NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Kamu mau makan apa?”

James melirik ke sana kemari. Tidak ada ATM di sekitar sana. “Sial!” Uang cash-nya sudah dia keluarkan semua.

Celline tersenyum. Tadi dia melihat James sangat emosional mengeluarkan semua uang yang ada di dalam dompetnya.

Saat James tidak melihat, kalau Celline sempat mengambil beberapa lembar uang di atas meja tadi.

“Kita makan bakso saja, tuan. Itu ada di ujung jalan sana.”

“Aku tidak ada uang cash. Kita cari ATM dulu.”

“Tidak usah, tuan. Aku ada, ini.”

James menatap Celline tidak percaya. “Katanya kamu kecopetan?”

“Ini uang tuan. Tadi aku sempat mengambil uang yang ada di atas meja tadi beberapa lembar.”

Seketika itu, hati yang selalu bersikap dingin sedingin gunung es, tiba-tiba kini tersenyum pada Celline.

“Jangan tersenyum padaku seperti ini, tuan!” Ucap Celline dalam hati.

Seketika hati Celline mulai berdesir, saat James menampakkan senyum yang membuat hatinya mulai terasa berdebar-debar.

Setelah itu, mereka berjalan menuju penjual bakso.

“Bang, pesan baksonya dua porsi ya!” Ucap Celline yang memesan bakso untuk mereka berdua.

Kemudian Celline memilih tempat duduk, karena sudah terbiasa makan di kaki lima. Lalu bagaimana dengan James? Pria yang terlahir dengan kehidupan yang serba mewah, dia terlihat ragu-ragu saat mau duduk.

Seakan-akan James tidak yakin kalau tempat duduknya higienis atau tidak. Mau cari tempat makan yang lain, tapi dilihat Celline sudah terlihat sangat lapar.

Karena kondisi dan situasi, akhirnya James terpaksa duduk di samping Celline. Baru pertama kali bagi dirinya merasakan makan di tempat seperti ini.

Saat mangkuk bakso dengan kuah panas ada di hadapannya, semua rasa penolakan itu langsung hilang.

Tak butuh waktu lama, James mencoba rasa bakso itu. “Hm….. Ternyata enak juga rasanya.”

“Bang, baksonya tambah lagi ya!” Kata Celline sambil mengangkat tangannya.

“Itu belum habis. Kenapa mau tambah lagi?” Tanya James heran.

Dilihatnya mangkuk Celline masih penuh. Hanya baru makan sedikit saja.

“Yang itu bukan buat aku, tapi buat tuan.”

James langsung menelan salivanya dengan kasar. Kemudian dia menatap ke dalam mangkuk baksonya, yang isinya tinggal sedikit lagi.

“Ini, mbak.” Kata abang bakso sambil memberikan semangkuk bakso lagi.

“Bukan buat saya, bang!” Celline melirik James yang duduk di sampingnya.

“Oh, untuk kakaknya ya! Saya kira untuk mbaknya. Silahkan, mas!”

Selepas penjual bakso itu pergi, James langsung mendorong mangkuk bakso yang masih panas itu ke arah Celline.

“Kamu habiskan saja. Aku sudah kenyang!”

Celline mengatupkan bibirnya. “Waduh! Kenapa tuan jadi sensi seperti ini. Apa dia tipe laki-laki yang baperan ya?” Tanya Celline dalam hatinya.

Padahal pria itu terlihat sangat berselera makan, seolah mau tambah lagi. Hanya gara-gara dikira kakak Celline, muka James langsung berubah. Sekarang James malah sudah mirip kain kanebo.

“Cepatan makannya, aku banyak urusan penting!”

Celline hanya terdiam. Kemudian kembali memakan baksonya. Acara makan bakso pun sudah berakhir dengan James yang terlihat kesal, karena perkataan penjual bakso yang asal menduga-duga.

*****

Sesampainya di hotel, mereka masih saja sama-sama diam. Belum mau bertegur sapa. Lagipula Celline jadi bingung mau bicara apa.

“Nanti sore, kita kembali ke Jakarta. Kamu bereskan barang-barang kamu. Saya ada urusan mau keluar sebentar. Kalau kamu lapar, kamu telepon saja layanan kamar hotel.”

Celline hanya menganggukkan kepalanya. James pun pergi meninggalkan Celline di kamar hotel seorang diri. Sesuai perintah suaminya, Celline pun membereskan semua barang-barang miliknya. Dia mulai ragu saat akan membereskan koper milik James.

Belum apa-apa, baru melipat pakaian suaminya itu, pipi Celline berubah jadi merah merona. Wajahnya terasa panas. Apalagi saat melipat segitiga bermuda milik James.

Untuk menepis pikirannya yang sedang kacau itu, Celline pun melakukannya dengan cepat-cepat.

Di tempat yang berbeda, James sedang memeriksa kembali vilanya. Di sana sudah tidak ada jejak Melan. Dia juga sudah menanyakan pada penjaga tempat tinggal Melan sekarang.

Kecewa tidak dapat petunjuk akan keberadaan Melan, James pun kembali meninggalkan villa itu. Dia tidak ingin langsung kembali ke hotel. Dia memilih mengunjungi tempat-tempat yang pernah dia kunjungi bersama dengan mantan kekasihnya itu.

“Dimana kamu sekarang?” Mata James menatap kosong. Luruh ke arah laut dan ombak yang menerjang.

Setelah puas merenung seorang diri, kini James berniat kembali ke hotel. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Hampir sore hari, sudah waktunya kembali ke ibukota.

Dengan langkah yang berat, James meninggalkan tempat yang penuh kenangan bersama dengan Melan. Saat masuk ke dalam hotel, matanya menyapu ke arah semua koper yang sudah tersusun rapi.

“Kamu yang rapikan semua ini?”

Celline hanya mengangguk. Dia ingat akan tragedi segitiga biru milik James. James tidak tahu apa yang sedang ada di kepala Celline saat ini. James pun bersikap cuek-cuek saja. Dia bersikap dingin seperti biasanya.

“Ya sudah kalau begitu. Ayo, berangkat.” Ajak James sambil menyeret koper.

“Mengapa terburu-buru sekali?” Gumam Celline yang tak sampai ke telinga James.

Pria itu pun ngeloyor meninggalkan Celline yang jauh dibelakangnya. Dia baru sadar saat tidak lagi mendengar suara ketukan langkah istrinya itu.

“Ya ampun, lamban sekali!” Gerutu James saat menatap Celline yang tertinggal jauh di belakangnya.

James hanya diam di tempat sambil mengamati Celline yang pelan menghampiri dirinya.

“Siput saja masih lebih baik dari kamu!”

Kali ini, karena kesal bercampur bagian tubuhnya yang masih terasa perih dan sakit, dengan berani Celline menatap mata itu dengan tajam. Namun hanya sepersekian detik saja. Selanjutnya dia menundukkan kepalanya kembali.

“Lihatlah! Dia sudah berani menatapku seperti itu. Hanya karena tidur bersama sekali saja, dia sudah mulai berani padaku!” Gerutu James dalam hatinya.

“Kenapa jalanmu lambat seperti siput? Nanti kita bisa ketinggalan pesawat.” Ujar James kesal.

“Biasanya aku tidak selamban seperti sekarang ini. Celline pasti bisa lari!” Kata Celline tidak mau kalah. Kali ini dia kembali melawan James.

Namun setelah mengatakan itu, Celline kembali menunduk. Wajah James yang rupawan, membuat Celline jadi enggan menatapnya lama-lama. Bukannya marah, Celline justru takut untuk jatuh hati.

“Apanya yang sakit?” Tanya James sambil menaikkan alis tebalnya. Keningnya jadi mengerut memikirkan kata-kata barusan yang meluncur dari bibir wanita itu.

“Tidak usah dibahas lagi. Celline masih bisa menahannya.” Wanita itu pun kembali berjalan mendahului James. Dia tidak menghiraukan James yang masih terlihat bingung.

“Kalau sakit, kita periksa ke dokter. Kita bisa tunda kepulangan kita ini.” James mulai melunak. Dia pikir mungkin Celline sedang sakit sekarang ini.

Manik coklat itu membulat sempurna. Mana ada sakit karena malam pertama dibawa ke dokter. Celline langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Ini bukan sakit yang bisa diperiksa sama dokter.”

Karena kesal, James menempelkan telapak tangannya ke kening Celline. “Kamu sakit apa? Suhu badan kamu normal.”

Akhirnya karena kesal, Celline pun berjalan meninggalkan James kembali. Perih yang masih dia rasakan dan James yang tidak peka, serta cerewetnya James membuat Celline bertambah pusing. Setelah duduk di dalam pesawat, mereka pun sama-sama diam. Baik James maupun Celline enggan mengeluarkan suara. Padahal mereka duduk berdampingan.

****

Sesampainya di rumah pun sama. Dua orang itu tak juga mau bertegur sapa. Celline baru mau menampakkan senyumnya saat Denny menyambut kedatangan dirinya.

“Celline…….!” Panggil Denny dengan merentangkan tangannya lebar-lebar, seakan ingin Celline memeluknya.

“Ih…. Apa-apain sih Tuan Denny?!”

“Cih! Sejak tadi dia cemberut dan mukanya jutek padaku. Sekarang dengan Denny malah memasang wajah yang sok manis.” Gerutu James dalam hati.

James mendengkus kesal, karena Celline sangat ceria di depan sang adik. Dia tidak mau dua anak itu mengobrol lama-lama. James langsung memberikan Celline perintah.

“Celline, bawa koper itu ke kamar!” Perintah James.

Celline pun menghela napas panjang. Melihat itu, Denny langsung cepat-cepat membawa koper itu ke kamar Celline.

“Tenang saja, Celline. Biar aku saja yang bawa.”

“Ish….!” Umpat James yang semakin kesal pada kedua orang itu.

Bersambung……….

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!