NovelToon NovelToon
AMBISI SANG ANTAGONIS

AMBISI SANG ANTAGONIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Pelakor / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Angst
Popularitas:125.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Di malam pertunangannya, Sahira memergoki pria yang baru saja menyematkan cincin pada jari manisnya, sedang bercumbu dengan saudara angkatnya.

Melihat fakta menyakitkan itu, tak lantas membuat Sahira meneteskan airmata apalagi menyerang dua insan yang sedang bermesraan di area basement gedung perhotelan.

Sebaliknya, senyum culas tersungging dibibir nya. Ini adalah permulaan menuju pembalasan sesungguhnya yang telah ia rancang belasan tahun lamanya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Benarkah sosok Sahira hanyalah wanita lugu, penakut, mudah ditipu, ditindas oleh keluarga angkatnya? Atau, sifatnya itu cuma kedok semata ...?

"Aku Bersumpah! Akan menuntut balas sampai mereka bersujud memohon ampun! Lebih memilih mati daripada hidup seperti di neraka!" ~ Sahira ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASA : 10

Suara Sahira terdengar serak dan berat. “Perutku sakit, nyeri_”

“Tunggu sebentar! Saya segera sampai sana!” Sambungan telepon langsung dimatikan, tanpa berpikir panjang dan bukan seperti seorang Thariq Alamsyah yang selalu tenang, pria itu beranjak, melangkah lebar keluar dari huniannya yang ditempati bersama istri, ibu dan adiknya.

"Pertanyaan Mama sudah dijawab dengan tindakan Abang. Selama ini nyaris nggak pernah kita lihat dia begitu cemas, terburu-buru. Setiap tindakan dan langkahnya tenang, teratur, tapi barusan? Layaknya seorang pria mengkhawatirkan belahan jiwanya,” netranya masih menatap lekat arah kepergian abang kandungnya.

Bu Ayda terdiam, helaan napasnya terdengar berat seakan penuh beban. “Mama tak tahu harus bagaimana. Satu sisi kasihan nengok si Arimbi, tapi wanita itu pun memiliki hak yang sama.”

“Aku penasaran kayak apa rupanya, apa tak sebaiknya kita cari tahu, Ma?”

“Jangan! Hargai privasi abangmu. Beban hidupnya sudah begitu berat memikul tanggungjawab yang tak mudah. Belum lagi kini dia juga harus menyelesaikan masalah pribadi rumit. Kita cukup mendoakan saja, tanpa perlu terlalu dalam mencampuri. Bila di mintai saran, ya berikan nasehat yang tak berat sebelah apalagi menghakimi,” tuturnya lembut.

“Ternyata bisa juga Mama ku berkata bijak, gak merepet terus pandainya_”

Plak.

Belum selesai si bungsu menyelesaikan kalimatnya, tangan bu Ayda sudah memukul kuat punggungnya.

“Mulai-mulai! Lama-lama ku ikat juga tangan Mama, biar gak asal nabok!” setelahnya Mustika lari tunggang langgang, menghindari pukulan pedas ibunya.

.

.

Thariq Alamsyah, memutar habis gas tangan motor sportnya, ia memilih naik kendaraan roda dua biar cepat sampai. Dibalik helm full face, ekspresi pria itu terlihat cemas, kembali menambah kecepatan laju.

Begitu masuk area parkir basement, ia memarkirkan motornya, tanpa membuka helm langsung melangkah lebar, menempelkan kartu akses memasuki bangunan apartemen.

Hanya butuh beberapa menit saja, dia sudah sampai di unit apartemennya.

“Sahira, Hira?” suaranya terdengar bergetar, membuka helm dan meletakkan di atas lemari penyimpanan sepatu.

“Sahira?” Thariq memeriksa dapur, tak ada calon istrinya disana, lalu berjalan ke kamar si wanita.

Saat pintu dibuka, terlihat sosok terbaring meringkuk tanpa mengenakan selimut, mengenakan setelan baju tidur panjang.

Thariq berlutut di tepi tempat tidur, mengelus lembut rambut Sahira yang posisinya membelakangi pintu. “Mana yang sakit? Kita ke rumah sakit ya? Atau mau dipanggilkan dokter saja?”

Sahira berbalik badan, wajahnya sembab, hidung memerah, dan masih tersisa jejak air mata. “Bang ….”

“Ya?” sangat lembut tutur katanya, begitu hangat sorot matanya. “Perutnya sakit kah?”

Sahira mengikuti arah pandang Thariq, yang mana tangannya sendiri menekan perut, lalu mengangguk lemah. “Aku sedang datang bulan. Perutku kram, dan ….”

“Dan?” Thariq menaikkan alisnya, mencoba menerka.

“Tak punya pembalut,” ucapnya sambil menahan malu.

Terdengar suara helaan napas panjang, lalu terlihat senyum tipis di bibir Thariq, dalam hati menertawai dirinya sendiri. ‘Kau tahu, saya mengendarai motor seperti orang gila, takut dirimu kenapa-kenapa.’

“Maaf, saya lupa menyediakannya. Sekarang saya belikan ya? Cuma itu saja? Atau mau lainnya? Minuman atau obat pereda nyeri?” tanyanya beruntun.

“Pembalut saja, dua ya. Yang khusus buat malam dan siang, ada sayapnya. Maaf … sudah menyusahkan,” sorot matanya sarat akan rasa sungkan.

Thariq membelai lembut pipi berkulit lembut yang terasa basah oleh air mata. “Saya suka direpotkan.”

Sepeninggal Thariq, Sahira langsung duduk. Benar adanya bila perutnya nyeri, tapi dia tak selemah itu sampai harus menangis. Bahkan sama sekali tidak dibawa rasa, karena belum ada apa-apanya bila dibandingkan masa lalu.

“Bagaimana rasanya ditinggalkan setelah beberapa hari tak bertemu? Kuharap kau tak mati berdiri … Arimbi,” suara tawanya terdengar penuh kepuasan.

.

.

Di lain tempat, pada sebuah kamar luas dan mewah. Seorang wanita tengah mematut diri pada cermin setinggi badan. Lingerie yang ia kenakan sangat transparan, memperlihatkan dalaman segitiga dan bagian atas polos tak tertutup bra, sehingga terlihat pucuk dada menantang.

Arimbi sedang menunggu sang suami, ia yakin tak lama lagi pasti Thariq masuk kamar.

“Akan ku buat kau bertekuk lutut. Bila dengan kelembutan tak mempan, maka aku akan bertingkah layaknya wanita liar.” Bibir berlipstik maron itu tersenyum, dalam hati begitu menyakini.

Dia sudah lelah berakting seperti wanita lemah lembut, penurut, baik-baik. Semua itu demi menarik simpati suaminya, tapi nyatanya sama sekali tak berefek.

Thariq tetap dingin, bicara seperlunya saja, berhubungan intim pun bisa dihitung dengan jari selama masa pernikahan mereka. Itupun dia yang meminta duluan.

Lima menit, sepuluh menit, sampai jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Thariq Alamsyah belum terlihat membuka pintu kamar mereka.

“Kemana dia?” Arimbi terlihat tidak sabaran, ia menyambar jubah tidurnya, lalu keluar dari kamar, menuruni tangga menuju lantai satu.

Ruang keluarga terlihat temaram, begitu juga ruang tamu. Arimbi berjalan ke ruang kerja, biasanya Thariq berada disana, tapi saat daun pintu dibuka, tidak ada siapa-siapa.

Hati Arimbi memanas, dadanya bergemuruh, pikirannya sudah entah kemana-mana.

Wanita berjubah tidur warna maroon itu keluar rumah, mencari keberadaan seseorang yang bisa ditanyai.

“Kau! Kesini lah!” perintahnya kepada salah satu security penjaga rumah.

“Ya Nyonya.” Pria berseragam putih hitam itu menunduk sopan.

“Apa kau tahu dimana suamiku?” tegas nya tanpa sudi menatap.

“Satu jam yang lalu, tuan Thariq pergi keluar dengan mengendarai motornya, Nyonya.”

“Kemana?!” bentak Arimbi.

Pak satpam tetap menunduk. “Kalau perihal itu, maaf Nyonya, saya tidak tahu.”

“Dasar bodoh! Kalian digaji tinggi, tapi tak becus dalam bekerja!” hinanya tanpa perasaan, lalu berbalik dan kembali masuk rumah.

Sang penjaga rumah hanya menanggapi dengan menghembuskan napas kasar, mencoba bersabar. Sudah biasa baginya dan sang rekan mendapatkan kata-kata kasar dari istri sang tuan.

***

Suara dering ponsel seolah meraung-raung, sedari tadi tidak berhenti berbunyi dan menampilkan satu nama ‘Arimbi’.

Namun, pemiliknya memilih mengabaikan. Ia sedang sibuk menggulirkan botol berisi air hangat di atas perut datar calon istri keduanya yang tertutup baju tidur.

"Bang.” Sahira membuka mata, menatap sayu. "Apa tak sebaiknya diangkat dulu, siapa tahu penting. Lagi pula aku tak bisa tidur, terganggu.”

Thariq tidak menjawab dengan lisan, tapi langsung tindakan, mematikan ponselnya dan kembali mengompres perut Sahira.

“Tidurlah, malam ini saya akan menjagamu,” katanya lembut.

“Sini!” Sahira mengulurkan tangannya, begitu Thariq menunduk, langsung saja ia peluk lehernya dan membawanya semakin merunduk, lalu mengecup singkat sudut bibir pria yang tengah menahan napas.

“Terima kasih,” bisiknya dengan nada suara sensual, jari jempolnya mengelus seringan bulu kulit leher Thariq. Bak gadis perawan yang pemalu, ia langsung melepaskan tautan tangan, dan menutupi wajahnya sendiri.

Sahira tidak melihat bagaimana reaksi Thariq, pipi dan telinganya terasa hangat. “Kenapa wajahnya ditutupi?” godanya, berusaha menarik tangan Sahira.

“Malu,” cicitnya, tapi membiarkan tangannya digenggam dan membalas tatapan sayu itu dengan sorot sendu

Tatapan Thariq menurun sampai pada bibir merekah. “Boleh ...?”

.

.

Bersambung.

1
Si Topik
Perlahan tapi pasti, Hira mencoba membuat Thariq bucin ama dia 😁
pertanyaan nyaa, apakah benar Thariq terpedaya bucin ama Hira atau pura2 terpedaya sambil mengikuti permainan Hira? 🥲
Si Topik
amboiii, ciamik sekali lakon mu Hira 🙂
Si Topik
asik berduaan ama bini muda yaa bang.. noh bini tua lagi ngereog + mabok 🤣🤣🤣
Si Topik
Tapi Marimar itu kepanjangan Mustika Idola nya Damar 🤭🤣
Mawar Hitam
Arimbi berhaail.tidak ya dengan rencananya.
Cublik: Semoga tidak Kak.
total 1 replies
Yuli Purwati
duh...jadi deg deg an deh,Sahira bakal keluar dari sangkar emas.semoga rencana mereka gagal total.
Cublik: Aamiin
total 1 replies
Yuli Purwati
ati2 hir....Hira.....ntar kamu ketularan bucin juga loh
Cublik: Biar dia merasakan apa yang dirasakan oleh Thariq
total 1 replies
Yuli Purwati
sweet nya...
Yuli Purwati
semoga gagal total
Yuli Purwati
apakah Adisty salah satu korban bullying Arimbi di masalalu yang sudah ganti wajah dan ingin balas dendam dengan cara menjadi gunting dalam lipatan?🧐 hanya author yang tau😀
Cublik: Bisa jadi sih Kak 😁
total 1 replies
Zahraputri Putri
koq AQ deg degan ya,SMG GK terjadi apa sama Hira
Cublik: Aamiin
total 1 replies
Shee
berasa pendek amat c kak, perasaan baru baca dah end🤭🤭

seseru itu pokoknya, g pengin berhenti baca cerita kak cublik.
sebelum baca kemaren tuh pengin numpuk bab biar banyak dulu, tapi apa lah daya g kuat penasaran akut. eh sekalinya dah baca di bikin greget terus selalu di gantung di setiap akhir bab😪😪
Shee: walau sederhana tapi di balik kesederhanaan itu bikin orang terkagum-kagum😍😍
Cublik: Hehehe 😁
Terima kasih banyak Kak, udah ngikutin kisah sederhana ini💜
total 2 replies
Shee
q juga mau hidup yang di berikan Thariq sama hira, hanya cuma bernafas dengan nyaman, segala sesuatu semua terpenuhi tanpa harus berfikir keras.
tanpa harus turun atau Keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. cukup bernafas saja dengan nyaman

andai bisa seperti itu, kak cublik tolong Thariq jadi suami q🤣🤣🤣
Shee: apa kah q harus oplas biar bisa jadi hira kak???🤣🤣🤣
Cublik: Tapi sayangnya dia udah terlanjur Ter Hira-Hira Kak 😁😆
total 2 replies
jumirah slavina
tabok juga nih pala Sera biar bener
jumirah slavina: iya Thor...

udah bener...

bener² salah kn ....
.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cublik: Udah bener loh dia Kak 😁
total 2 replies
Ma'e Tinok
😘😘
Cublik: 🤍🤍🤍🤍🤍
total 1 replies
mongjaja
sebenarnya masih blm move on dr cerita yang dulu..cerita ini seperti masuk dunia baru..masih menyesuaikan imajinasiku tentang cublik yang jail..pokoknya masih blm move on aku dr kata" paok
Cublik: Terima kasih banyak Kakak 💜

Insya Allah, setelah ini rilis Meutia paok 😁
total 1 replies
jumirah slavina
saat Kamu jatuh cinta balik k' Torik., Aku akan jampi² s' Torik supaya kau jatuh bangun mengejar Torikin...

hidup Torik... hiduppppp....
jumirah slavina: bulol itu bucin t0l0l maksud'y Thor ??

og itu orang g!la.??
Cublik: Thariq aja udah bulol ... og
total 2 replies
jumirah slavina
dalam hati Sera cepat pergi., Aku mo melancarkan aksi kembali...
jumirah slavina
semua pemeran wanita antagonis 😲
jumirah slavina: Mustika Ratu : Jumi tidak menganggap Aku ada Thor

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cublik: Mustika & Bu Ayda, ma Selina ... kayaknya gak termasuk Kak 😁
total 2 replies
maya ummu ihsan
pertarungan dua wanita licik ini sih
Cublik: Tinggal lihat siapa yang menang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!