Mengejar Cinta Ibu Dosen

Pagi ini Rachel sedang menyiapkan makanan untuk dia bawa ke kampus. Setia pada kelas siang, Rachel memang terbiasa membawa bekal.

Ting! Ponsel Rachel berdering.

“Jam 10.30 jangan lupa” – Dave

“Iya Pak, sudah siap kok tinggal masukan bekal” – Rachel

“Untuk?” – Dave

“Saya sendiri” – Rachel

“Hmm, untuk saya?” – Dave

“Kalau Pak Dave mau, saya bisa bawa dua” – Rachel

“Oke” – Dave

Setelah membaca pesan Dave yang ternyata juga menginginkan bekal dari Rachel, dia segera mengambil kotak makanan dan memasukan masakannya.

Menu makanan Rachel hari ini adalah ayam kecap dan tumis sawi. Setelah menyiapkan bekal, Rachel segera berganti pakaian untuk segera turun dan menunggu Dave dibawah.

“Astaga” Rachel terkejut ketika melihat Dave sudah duduk di sofa.

“Kunci pintunya lain kali” Sungut Dave.

“Hehehe iya Pak, tadi lupa”

Rachel menuju ke dapur untuk mengambil bekalnya, lalu memasukan ke dalam tasnya. Dan bekal untuk Dave rachel memasukan kedalam tas bekal khusus.

“Sudah Pak, ayo kita jalan” Ucap Rachel.

Dave dan Rachel segera keluar rumah, Rachel mengunci pintu rumahnya lalu memakia sepatunya tanpa menyentuh. Dan setiap Rachel ingin memakainya sepatu Rachel selalu miring.

Hingga akhirnya Dave berjongkok membantu Rachel memakai sepatunya, kepala Dave berada di dekat paha Rachel yang begitu mulus.

Cup!

Dave mencium paha Rachel, yang membuat Rachel begitu terkejut. Bahkan setiap dia menerima sentuhan dari Dave, Rachel tidak pernah bisa melawannya.

“Lain kali langsung saja minta tolong” Ucap Dave meraih tas Rachel dan membantu Rachel membawakan barangnya.

Dave meletakkan tas Rachel di jok belakang, lalu dia membukakan pintu untuk Rachel. Dan kemudian mereka segera meninggalkan rumah untuk menuju kampus.

Perasaan Rachel beberapa hari ini begitu tidak nyaman, karena dia selalu melakukan kontak fisik dengan Dave tanpa ikatan apapun. Namun ketika Rachel memikirkan ulang tentang status, dia kembali teringat tentang usianya. Karena diusia mereka saat ini tidak mungkin mereka akan memulai hubungan layaknya seperti remaja.

Rachel menatap lekat Dave yang tengah fokus mengemudikan kendaraannya. Hingga dia tidak sadar jika Dave mengetahui apa yang sedang di lakukan oleh Rachel.

“Sudah puas natapnya?”

“Hah?”

Dave mendekatkan dirinya ke Rachel, dia menatap kissmark di leher Rachel masih berwarna merah terang.

“K-kenapa Pak?”

“Kissmark”

“Pak Dave yang berbuat kan” ucap Rachel canggung lalu menutupi lehernya dengan rambut.

“Iya, saya suka dengan leher kamu”

“Leher aja?” Tantang Rachel.

Dave tersenyum smirk kearah Rachel yang membuat nyali Rachel menciut seketika.

“Saya suka sama kamu Rachel”

“Tapi saya janda”

“Saya tidak peduli dengan status kamu”

“Pak Dave gak malu?”

“Kenapa harus malu”

Rachel menarik nafasnya yang terlihat begitu berat. Kemudian dia menarik sabuk pengaman yang terasa mencekik dadanya. Dave hanya tersenyummelihat sikap Rachel saat ini.

Dave melanjutkan perjalanan tersebut, dia meraih tangan Rachel untuk di genggamnya, dan sesekali Dave mencium tangan Rachel.

“Rachel, kita memiliki rentan usia 5tahun, saya harus bagaimana supaya kamu mengerti?”

“M-maksudnya gimana Pak?” Tanya Rachel basa-basi.

“Saya harus bagaimana supaya bisa memiliki kamu?”

“P-pak Dave ini bercanda aja”

“Saya tidak bercanda Rachel, saya ingin kamu menjadi milik saya”

Rachel terdiam, dia tidak mengerti harus mengatakan apa. Karena menurut Rachel ini terlalu cepat baginya, meski begitu cepat sejujurnya Rachel juga memiliki rasa yang sama seperti yang Dave rasakan saat ini.

“Pak Dave tahu legalitas saya sebagai janda belum diterbitkan pengadilan, saya tidak mau Pak Dave di tuduh merusak rumah tangga saya. Beri saya waktu sampai legalitas tersebut keluar”

“Oke, tapi kamu tidak boleh berdekatan dengan pria manapun, just me”

“Belum apa-apa sudah posesif” Batin Rachel.

“Iya Pak”

Cup!

Dave mencium tangan Rachel lalu mempersilahkan Rachel untuk turun dan bekerja, sedangkan Dave kembali ke kantornya dengan suasana hati yang begitu baik.

“Wih bawa apa tuh” Tanya Arga kepada Dave.

“Makanan dari Rachel”

“Asik, icip boleh?”

“Beli sendiri, aku transfer uang”

“Pelit banget”

“Ini spesial”

“Hahaha buaya kalahnya sama janda aja”

Dave tidak merespon Arga dia melenggang begitu saja masuk kedalam ruangannya, sedangkan Arga segera meninggalkan kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya di luar sana.

Sementara hari ini Bara sedikit terlambat untuk datang ke kampus, Bara memutuskan untuk menunggu Rachel di saat jam pulang.

Cita mendengus kesal ketika dia tidak menemukan Bara disiang hari, dia sengaja menunggu untuk mencari bukti jika Rachel memang merusak reputasi kampus. Tapi sayang kali ini Cita gagal, dia akan kembali nanti sorre ketika Rachel selesai mengajar dan hendak pulang.

Cita sudah berada dalam mobilnya, lalu dia menunggu saat yang pas untuk mengambil vidio dimana Rachel akan terlibat keributan dengan Bara sama seperti yang pernah terjadi beberapa saat lalu.

Rachel keluar dari kelas, menuju keruangan sodden namun jalannya terhenti karena ada Bara tepat di hadapannya.

“Chel, kita harus bicara”

“Aku ditunggu mahasiswa diruanganku, kita bicara disini dulu aja gak apa-apa kan?”

Bara sedikit merasa aneh melihat Rachel tidak lagi menghindarinya, Rachel justru menari lengan Bara untuk duduk.

“Iya, mau ngobrol apa? Aku gak bisa lama-lama, kalau mau mungkin lusa karena besok aku gak ada di kampus”

“Kenapa kamu pindah rumah?”

“Kamu datang merusak rumah aku, kalau kamu mau bicara kitab isa bicara baik-baik”

“Chel! Aku cari kamu kesini, bukan untuk bicara baik-baik, tapi akum au bilang kalau aku gak mau cerai dari kamu”

“Tapi gugatan sudah di setujui pengadilan, kita hanya tinggal menunggu suratnya”

Bara mengusap kasar wajahnya, dia merasa kesal namun karena tempat ini adalah tempat umum dia tidak mungkin menyeret Rachel.

“Kamu pulang dulu aja, lusa kita bicara lagi. Kasihan mahasiswaku belum ujian”

“Ya sudah”

Bara meninggalkan kampus, sedangkan Rachel bergegas menuju ruang dosen dan menghubungi Dave karena jam mengajarnya telah selesai.

“Argghhhh! Sial!” Triak Cita.

Cita begitu ingin menyingkirkan Rachel, tapi dia selalu gagal dalam rencananya. Karena tidak ingin kehilangan jejak Bara, Cita juga segera meninggalkan kampus lalu mengejar mobil Bara untuk memastikan kemana arah mobil tersebut.

Bara masuk ke dalam hotel, begitu juga dengan Cita dia mengikuti mobil Bara dan parkir di depan mobil milik Bara.

Cita keluar pura-pura tidak melihat Bara, mereka berada di depan lift yang sama.

“Bu, yang kemarin di kampus?” Sapa Bara kepada Cita.

“Oh Pak. Kebetulan sekali bertemu disini”

“Iya Bu, saya tadi dari kampus bertemu Rachel, karena Rachel masih sibuk jadi lusa saja”

“Oh begitu, Pak Bara kerja disini”

“Iya Bu saya CEO dari Polaris Industries, dan kebetulan hotel ini juga milik perusahaan tersebut”

“Oh begitu. Oh iya kenalkan saya Cita”

“Bara, Bu Cita menginap disini?”

“Tidak Pak, saya ada janji sama rekan kerja dari kampus lain”

“Baik Bu, silahkan di lanjut. Saya permisi dulu”

“Silahkan Pak”