Seorang pembunuh bayaran harus mati ditangan sang kekasih. Namun tiba-tiba dia terbangun di sebuah tempat yang bernama lembah Iblis.
Seperti namanya lembah itu terkenal seram dan penuh dengan misteri. Banyak orang yang masuk kedalam lembah tersebut namun tidak pernah kembali lagi.
Bagaimana jadinya jika seorang pembunuh bayaran di buang ke tempat itu?
Ternyata jasad yang tempati oleh si pembunuh bayaran, adalah putri dari seorang perdana menteri. Gadis itu menjadi korban penculikan sekaligus pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Mampukah gadis itu keluar dari lembah iblis dan membalas semua dendam sang pemilik tubuh?
Baca keseruannya disini🥰🥰🥰🥰. Jangan lupa dukungannya agar bisa semangat dalam berkarya. Terima kasih😘💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Pelayan membawakan hidangan terbaik yang ada di paviliun Ling yi. Shang Lu lah yang memesan semua hidangan itu
Salah satu hidangan terbaik disana adalah bebek pekingnya. Bumbunya meresap kedalam daging secara sempurna. Rasanya sangat enak.
Selain bebek peking ada juga baozi, dumpling, dan chop suey. Pantas para bangsawan merelakan banyak uang untuk menjadi anggota Paviliun Ling Yi.
Jiang He merasa tidak sia-sia mengikuti Raja Ji ketempat ini. Tahu-tahu perutnya sudah membuncit.
"Bagaimana rasanya?" tanya Raja Ji . Sebenarnya tanpa bertanya pun Ia sudah tahu jika Jiang He merasa puas dengan semua hidangan yang sudah mereka santap.
"Sangat memuaskan. Tidak rugi juga yang mulia mengajak Saya kesini," jawab Jiang He dengan jujur.
Raja Ji sebenarnya agak heran. Dia sudah beberapa kali melihat perdana menteri Jiang makan ditempat ini . Apa mungkin putrinya tidak diajak?
Meski begitu Raja menyimpan pertanyaan itu dalam hati. Ia cukup puas melihat Jiang He menikmatinya.
"Setelah ini Kamu mau kemana? "
"Pulang. Lebih cepat lebih baik. "
"Baguslah kalau begitu. Aku akan mengantar mu pulang. "
Jiang He menyetujuinya tanpa pikir panjang. Dari pada harus bersusah payah mencarinya. Namun tiba-tiba ada yang datang keruangan mereka tanpa mereka duga.
"Kakak pertama," panggil seseorang dari balik pintu. Jiang He menatap Raja Ji dengan rasa ingin tahu.
"Masuklah," kata Raja Ji.
"Mereka temanku," jelasnya pada Jiang He.
"Oh...apa tidak masalah jika Saya ada disini?"
"Tidak ada yang disembunyikan," ucap Raja Ji seolah mengerti ke khawatiran Jiang He.
Tak lama kemudian pintu yang tadinya tertutup langsung terbuka. Dua orang pemuda tampan bersama tiga wanita masuk bergiliran.
Mereka cukup terkejut saat mengetahui kalau bukan hanya Raja Ji saja yang ada di dalam ruangan tersebut. Lebih terkejut lagi saat mengetahui orang itu seorang gadis.
Sejak kapan Raja Ji dekat dengan seorang gadis?
Salah satu dari mereka menatap Jiang He dengan pandangan menilai. Tatapanya sangat tajam membuat Jiang He menatapnya balik.
"Apa Kita saling kenal?" tanya Jiang He tanpa basa-basi. Sehingga semua melihat kearahnya. Gadis yang ditanya itu agak tidak nyaman. Apalagi semua melihat ke arahnya.
"Nona bicara padaku?" tanyanya dengan agak gugup.
"Benar. Sejak Nona masuk kesini tatapan Nona tidak pernah beranjak dari wajahku. Mungkin saja Nona kenal denganku," ucap Jiang He blak blakan.
Wanita itu merasa malu sekaligus geram. Wajahnya sudah memerah tanpa bisa ia tahan.
"Maafkan sikap adik Saya Nona. Dia tidak berniat buruk. Mungkin hanya terpesona dengan kecantikan Nona. Mohon dimaafkan," ucap Jenderal Xu Kai mewakili sang adik.
Jenderal Xu Kai sangat tahu apa yang menjadi penyebab sang adik menatap Jiang He seperti yang katakan. Adik jenderal Xu Kai memang mencintai Raja ji. Bukan rahasia umum sebenarnya. Sayangnya Raja Ji tidak tertarik sama sekali.
Sekarang Raja Ji berduaan dengan seorang wanita diruang tertutup .Siapa yang tidak akan penasaran.
"Tuan tidak perlu khawatir. Adik Tuan tidak bersalah. Saya hanya bertanya apa adik tuan mengenalku itu saja."
"Kalau boleh tahu siapa nama Nona?"
"Jiang He."
"Apa!"
"Jadi nona lah wanita yang akan menikah dengan sahabatku ini?'
"Menurut Tuan Bagaimana?"
"...."
Suasana terasa canggung. Sarjana Muda Jia Yu mencoba untuk menghangatkan suasana.
"Perkenalkan...Nama Saya Jia Yu. Wanita cantik disamping Saya ini Shea istriku."
"Salam kenal," sambut Jiang He.
"Saya Xu Kai. Istri saya ini bernama Jing Mi. Kalau Adik Saya Xu Wan."
"Salam kenal."
"Kami tidak menggangu kan?"
"Tidak. Kebetulan urusan Kami juga sudah selesai."
"Baguslah kalau begitu. Apa sudah makan?"
"Sudah. Piringnya masih belum diambil."
Jiang He menjawab semua pertanyaan yang ditujukan padanya secara singkat. Setelah itu ia hanya bisa menjadi pendengar. Tidak jauh beda dengan Raja Ji.
"Maaf...Saya harus undur diri," kata Jiang He dengan sungkan. Namun ia sudah tidak nyaman berkumpul bersama mereka.
"Kok sudah pulang. Padahal Kami masih ingin berbincang dengan yang Mulia," kata jing Mi.
"Maaf...yang mau undur diri Saya pribadi bukan yang Mulia Raja. Jadi Nona dan yanng lainnya tidak perlu khawatir."
"Akan Aku antar."
"Terima kasih yang Mulia. Tapi tidak perlu repot-repot, Saya bisa pulang sendiri."
Raja Ji langsung berdiri dari duduknya. Jiang
He jadi tidak enak hati. Yang lainpun merasa tidak nyaman.
"Lebih baik yang Mulia yang mengantar. Kami bisa mengobrol lain kali," kata Jia Yu .
"Benar. Tidak baik jika pulang sendiri."
"Ayo!"
Raja ji keluar terlebih dahulu. Jiang He mengikutinya dari belakang. Tidak memperdulikan lagi lima orang yang masih tertinggal diruangan.
Raja Ji mengantar Jiang He pulang Ke kediaman perdana Menteri. Saat itu Perdana Menteri Jiang baru pulang dari istana. Beliau sangat terkejut melihat kereta milik Raja Ji berhenti di depan rumahnya.
Perdana Menteri Jiang sudah beberapa kali melihat Raja Ji menggunakan kereta kuda itu saat bertemu dengannya. Beliau pun bergegas menghampiri.
"Salam hormat yang Mulia, " sapa Perdana Menteri Jiang dengan menunduk.
"Tidak perlu bersikap sopan paman."
Perdana Menteri Jiang kembali berdiri tegak. Saat ini Jiang He masih ada di dalam kereta. Dia agak gugup. Apalagi saat mendengar suara Perdana Menteri Jiang. Seakan mendengar suara ayahnya.
"Mari masuk kedalam. "
"Jangan buru-buru Paman. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Paman. "
"Siapa? "
"Turunlah! "
Jiang He membuka tirai dengan lembut. Kemudian turun secara perlahan. Perdana Menteri Jiang terpaku ditempat.
Deg!
Apa dia benar putriku? batin Perdana Menteri Jiang dengan mata berkaca-kaca.
Gadis di hadapannya memiliki wajahyang mirip dengan putrinya. Namun wajahnya jauh lebih putih dan lebih cantik. Apa ini mimpi?
Bujan hanya Perdana Menteri saja yang terpaku ditempatnya. Saat Jiang He menatap wajah Perdana Menteri Jiang, ia pun terkejut. Kedua matanya berkaca-kaca.
Entah kebetulan atau bagaimana, namun wajah Perdana Menteri Jiang sama persis dengan wajah ayahnya sebelum dibunuh.
"Daddy, " panggilnya tanpa sadar.
"Ha???? "
Semua terkejut mendengar ucapan Jiang He. Mereka tidak faham dengan apa yang diucapkannya.
Jiang He tidak menyadarinya. Ia berlari kearah Perdana Menteri Jiang dan memeluknya.
Tentu saja Perdana Menteri Jiang shock. Setelah seorang gadis berusia remaja, biasanya kontak fisik dengan ayahnya dibatasi. Sudah lama ia tak dipeluk seperti ini. Hampir saja Perdana Menteri mendorong Jiang He andai saja tidak mendengar isak tangis Jiang He.
Hatinya terasa diremas saat mendengar tangisan putrinya. Jadinya Perdana Menteri Jiang membiarkan Jiang He dalam pelukannya.
Raja Ji yang melihat itu semua terasa masam dalam hatinya. Ada rasa tak suka yang tiba-tiba datang. Seolah Ada sesuatu yang direbut darinya. Rasanya sangat tidak nyaman . Padahal ini pertemuan pertaman mereka setelah bertahun-tahun.
