NovelToon NovelToon
Isekai To Zombie Game?!

Isekai To Zombie Game?!

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Zombie / Fantasi Isekai / Game
Popularitas:676
Nilai: 5
Nama Author: Jaehan

Mirai adalah ID game Rea yang seorang budak korporat perusahaan. Di tengah stress akan pekerjaan, bermain game merupakan hiburan termurah. Semua game ia jajal, dan menyukai jenis MMORPG. Khayalannya adalah bisa isekai ke dunia game yang fantastis. Tapi sayangnya, dari sekian deret game menakjubkan di ponselnya, ia justru terpanggil ke game yang jauh dari harapannya.
Jatuh dalam dunia yang runtuh, kacau dan penuh zombie. Apocalypse. Game misterius yang menuntun bertemu cinta, pengkhianatan dan menjadi saksi atas hilangnya naruni manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaehan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Mati

Part 12

"Gitu, ya. Emang sih. Jujur aja, dunia ini agak menarik buat aku."

"Hah?!" Kedua mata Mirai terbelalak. "Seriusan? Para zombie yang mau makan kita itu?!" ungkapnya tak percaya penuh keheranan.

"Bukan bagian yang itu. Tapi soal misteri dari dunia ini."

"Apanya yang misteri sih? Dah jelas misi kita keknya ngalahin bos zombie."

Tetiba tawa Nero tersembur. "Hahaha, sesimpel itu ya ternyata."

Mirai merengut jengkel. "Kok malah ketawa? Emang bener, kan?"

Andai sesederhana itu, maka Nero tidak akan sepusing ini. Terutama ketika memikirkan teka-teki catatan kaki mengenai Erica. Ia selalu berpikir, apa yang harus dilakukannya pada gadis ini. Namun ia masih menahan diri, menunggu mendapatkan petunjuk yang lebih lengkap. "Iya, emang bener gitu, kok. Nih aku lagi mikir. Kira-kira bos zombienya ada di mana."

"Tuhkan!" tandas Mirai sambil meletakkan cup ramennya yang telah kosong.

"Iya, iya deh," sahut Nero menahan senyum sambil menyingkirkan cup ramen Mirai dan miliknya. Matanya yang berkesan teduh sekejap melirik gadis itu yang sedang menyeruput kopi. Sejauh ini, tidak ada perselisihan diantara mereka. Nero cukup bersyukur kalau ternyata Mirai bukanlah gadis yang sulit ditangani melainkan sangat koperatif. Tidak rewel apalagi manja. Ia mandiri dan supporter yang bisa diandalkan. Memikirkan itu napasnya tak sengaja terhela panjang. Bagaimana bisa ia punya pikiran untuk menyakitinya hanya karena catatan kaki yang tidak jelas.

Mirai menangkap perilaku lesunya. "Kamu kenapa?"

"Eh? Oh, gapapa. Cuma capek aja," kilahnya sambil tersenyum pahit.

"Aku perhatiin kamu sibuk nyari sesuatu."

"Eh, itu. Aku nyari map."

Alis Mirai berkerut heran. "Kan udah ada."

"Iya, tapi yang kita punya tuh world map. Aku butuh map kota ini. Jujur aja kita cuma jalan berlawanan dari apartemen Vincent dan aku gak tau jalan keluar dari kota ini. Kita ada di bagian mana sekarang aja aku gak tau." Dilihatnya Mirai yang membeku cukup lama, rautnya seolah bertanya di mana akan menemukan benda itu. "Aku pikir mungkin kita bisa dapat di gedung polisi, damkar atau mungkin pemkot gitu. Tapi selama tiga hari ini kita jalan aku belum lihat gedung-gedung itu."

Mirai mendesah pendek. "Seharusnya kamu ngomong. Jangan disimpan sendirian. Aku kan bisa bantu. Jadi kamu gak capek sendirian. Mangnya aku nih beban banget, ya?"

Nero tercekat. "Eh, gak gitu."

"Trus apa?"

"Aku cuma gak mau kamu kepikiran, soalnya map itu belum tentu ada."

"Hah?! Kalo gak ada beneran gimana?"

"Itu dia. Ya kita bakalan lumayan lama keluar dari kota ini."

Langsung terbayang dalam benak Mirai bahwa untuk menuntaskan game ini mungkin saja bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun. Tanpa ada skill dasyat di luar nalar seperti dalam game, rasanya hampir mustahil bisa pulang ke dunia sendiri. Kedua matanya jadi berkaca-kaca.

"Tuh kan. Baru juga dibilang. Udah mau mewek aja." Nero jadi agak menyesal terlalu gamblang mengatakan kondisi mereka sekarang. Tetiba gadis itu memeluk lengan kirinya seolah mencari kenyamanan atas perasaan insecure-nya. Seketika wajahnya memerah, dadanya berdegup kencang. "E-eri."

"Vin, kalo kita gak pernah bisa keluar dari kota ini bahkan dari dunia ini gimana?"

"Yaudah kita bikin anak aja, hahaha."

Mirai langsung mencubit sisi kiri dalam perut Nero.

"Aaaauuuw!"

"Becanda aja sih!"

"Ya kan bener," kilahnya yang langsung mendapat cubitan berikutnya. "Aaaauuuw!" Akhirnya ia hanya meringis mendapat mata melotot gadis itu. "Iya, iya. Mau gimana lagi, Er? Sekarang kita cuma berdua. Belum ada tanda-tanda pemain lain. Sabar aja dulu and gak usah mikir yang buruk-buruk dulu. Yang ada kita jadi pesimis yang bikin kewaspadaan kita jadi terganggu. Intinya yang penting kita survive dulu. Oke?"

"Kenapa harus kita? Kenapa juga game zombie kek gini? Kayak gak ada game yang lebih bagus aja. Siapa juga yang bawa kita kemari? Kamu kepikiran itu gak, sih?"

Nero mendesah pendek, lalu melepas belenggu tangan Mirai dengan lembut. "Udah pasti aku juga mikir itu." Dituntunnya gadis itu untuk berbaring walau dahinya tampak berkerut bingung. "Dah malam. Baiknya kita tidur. Jangan terlalu dipikirin. Kita jalanin aja dulu. Nanti juga ketemu jawabannya." Akhirnya Mirai hanya terdiam pasrah. Ia pun menyelimutinya sebatas dada. "Oke, good nite." Barulah ia berbaring di sampingnya. Dilihatnya gadis itu yang masih terjaga. Ini pertama kalinya mereka tidur berdampingan namun gadis itu tampaknya sama sekali tidak terganggu. Sedangkan dirinya terasa sangat gugup, takut salah pegang waktu tidur nanti. Demi menghindari kejadian yang diinginkan ia pun terpaksa memunggungi Mirai. Tanpa disangka, Mirai menyandarkan dahinya di punggungnya dan sedikit merenggut kaosnya. Mata Nero yang terpejam jadi terbuka lebar dan debaran jantungnya jadi tidak terkendali.

"Viiiin," bisik Mirai.

"Hm?"

"Jangan mati."

Kali ini Nero tidak ingin menjawabnya dengan candaan. "Iya."

"Syukurlah. Aku gak mau sendirian di dunia ini."

Setelah mengatakan itu Mirai pun terpejam, meninggalkan Nero yang kesulitan untuk tidur gegara debaran jantungnya yang terlalu keras.

Paginya Mirai bangun sambil menguap panjang. Ia agak tergugah ketika melihat Nero sedang duduk sambil minum kopi. Matanya tampak sayu seperti tidak tidur semalaman. "Pagi, Vin," sapanya.

"Pagiiii," jawabnya lesu.

"Kamu begadang?"

"Enggak, cuma kecepetan bangun aja," jawabnya bohong. Sebenarnya ia sama sekali tidak bisa tidur. Sepanjang malam Mirai memeluknya seperti guling. Apalagi kaos tipis dan celana pendeknya beberapa kali tersingkap membuat isi pikirannya jadi tak karuan. Sebaiknya ini jadi yang terakhir kalinya mereka tidur berdekatan.

Mirai melihat jam tangan yang tergeletak di sisi bantal. "Baru jam tujuh pagi, toh. Mandi dulu kali, ya. Ntar belum tentu juga bisa mandi lagi."

"Iya, mandi aja dulu. Gak perlu ditemenin, kan?"

"Gak lah!"

"Ya, kali aja gitu butuh kang nyabun."

"Ngaco. Kita cabut jam berapa? Apa mau di sini beberapa hari?"

"Hm, ide bagus. Kita jadiin tempat ini markas dulu sambil nyari map. Di sini ada air sama makanan. Jadi aman lah." Yang tidak aman cuma jantung sama pikirannya saja.

"Setuju, bagus gitu. Capek juga bawa ransel gede ke mana-mana."

"Oke, gitu aja. Nanti siangan kita coba cari gedung yang dirasa ada map-nya di sekitaran sini. Aku tidur dulu."

Mirai agak tercekat. Itu artinya ia bakalan bengong sendirian sampai siang. "Oke. Istirahat yang cukup, Vin. Jaga stamina kamu."

"Iya." Nero pun berbaring di alas kasur yang terbuat dari tumpukan kardus dan kain yang bisa ditemukan di market kecil ini. Tak butuh waktu lama matanya telah terpejam erat.

Mirai hanya tersenyum memperhatikan Nero yang tertidur pulas seperti bayi. Dasar good looking! Jadi susah meleng kan, nih? Ia pun hanya bisa tertawa dalam hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!