Dasha Graves, seorang ibu tunggal yang tinggal di Italia, berjuang membesarkan dua anak kembarnya, Leo dan Lea. Setelah hidup sederhana bekerja di kafe sahabatnya, Levi, Dasha memutuskan kembali ke Roma untuk mencari pekerjaan demi masa depan anak-anaknya. Tanpa disangka, ia diterima di perusahaan besar dan atasannya adalah Issa Sheffield, ayah biologis dari anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Begitu Dasha tiba di bandara, ia memberikan sedikit tip kepada sopir yang telah mengantarnya dengan selamat. Tanpa membuang waktu, ia segera masuk ke dalam bandara untuk mencari penerbangan paling awal dan membeli tiket jika masih tersedia. Beruntung, ia berhasil mendapatkan satu tiket ke tujuan yang diinginkan. Penerbangan itu dijadwalkan berangkat satu jam lagi. Dasha pun memutuskan mencari gerbang keberangkatannya, lalu duduk di kursi terdekat.
Ia hanya duduk diam, menatap kosong pada kerumunan orang yang berlalu-lalang. Melihat pasangan-pasangan berjalan beriringan membuat pikirannya melayang ke masa lalu masa ketika ia masih bersama Issa.
**
“Signorina?” Sebuah suara lembut membuyarkan lamunannya. Seseorang menepuk pundaknya pelan.
“Maaf membangunkan Anda,” ujar petugas bandara dengan sopan. “Karena Anda duduk di depan gerbang ini, saya pikir Anda juga akan naik ke penerbangan menuju Sisilia. Pesawat sudah mulai boarding.”
Dasha terlonjak kaget. Untung saja petugas itu membangunkannya tepat waktu.
Ia segera menyerahkan tiketnya. Petugas memeriksa sebentar, lalu mengembalikannya sambil tersenyum, “Selamat menikmati penerbangan.”
Dasha hanya mengangguk dan berjalan menuju pesawat.
Sebelum pesawat lepas landas, ia sempat mengirim pesan singkat untuk ibunya.
Semoga anak-anakku baik-baik saja... batinnya, saat suara kapten terdengar mengumumkan keberangkatan.
**
Pesawat mendarat dengan selamat. Begitu keluar dari bandara, Dasha terkejut ketika seorang pengawal menghampirinya. Seragam yang dikenakan pria itu tampak familiar.
Di mana aku pernah melihatnya...? pikirnya.
Pertanyaannya langsung terjawab saat pintu mobil di depannya terbuka.
“Nenek!” serunya kaget.
“Ayo masuk, sayang. Berikan barang bawaanmu pada Mark, supaya kita bisa langsung ke rumah sakit menemui Lea dan Leo,” ujar Poppy dengan antusias.
Dasha menyerahkan tasnya kepada Mark, lalu masuk ke dalam mobil.
“Kenapa Nenek bisa ada di sini? Mereka pasti khawatir kalau tahu Nenek tidak di rumah!”
“Tenang saja, aku sudah bilang pada mereka. Sedikit kebohongan putih saja,” jawab Poppy ringan. “Lagi pula, aku juga khawatir. Setelah kamu menelepon, aku langsung bersiap. Mau menelepon balik, tapi ponselmu mati. Aku kira kamu sudah di pesawat. Seharusnya tadi kita naik jet pribadi saja, ya.”
Perjalanan pun mereka isi dengan obrolan hangat. Di tengah jalan, Dasha meminta sopir berhenti sebentar di toko roti. Ia berkata hanya sebentar, jadi sang nenek tetap menunggu di mobil.
Dasha membeli banyak roti porchetta gulungan daging babi panggang beraroma rempah, kesukaan anak-anaknya di toko favorit mereka. Ia juga ingin Nenek mencicipinya.
Kebetulan, roti itu baru saja keluar dari oven, masih hangat dan harum. Penjualnya langsung mengenali Dasha; maklum, ia sering datang jauh-jauh hanya untuk membeli di sana.
Saat kembali ke mobil, Dasha membagi-bagikan roti kepada semua orang di dalam: sang nenek, perawat, sopir, dan pengawal.
“Coba ini, Nek. Anak-anak suka sekali,” katanya.
Poppy mencicipinya, dan ternyata tak bisa berhenti makan. Rasanya memang luar biasa enak.
Akhirnya, mereka tiba di rumah sakit. Dasha langsung menuju ruang rawat anak-anaknya.
Begitu pintu terbuka, dadanya terasa sesak. Leo duduk tertunduk di sisi ranjang, sementara Lea membelai lembut rambut kakaknya.
“Sayang...” bisik Dasha pelan.
“Mima!” seru Lea, membuat Leo terbangun.
“Mima?” katanya dengan mata setengah terbuka.
“Aku rindu kalian!” ucap Dasha sambil menangis, memeluk keduanya erat-erat.
“Kami juga rindu, Mima!” jawab mereka bersamaan. Syukurlah ruangan itu privat kalau tidak, mereka pasti terlihat seperti keluarga yang terlalu emosional.
Setelah tangis rindu mereda, Dasha bertanya di mana Malisa. Anak-anak pun menjawab bahwa ibunya sedang membeli makanan di kantin.