna berwarna coklat keemasan.

Begitu matang, dia menuangkan sedikit krim dan perasan lemon ke dalam wajan untuk membuat saus. Dia menambahkan bawang putih dan thyme, menghasilkan aroma yang langsung membuat perutnya berbunyi.

Sepuluh menit kemudian, semuanya sudah tertata di piring dengan rapi. Tidak mewah, hanya sederhana dan bersih—ayam panggang dengan kulit garing di atas nasi jasmine aromatik, disiram saus krim lemon-bawang putih, lalu ditaburi herba segar.

Gray duduk di meja, mengambil satu suap, dan terdiam sejenak.

"Gila…," gumamnya sambil mengunyah perlahan.

Rasanya dalam tapi seimbang.

Creamy, segar, gurih. Nasinya lembut tapi tidak lembek. Ayamnya? Juicy dan penuh rasa dengan kulit yang renyah sempurna.

Ini adalah ayam terbaik yang pernah dia makan. Sepanjang hidupnya.

Dia tersenyum kecil. Keterampilan itu tidak hanya teknis, tapi juga memiliki intuisi bawaan.

Aku mencintaimu, sistem.

Sistem: 【.....】