Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21
Setiap pertemuan punya makna tersendiri.
Ada alasan tersendiri di balik pertemuan kita dengan orang lain. Entah itu kehadiran mereka kelak yang mengubah jalan hidup kita, atau justru kita yang meninggalkan jejak berarti di dalam kehidupan mereka.
Sungguh tak ada pertemuan yang terjadi secara kebetulan, setiap pertemuan telah tertulis di dalam takdir dan di dalamnya akan ada pesan yang dapat di ambil hikmahnya dan di jadikan pelajaran saat ingin melangkah.
Terkadang seseorang hadir sebagai anugerah yang menumbuhkan semangat dan juga harapan. Tak jarang pula sebagai ujian yang akan menjadi kan diri ini menjadi mendewasakan hati dan juga fikiran.
Pada akhirnya setiap pertemuan adalah bagian dari skenario indah yang telah Allah tuliskan dan di takdir kan pada kita. Ada yang hadir untuk menumbuhkan dan tak jarang juga yang hadir sebagai penguat. Namun semua itu akan meninggalkan jejak yang kelak membuat kita mengerti bahwa hidup ini adalah penuh dengan pelajaran dan kembali ambil hikmahnya karna setiap apa yang terjadi akan ada makna di setiap pelajaran.
*E*veryone enters for a Reason, Because only Allah knows what that reason is...
...࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇...
Emily menatap sebuah rumah yang menjadi tempat dirinya bersandar selama beberapa tahun, memberikan perhatian dan juga kasih sayang terhadap keluarga kecilnya. Akan tetapi semua pengorbanan dirinya sama sekali tak pernah terlihat, ia mengabaikan dirinya sendiri, mengabaikan penampilannya dan hanya terfokus pada rumah tangganya nyatanya semua pengorbanan tak terlihat oleh suami dan juga sang putra. Memberikan yang terbaik untuk sang putra, nyatanya selalu di anggap sebagai wanita yang mendorong sang putra untuk memenuhi keinginannya hanya karna dirinya yang gagal melanjutkan cita-citanya.
Semua tuduhan dan ucapan yang sering kali ia dengar nyatanya seakan menjadi duri yang menusuk hatinya atau sebuah benda yang menyayat hatinya hingga tak lagi terasa bagaimana sakit dan juga perihnya. ia teringat bagaimana Berlian yang membentaknya, melemparkan piring yang telah di siapkan oleh roti sebagai sarapan, dirinya pun mengingat bagaimana Aidan yang mengabaikan dirinya yang di perlakukan seperti itu.
Pranggggg...
sebuah piring terlempar di lantai.
"Ga mau, aku benar-benar bosan sama makanan yang seperti ini. !" bentak Berlian yang melemparkan roti yang telah di siapkan di piring.
sedangkan Emily yang melihat perlakuan sang putra hanya terdiam dengan menarik napasnya perlahan.
Dan Aidan terlihat diam tanpa ingin membela bagaimana perlakuan Berlian yang seharusnya.
Emily mengusap air matanya, ia melangkahkan kakinya meninggalkan rumah yang hanya membuat dirinya seakan tak bisa bernapas. Tepat saat dirinya keluar dari rumah, sebuah mobil pun berhenti tepat di depannya.
"Emily... " panggil seseorang di dalam mobil.
"Ayo masuk." sambungnya dengan membuka pintu mobil miliknya.
sedangkan Emily menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya memasuki mobil yang ada di hadapannya.
Setelah Emily memasuki mobil, kini mobil pun pergi meninggalkan rumah yang telah memberikan kenangan yang manis dan juga pahit. Emily menatap kebelakang melihat rumah yang tak akan pernah ia pijak.
"Emily... " panggil Rehan yang saat ini memberikan kotak tisue pada Emily.
tangan Emily mengambil kotak tisue.
Rehan yang melihat bagaimana wanita yang ada di hadapannya ia hanya dapat diam dengan memperhatikannya. Hatinya terasa begitu perih saat menatap Emily yang terlihat rapuh.
"Air mata itu hanya boleh mengalir saat diri mu merasa bahagia Emily. Melepaskan semua yang menjadi penghalang dirimu untuk bahagia. " batin Rehan dengan sesekali melihat ke arah Emily yang masih sibuk mengeka air matanya.