Jiang Shen, seorang remaja berusia tujuh belas tahun, hidup di tengah kemiskinan bersama keluarganya yang kecil. Meski berbakat dalam jalan kultivasi, ia tidak pernah memiliki sumber daya ataupun dukungan untuk berkembang. Kehidupannya penuh tekanan, dihina karena status rendah, dan selalu dipandang remeh oleh para bangsawan muda.
Namun takdir mulai berubah ketika ia secara tak sengaja menemukan sebuah permata hijau misterius di kedalaman hutan. Benda itu ternyata menyimpan rahasia besar, membuka pintu menuju kekuatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sejak saat itu, langkah Jiang Shen di jalan kultivasi dimulai—sebuah jalan yang terjal, berdarah, dan dipenuhi bahaya.
Di antara dendam, pertempuran, dan persaingan dengan para genius dari keluarga besar, Jiang Shen bertekad menapaki puncak kekuatan. Dari remaja miskin yang diremehkan, ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu mengguncang dunia kultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Ranah Pembangunan Fondasi
Di dalam keheningan hutan Yulong yang rimbun, Jiang Shen melangkah perlahan di antara pepohonan besar dengan tatapan penuh fokus. Setelah menyadari dirinya belum cukup kuat untuk menantang beast spiritual tingkat 2, ia memilih jalur lain—mencari keberuntungan melalui dunia alkimia yang baru saja ia pahami dari warisan ingatan sang sesepuh.
Setiap langkahnya menuntunnya pada semak, bebatuan lembap, dan celah-celah tanah berlumut. Dengan mata yang tajam, ia mengenali tanaman demi tanaman yang dahulu baginya hanyalah rerumputan biasa. Kini, lewat ingatan itu, semuanya terlihat berbeda—daun giok hutan, akar perak tiga simpul, bunga darah malam, bahkan jamur matahari ungu yang tumbuh di batang pohon lapuk.
Tangannya bergerak terampil, memetik, mengiris, dan mengumpulkan bahan-bahan tersebut. Semua ia lakukan dengan hati-hati, karena sedikit kesalahan saja bisa membuat ramuan gagal. Setelah cukup bahan terkumpul, ia kembali ke tempat peristirahatannya dekat sungai kecil.
Dengan memanfaatkan batu datar sebagai landasan dan sebilah pisau kecil sederhana yang ia buat dari batu tajam, Jiang Shen mulai meracik ramuan pertamanya. Tangannya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena rasa gugup—ini adalah uji coba pertama dengan warisan alkimia yang ia terima. Bau menyengat bercampur dengan aroma harum memenuhi udara ketika ia menumbuk dan mencampurkan bahan demi bahan.
Ramuan itu akhirnya jadi: cairan pekat berwarna hijau keemasan, masih hangat dan mengeluarkan uap samar. Jiang Shen menatapnya sejenak, lalu tanpa ragu meneguknya habis.
Begitu cairan itu masuk ke dalam tubuhnya, Qi spiritualnya bergolak liar. Rasa panas menjalar dari perutnya, naik ke dada, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Rasanya seperti tubuhnya terbakar dari dalam, setiap tulang, otot, dan uratnya seperti diremukkan dan ditempa ulang. Jiang Shen terengah, peluh membasahi wajahnya, tetapi ia tetap duduk bersila dan menahan rasa sakit itu.
Dalam kondisi itu, ia mengarahkan seluruh fokus pada pembukaan meridian kelima. Dengan panduan dari ingatan sang sesepuh, ia mengendalikan aliran Qi spiritual yang semakin kuat. Retakan-retakan kecil terdengar samar di dalam tubuhnya—itu adalah tanda bahwa meridian baru sedang dipaksa terbuka.
Dan ketika ia berhasil melewatinya ...
Booom!
Ledakan energi meletup di dalam tubuhnya. Bukan hanya meridian kelima yang terbuka, tetapi aliran energi yang deras itu terus mendorong, menembus penghalang lain, hingga akhirnya meridian keenam pun terbuka.
Tubuh Jiang Shen bergetar hebat, lalu perlahan tenang. Ia membuka mata, dan di wajahnya terlukis senyum puas meskipun napasnya masih terengah.
“Ranah Kondensasi Qi … level enam …” gumamnya, suaranya rendah namun penuh rasa puas.
Ia merasakan kekuatan baru yang mengalir deras. Tubuhnya lebih kokoh, otot-ototnya lebih padat, dan Qi spiritualnya meningkat tajam. Jika sebelumnya ia hanya bisa menghadapi kelinci mata merah dengan susah payah, kini ia yakin bahkan sepuluh ekor sekalipun bisa ia hadapi tanpa luka sedikitpun.
Dengan kedua tangan mengepal erat, Jiang Shen sadar—alkimia bisa menjadi jalannya menuju puncak. Bukan hanya bertarung dengan pedang, tapi juga memanfaatkan pengetahuan warisan untuk memperkuat tubuhnya jauh lebih cepat dari orang biasa.
Karena metode yang digunakan efektif, Jiang Shen terus mengulang metode yang sama: mengumpulkan herbal langka, meracik ramuan dengan ilmu alkimia warisan, lalu meneguknya sambil memaksa meridian tubuhnya terbuka satu per satu. Hari-harinya dipenuhi rasa sakit, malam-malamnya diliputi teriakan tertahan saat ramuan itu mengguncang tubuhnya seperti kobaran api yang membakar dari dalam.
Namun Jiang Shen tidak berhenti. Setiap tetes darah, setiap luka, setiap rasa sakit menjadi pondasi keteguhan hatinya.
Hari demi hari, minggu demi minggu, perlahan jalannya mulai terlihat.
Saat ramuan pertama kali berhasil membuka meridian kelima, tubuhnya bergetar hebat, dan kekuatannya melonjak hingga ke level enam. Saat ia kembali meracik dan menelan ramuan kedua, meridian keenam pun terbuka, dan sekali lagi lonjakannya membuatnya langsung ke level delapan. Begitu pula dengan ramuan berikutnya—meridian ketujuh terbuka, lalu meridian kedelapan.
Setiap kali satu meridian terbuka, tubuhnya seolah ditempa ulang oleh palu dewa. Otot-ototnya semakin padat, darahnya terasa lebih kental dan panas, tulang-tulangnya memancarkan kekuatan yang lebih kokoh. Nafasnya semakin dalam, aliran Qi spiritual dalam tubuhnya semakin halus dan deras.
Hingga pada hari terakhir, ketika meridian kedelapan terbuka sepenuhnya, sesuatu di dalam dirinya pecah, seperti belenggu tak kasat mata yang terlepas. Qi spiritualnya yang tadinya kasar kini mulai terkondensasi, membentuk aliran yang lebih stabil dan kuat. Aura yang keluar dari tubuhnya jauh lebih tajam, jauh lebih padat.
“Ranah Pembangunan Fondasi …” Jiang Shen berbisik, matanya berkilat dengan semangat yang sulit disembunyikan.
Ia berdiri di pinggir sungai, membiarkan angin malam menerpa wajahnya. Dahulu, dirinya hanyalah pemuda kurus miskin yang sering diejek karena tidak punya apa-apa. Kini, dalam waktu singkat, ia telah menapaki langkah besar dalam jalan kultivasi yang bagi orang lain mungkin butuh waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.
Namun Jiang Shen tahu betul, ini baru permulaan. Pembangunan Fondasi hanyalah tahap awal bagi seorang kultivator. Dengan delapan meridian terbuka, aliran Qi-nya kini sudah membentuk pondasi kokoh yang membuat kekuatannya bisa terus berkembang. Tapi, dantiannya—inti sejati dari seorang kultivator—belum terbentuk.
Ia masih mengingat jelas dari ingatan warisan itu:
Untuk menerobos ke ranah Pembangunan Fondasi, seorang kultivator minimal harus membuka 8 meridian.
Namun untuk benar-benar membangun dantian, sumber Qi abadi dalam tubuh, ia harus membuka 12 meridian penuh.
Dan hanya setelah dantian terbentuk, seorang kultivator dapat menapaki langkah selanjutnya, yaitu Ranah Inti Emas—ranah yang dianggap sebagai pembatas sejati antara para kultivator biasa dan mereka yang dianggap jenius.
“Jalan masih panjang …” gumam Jiang Shen, mengepalkan tangan.
Meski begitu, ia tidak merasa gentar. Justru semangatnya semakin membara. Ia telah melihat sendiri bagaimana kekuatannya melonjak hanya dengan membuka delapan meridian. Jika ia berhasil membuka dua belas meridian, lalu membentuk dantian, maka dirinya akan berdiri di puncak baru, melangkah ke dunia yang jauh lebih luas.
Malam itu, Jiang Shen duduk bersila di bawah pohon besar. Rembulan yang menggantung di langit seolah menjadi saksi bisu tekadnya. Aura Pembangunan Fondasi yang baru ia raih berputar di sekeliling tubuhnya, membuat dedaunan bergetar dan air sungai kecil di dekatnya beriak halus.
Ia menarik napas panjang, lalu berkata pada dirinya sendiri,
“Tujuanku sudah jelas. Aku tidak hanya akan membangun pondasi … aku akan membentuk dantian, menembus ke Inti Emas, dan terus naik lebih tinggi. Jalan ini keras, tapi aku tidak akan berhenti.”
MC nya belom mengenal luas nya dunia karena belom berpetualang keluar tempat asal nya,hanya tinggal dikota itu saja
Jangan buat cerita MC nya mudah tergoda pada setiap wanita yg di temui seperti kebanyakan novel2 pada umum nya,cukup 1 wanita.