Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Abi, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bu Desi terkejut. Wajahnya memucat seketika. Ia sama sekali tidak menyangka putranya sudah berdiri tepat di hadapannya sekarang. Padahal, pagi tadi pria itu berpamitan akan pergi untuk fitting baju pengantin bersama Anggun.
Abi menatap ibunya tanpa ekspresi. "Katakan yang sebenarnya, Mah. Jangan sembunyikan apa pun dariku." Suaranya dingin, menusuk. Matanya berkaca-kaca,ia tak pernah menyangka sang ibu telah menyimpan rahasia sebesar ini, rahasia yang selama ini sama sekali tidak ia ketahui.
Abi menoleh ke arah pintu. "Bawa Mentari masuk kembali."
Dua orang satpam yang sebelumnya menyeret Mentari keluar kini kembali masuk, mengapit wanita itu di antara mereka.
Bu Desi semakin tidak berkutik. Rahasia yang selama ini ia tutup rapat kini benar-benar terbongkar di hadapannya.
"Bi… Mama…" suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.
Abi melangkah satu langkah mendekat. "Katakan, Mah. Di mana bayi Mentari?" tanyanya kali ini dengan nada tinggi,sesuatu yang sangat jarang ia lakukan kepada ibunya.
"Aku tidak pernah menyangka Mama melakukan semua ini padaku dan Mentari. Itu cucu Mama sendiri. Kenapa, Mah? Kenapa Mama melakukan ini padaku? Kenapa?"
Tubuh Abi kini gemetar hebat. Ia berusaha menahan isak tangis yang mendesak keluar, namun gagal. Kenyataan yang baru saja ia ketahui menghantam batinnya tanpa ampun,membuat hatinya benar-benar terguncang.
"Bi… Mama melakukan ini demi masa depan kamu," balas Bu Desi, masih berusaha membela dirinya, meski suaranya mulai kehilangan keyakinan.
"Demi masa depanku, Mama bilang?" Abi terkekeh pahit. "Apa Mama tahu selama ini aku sangat menderita, Mah? Aku tidak pernah benar-benar bahagia dengan hidupku sendiri!" ucapnya dengan nada tinggi yang masih bergetar oleh emosi.
Mentari hanya memperhatikan. Tatapannya tajam, bergantian menyorot ibu dan anak itu, menyimpan luka yang tak kalah dalam. Dua orang satpam yang sebelumnya menyeretnya kini telah kembali keluar, meninggalkan ruangan itu dalam keheningan yang sarat amarah dan kesedihan.
"Kamu marah sama Mama hanya karena wanita narapidana itu, Bi? Mama nggak terima!" ucap Bu Desi dengan nada tinggi.
Abi menggelengkan kepala perlahan, benar-benar tak habis pikir dengan ibunya yang masih saja menyalahkan Mentari.
"Aku marah karena Mama sudah sangat jahat pada kami, Mah. Aku nggak pernah menyangka ada orang seperti Mama,yang tega membuang cucunya sendiri!" bentak Abi, suaranya pecah oleh amarah dan luka.
"Diam kamu, Abi!" Bu Desi membalas dengan keras. "Ya, benar! Mama memang tahu Mentari hamil dan melahirkan. Tapi Mama nggak tahu bayi itu di mana. Mama bersumpah, Bi!"
"Baik. Kalau Mama nggak mau memberi tahu aku di mana anakku, maka aku akan mencarinya dengan caraku sendiri. Aku nggak peduli dengan masa depan,bahkan karierku sendiri. Itu kan yang Mama mau?"
"Ayo, Mentari!"
Abi meraih lengan Mentari dan menariknya keluar rumah. Namun, Bu Desi segera melangkah cepat, menghentikan mereka.
"Tunggu, Bi. Kamu nggak perlu lagi mencari di mana putrimu. Mama tahu di mana dia," ucap Bu Desi akhirnya.
Abi dan Mentari serentak menoleh ke arahnya.
"Di mana dia?" tanya Abi, suaranya menegang.
"Putrimu… dia…" Bu Desi meremas ujung jarinya berulang kali. Wajahnya pucat, napasnya tak teratur,takut dan gugup menjawab pertanyaan putranya sendiri.
"Putrimu sudah meninggal, Bi."
"Apa?!" teriak Mentari dan Abi bersamaan.
Kini keduanya berdiri di depan sebuah pusara bertuliskan Liliana Putri. Dengan tubuh gemetar, Mentari menyentuh nisan itu perlahan.
Antara percaya dan tidak, putri yang telah ia lahirkan ternyata telah meninggal dunia.
Sementara itu, Abi menunduk. Tubuh pria itu ikut gemetar, bahunya naik turun menahan sesak yang menyesakkan dada.
"Kenapa kamu nggak pernah bilang kalau kamu hamil, Tari?" ucapnya lirih, nyaris tak terdengar.
Sambil menangis, Mentari terkekeh pelan,tawa pahit yang lebih menyakitkan daripada tangis.
"Kamu pikir aku nggak ngasih tahu kamu, Bi?" katanya. "Kamu ingat malam saat kamu ngajak aku makan di restoran? Kamu pamit ke toilet, tapi kamu nggak pernah kembali lagi?"
Abi menoleh ke arah Mentari. Ia terdiam beberapa saat. Hingga detik berikutnya, tangisnya pecah,sesenggukan yang tak lagi bisa ia sembunyikan.
"Dan dengan bodohnya aku malah menyuruh kamu menggantikanku di penjara…" ucapnya penuh penyesalan.
Mentari hanya diam. Beban yang ia tanggung saat ini sudah terlalu berat untuk ditambah dengan menanggapi tangisan pria itu.
"Lili… maafkan Papa. Papa yang nggak tahu keberadaanmu. Maafkan Papa, Nak. Maaf…" ucap Abi lirih sambil memeluk nisan itu, seolah ingin merangkul putrinya untuk pertama dan terakhir kalinya.
Sementara itu, Mentari berdiri dengan tatapan kosong. Tanpa menoleh lagi, ia perlahan meninggalkan makam kecil itu dengan hati yang telah hancur,sehancur-hancurnya.
Di ujung sana, Bu Desi masih berdiri menunggu mereka di samping mobil.
"Kamu dan Abi sudah tidak memiliki ikatan apa-apa lagi. Jadi, aku minta kamu pergi dari hidupnya," ujar Bu Desi dengan nada angkuh yang tak juga luntur.
Mentari berhenti melangkah. Ia menoleh, melirik wanita itu dengan tatapan tajam.
"Tenang saja, Bu Desi yang terhormat. Untuk berada di dekatnya saja saya sudah tidak sudi. Jadi jangan khawatir. Mulai detik ini, kita hanyalah orang asing."
Mentari menghela napas, suaranya mengeras. "Tapi aku ingatkan,jika suatu saat aku menemukan bukti bahwa anakku tidak mati, dan pusara itu ternyata bukan miliknya, maka kau dan anakmu akan menerima akibatnya."
Wajah Bu Desi seketika berubah panik.
"Kau… jangan sembarangan bicara, Mentari. Kalau tidak ingin masuk penjara!"
Mentari kembali terkekeh pelan, pahit. "Penjara? Silakan lakukan. Aku tidak takut. Mungkin Anda lupa, Bu Desi aku pernah merasakannya."
Bu Desi terdiam, tak mampu lagi membalas.
Mentari kemudian melangkah pergi meninggalkan area pemakaman itu dengan perasaan hancur dan sakit yang tak terlukiskan. Dalam hatinya, ia bersumpah akan mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi,sejak dirinya melahirkan hingga bayinya dinyatakan meninggal tanpa pernah ia ketahui.
"Aku tidak percaya anakku meninggal." Gumam Mentari lirih.
Wanita itu terus berjalan, hingga tanpa sadar kini sudah berada di sisi jalan raya. Kakinya melangkah begitu saja, tanpa ia tahu ke mana arah tujuannya.
Ingatan Mentari berputar tanpa henti pada masa lalu. Ia menyesal,sangat menyesal. Andai saja ia tidak sebodoh itu, mengatasnamakan cinta di atas segalanya, mungkin ia tidak akan kehilangan orang-orang yang paling ia cintai.
Neneknya.
Dan anaknya sendiri.
Dengan pikiran yang masih kosong, Mentari terus melangkah, tanpa menyadari lampu lalu lintas telah berubah hijau. Dari arah kanan, sebuah mobil melaju kencang, klaksonnya meraung nyaring.
Mentari tak peduli apa pun. Mungkin satu-satunya hal yang ada di kepalanya saat ini hanyalah menyusul Lili.
"Mentari, awas!!!!!"
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat