Kita tidak pernah tau bagaimana Tuhan akan menuntut langkah kita di dunia. Jodoh.. meskipun kita mati-matian menolaknya tapi jika Tuhan mengatakan bahwa dia yang akan mendampingimu, tidak akan mungkin kita terpisahkan.
Seperti halnya Batu dan Kertas, lembut dan keras. Tidaklah sesuatu menjadi keindahan tanpa kerjasama dan perjuangan meskipun berbeda arah dan tujuan.
KONFLIK, SKIP jika tidak sanggup membacanya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Junior lucknut.
Setelah Jena tenang, ia mulai berinteraksi dengan para istri prajurit juga dengan anggota lain. Suasana berubah hangat, tak jarang para anggota remaja memberi respon yang berbeda hingga jantung Bang Shano rasanya naik turun di permainkan.
"Ijin Ibu.. mengingat kesatuan dinas kita tidak pernah ada hiburan berarti, bolehkan sesekali dari kami mengambil hiburan penyanyi dari luar?" Tanya salah seorang anggota remaja.
Seketika Bang Rinto bereaksi, tentu dirinya paham bahwa ada hal yang tidak masuk dalam area kedinasan begitu saja.
Jena menoleh menatap sekilas ke arah Bang Shano dengan senyum cantiknya. Agaknya senyum cantik itu menjadi cuitan tersendiri bagi para anggota remaja. Mereka mengakui cantiknya Ibu Danki tidak pernah membosankan.
"Boleh saja, tapi ada syarat tertentu untuk om-om semua." Kata Jena.
Bang Shano melirik istrinya, entah apa yang akan dilakukan sang istri bahkan ia pun tidak bisa menduga apa yang akan terjadi nanti.
"Iya kan, Danki??" Tanya Jena meminta persetujuan Jena secara langsung.
"Ii_ya." Jawab Bang Shano serasa terbungkam. "Tapi......"
"Oke, Danki sudah mengijinkan." Kata Jena sudah memberi keputusan.
Bang El hanya bisa terkikik geli, pria yang namanya di takuti dalam jajaran kemiliteran bisa tidak sanggup berhadapan dengan wanita berpangkat istri.
"Apa yang kau tertawakan??" Tegur Bang Shano melihat junior nya.
"Siap salah, Bang." Bang El menegakan punggungnya sembari menahan tawa mati-matian.
"Kamuu.. Berani sekali tertawakan Abangmu, setelah acara temui Abang di ruangan..!!" Perintah Bang Shano.
...
Keringat sebesar biji jagung menetes dari kening Bang El. Sejak tadi Bang Shano belum mengijinkan nya turun dari sikap tobat.
"Kau tidak akan paham situasi sebelum kau punya istri. Nanti kamu akan tau rasanya lebih baik baku hantam di luar daripada ribut sama istri. Jena itu sedang hamil, pikirannya kadang ke kanan kadang ke kiri." Kata Bang Shano bicara berdasarkan fakta dan pengalaman. "Turun..!!"
"Siap, Terima kasih."
"Lagipula kau juga terlalu, makanya cepat nikah...!! Sudah senior kan, lu." Omel Bang Shano.
"Jaman sekarang susah dapat perempuan yang bener, Bang. Mending saya dapat janda sekalian daripada gadis rasa janda." Ujar Bang El.
"Lambemu, yang jelas itu cari perempuan yang pengertian. Paham seberapa cekak nya dompet kita-kita ini. Nikah bukan masalah kasur saja..!!" Tegur Bang Shano meskipun paham juniornya itu pasti hanya sekedar berucap.
Bang Shano membuka file laporan melalui layar laptop sesekali melirik juniornya yang juga tidak bisa di remehkan. Jika dirinya adalah lulusan terbaik dalam pendidikan militer, seorang Elgran Rinald adalah selanjutnya. Kecakapannya dalam mengawal Papanya juga mendapat pengakuan negara.
"Saya nggak mau mikir perempuan dulu Bang."
"Suatu saat kalau sudah ada jodohnya, kamu nggak akan bisa menolak takdir Tuhan." Jawab Bang Shano memberikan semangat.
"Terkadang saya nggak tahan saja, Bang. Perempuan itu manusia rewel, ruwet, banyak protes, maunya menang sendiri. Kita ini laki-laki, masa iya di setir perempuan. Kita terlahir untuk menjadi pemimpin, bukan untuk diam dan hanya sekedar menurut." Ucap lantang Bang El.
Bang Shano sempat ternganga dan hanya bisa meneguk saliva dengan kasar. Sungguh ia tidak menyangka nyali Letnan Elgran memang seberani itu. Bang El pun menyulut rokoknya dengan santai seolah tiada beban berarti.
"Takut itu dengan Tuhan, bukan dengan istri."
"Eehh jambul, saya juga tau. Tapi ini beda, jangan sampai kau kocar-kacir dengan ucapan mu sendiri. Kita laki bukannya takut, hanya nggak mau cari ribut. Ngalah broo.. Ngalaah..!! Bukan berarti kita kalah juga." Jawab Bang Shano.
Bang El tersenyum tipis seolah meremehkan. Bang Shano hanya bisa menggeleng seraya ikut menyulut rokoknya. Ekor mata nya melirik juniornya yang kesombongannya sundul langit.
Nyaris sama seperti dirinya soal wanita, hanya saja El nyaris membunuh kekasihnya karena ketahuan selingkuh hingga hamil dengan pria lain.
"Capek pikir perempuan, Bang. Enak sendiri saja."
"Kamu tidak pengen punya anak???" Tanya Bang Shano serius.
"Apalagi punya anak. Lihat istri Abang saja rasanya saya nggak sanggup. Apa coba enaknya harus hidup di setiap harinya dengan perempuan, perempuan.. Makhluk aneh, Bang"
"Istighfar kamu, El. Hakikatnya hidup manusia, kita butuh berkeluarga jika sudah mampu, menyempurnakan ibadahmu sebagai makhluk Tuhan, menjaga keturunan yang akan terlahir dan juga menjaga sy***atmu. Seusia kita memang sudah waktunya memiliki pasangan hidup. Perkara batin ini lho yang susah. Sebenarnya Abang sadari, hati ini akan jauh lebih tenang dalam pernikahan. Memangnya kamu nggak pengen??" Nasihat Bang Shano.
"Kalau pengen ya tinggal bungkus, paling berapa." Jawab Bang El santai.
"Matamu..!!!!!!! Nikah, bukan yang itu. Kau jangan keterlaluan ya, El. Abang tempeleng juga kalau kamu macam-macam di luar sana. Abangmu ini sudah habis-habisan bejatnya. Jangan kamu ulang lagi." Rasanya Bang Shano ikut naik darah bicara dengan juniornya satu ini.
.
.
.
.
okelll lanjutt MBK naraa