NovelToon NovelToon
Pembalasan Senyap Sang Istri Sah

Pembalasan Senyap Sang Istri Sah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Balas Dendam
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Selama ini Tania hidup dalam peran yang ia ciptakan sendiri: istri yang sempurna, pendamping yang setia, dan wanita yang selalu ada di belakang suaminya. Ia rela menepi dari sorot lampu demi kesuksesan Dika, mengubur mimpinya menjadi seorang desainer perhiasan terkenal, memilih hidup sederhana menemaninya dari nol hingga mencapai puncak kesuksesan.
Namun, kesuksesan Dika merenggut kesetiaannya. Dika memilih wanita lain dan menganggap Tania sebagai "relik" masa lalu. Dunia yang dibangun bersama selama lima tahun hancur dalam sekejap.
Dika meremehkan Tania, ia pikir Tania hanya tahu cara mencintai. Ia lupa bahwa wanita yang mampu membangun seorang pria dari nol, juga mampu membangun kembali dirinya sendiri menjadi lebih tangguh—dan lebih berbahaya.
Tania tidak menangis. Ia tidak marah. Sebaliknya, ia merencanakan pembalasan.

Ikuti kisah Tania yang kembali ke dunia lamanya, menggunakan kecerdasan dan bakat yang selama ini tersembunyi, untuk melancarkan "Balas Dendam yang Dingin."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Di ruang kerjanya yang luas, sunyi, dan hampa, Rei berdiri bagai patung marmer yang tersembunyi. Ruangan itu didesain dengan kaca cermin satu arah, sebuah perisai visual yang memungkinkannya menjadi saksi bisu tanpa terlihat.

Pandangannya kini terfokus, menembus batasan kaca, mendarat pada sosok Tania. Rey telah menyiapkan ruangan khusus untuk Tania, tepat di seberang ruangannya, ruangan yang didesain transparan dengan kaca satu arah—sebuah benteng kaca yang melindunginya dari tatapan penasaran karyawan lain, terutama karyawan lelaki.

Tania, yang tidak menyadari tatapan intens Rei, adalah pusat dari semesta Rei saat ini. Tenggelam dalam lautan sketsa dan berlian imajiner. Pensil di tangan Tania bukan sekadar alat tulis, melainkan tongkat sihir yang menari lincah di atas kertas putih, menciptakan kehidupan dari garis-garis tipis. Fokusnya begitu murni, begitu totalitas, hingga melenyapkan dunia di sekelilingnya.

Rei memandangi Tania, merasakan gelombang nostalgia yang membakar. Wanita yang dikaguminya sejak bangku kuliah, yang dulu lenyap ditelan takdir pernikahan, kini kembali. Namun, ada yang berbeda. Di balik wajah serius itu, tersirat kekerasan hati, sebuah tekad baja yang tersembunyi di balik profesionalisme yang dingin.

"Dia kembali," bisik hati Rei, matanya dipenuhi kekaguman yang membara. Dia melihat tidak hanya seorang desainer ulung, tetapi juga seorang wanita yang bangkit dari abu, siap menaklukkan dunia yang pernah menelantarkannya. Rey, di balik cermin nya, menjadi saksi bisu dari kebangkitan sang bidadari nya yang ia yakini sedang terluka.

Pandangan Rei terpaku pada Tania di ruangan seberang. Tepat pada momen itu, ketukan pintu memecah konsentrasinya.

"Maaf, Pak Rei, saya sedikit terlambat," ujar Rendi, masuk dengan napas sedikit tersengal.

Rei berbalik, topeng profesionalisme terpasang sempurna di wajahnya yang tampan, melenyapkan kekhawatiran yang tadi sempat terlihat. Dingin dan efisien, seperti biasa.

"Ini kali pertama kamu terlambat, Ren," tegur Rei, suaranya tajam, sarat akan tuntutan efisiensi. "Apa ada masalah di jalan sampai membuat kamu tidak efisien lagi?" Rei berjalan anggun ke arah kursi kebesarannya dan duduk.

"Bukan masalah besar, Pak Rei," jawab Rendi. "Hanya saja saya tadi mengajak berbicara sahabat Bu Tania."

Mendengar nama Tania, kekakuan di wajah Rei sedikit melunak, kerutan samar muncul di dahinya. "Sahabat Tania? Siapa namanya?"

"Namanya Luna, Pak Rei."

Mendengar nama "Luna", ingatan Rei melayang ke masa kuliahnya dulu. Luna memang sahabat karib Tania, menurut cerita yang beredar di kampus, keduanya bersahabat sejak SMA. Setelah Lulus kuliah, Luna pindah bersama orang tuanya ke luar negeri, dan sejak saat itu juga Rei tidak lagi mendengar kabar Tania.

"Lalu informasi apa yang kamu dapatkan?" tanya Rei, tidak sabar, kembali ke mode bosnya.

"Saya belum mendapatkan informasi detail, Pak Rei, hanya saja tadi Luna sempat mengatakan dirinya tidak ingin ada lelaki lain lagi yang menyakiti sahabatnya. Kesimpulan saya, rumah tangga Bu Tania sedang tidak baik-baik saja." Rendi menyampaikan dengan hati-hati. "Luna akan menceritakan semuanya, tapi hanya jika Pak Rei mau bertemu dengannya. Katanya sebagai bentuk antisipasi apakah informasinya jatuh ke tangan yang tepat."

Rei terdiam, mencerna informasi itu. Firasatnya benar. Tania, bidadari kampus yang dikaguminya itu, sedang terluka.

"Kalau begitu, atur pertemuan saya dengan Luna, siang ini," perintah Rei, nadanya tegas, final, tanpa bisa dibantah.

"Baik, Pak Rei, saya akan hubungi Luna sekarang juga," Rendi pamit dan keluar dari ruangan bosnya, menutup pintu.

Bersamaan dengan pintu yang tertutup, atmosfer di ruangan Rey kembali dingin, sunyi, dan penuh ketegangan yang tak terucap.

Firasatnya benar. Tania pasti sedang ada masalah. Rei pun beranjak dari kursi kebesarannya. Dia melangkah tegap, kembali ke posisinya di depan jendela kaca satu arah. Dia memandangi Tania dari ruangannya, berdiri tegak, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, menjadi saksi bisu kebangkitan sang bidadari yang terluka.

...----------------...

Sementara itu, di ruang kerjanya, Rendi segera menghubungi Luna. Beberapa kali ia mencoba, namun panggilannya tenggelam dalam kesibukan pagi. Setelah mencoba untuk yang kesekian kalinya, akhirnya panggilan Rendi diangkat, dan telinga Rendi langsung disambut suara melengking Luna yang menusuk.

📞 "Siapa ini?! Kenapa getol banget nelpon?! Kalo sekali nggak diangkat berarti saya sibuk!"

Rendi menjauhkan ponsel dari telinganya sesaat, mengusap gendang telinganya yang berdengung. Wajahnya menunjukkan ekspresi geli dan kesal bercampur aduk.

📞 "Maaf, Bu—maksud saya, Luna."

📞 "Kamu rupanya! Ada perlu apa lagi?" potong Luna ketus, nada suaranya tajam seperti pisau. "Saya kan sudah bilang tadi saya bukan ibu-ibu!"

📞 "Iya, iya, begini Luna," ujar Rendi, mencoba sabar, pandangannya beralih ke jendela untuk mencari ketenangan. "Saya sudah sampaikan ke Pak Rei, beliau ingin bertemu Anda siang ini, bagaimana?"

📞 "Hmm, siang ini, ya? Boleh deh," balas Luna, nadanya sedikit melunak, terdengar ada percikan antusiasme yang sulit disembunyikan. "Kebetulan saya penasaran bos kamu itu seganteng apa."

Rendi mendengar cekikikan ringan Luna di seberang sana, yang membuat senyum tipis terukir di bibirnya. Menyadari Rendi mendengarnya, Luna berdehem keras, berusaha menetralkan kembali sikap judesnya.

📞 "Saya tutup dulu teleponnya kalau nggak ada hal yang mau kamu sampaikan lagi," kata Luna.

📞 "Baik, detail tempat dan jamnya nanti saya akan kirimkan melalui pesan singkat ke kamu, Luna. Sampai ketemu nanti," tutup Rendi, puas karena misinya berhasil. Panggilan pun berakhir.

Rendi meletakkan ponselnya, kembali fokus pada pekerjaannya, tapi senyum tipis masih terukir di bibirnya, memikirkan interaksi anehnya dengan sahabat Tania. Sementara itu, di seberang sana, Luna terus memikirkan siapa sebenarnya Rei, dan ada hubungan apa dengan Tania. Firasatnya mengatakan bahwa pertemuan ini akan menjadi kunci penting dalam drama yang sedang dihadapi sahabatnya, dan dia tidak sabar untuk melanjutkannya.

...----------------...

Siang itu, kafe eksklusif di jantung kota menjadi panggung pertemuan rahasia. Luna sudah duduk menunggu, ponselnya bergetar dengan notifikasi dari Rendi, tapi fokusnya terarah pada pintu masuk. Tidak lama, Rei tiba, melangkah masuk dengan aura dingin dan profesional yang selalu melekat, diikuti oleh Rendi.

Luna melirik Rei dari ujung kepala sampai ujung kaki, menilai penampilan pria yang kini menjadi kunci bagi Tania. Dia melihat ketampanan yang dingin, berbanding terbalik dengan Dika yang bermulut manis.

Rei duduk di hadapan Luna, pandangannya tajam dan fokus. Tidak ada basa-basi.

"Terima kasih sudah datang, Luna," ujar Rei, suaranya tenang dan berwibawa.

"Langsung ke intinya aja, saya nggak punya banyak waktu," balas Luna, ketus seperti biasa, menyilangkan tangannya di dada.

Rei tersenyum tipis, sebuah senyuman yang penuh makna, mengingat masa kuliah dulu. Luna sama sekali tidak berubah sejak jaman itu, masih galak dan protektif. Luna-lah yang selalu melindungi Tania dari mata nakal teman-teman lelaki di kampus mereka dulu. Rei mengagumi kesetiaan itu.

"Saya ingin tahu tentang Tania, segalanya," kata Rei, kembali serius.

Luna menatap heran sejenak ke arah Rei.

"Kenapa harus Tania? Nggak mungkin Anda nggak tahu kalo Tania sudah menikah, kan?" Suaranya penuh kecurigaan.

"Apa jangan-jangan Anda punya kelainan ya? Lebih suka sama istri orang daripada wanita single. Aneh sekali, bos sama anak buah sama aja," Luna menatap bergantian ke arah Rendi dan Rey dengan pandangan menghina.

Rendi tersentak, menahan napas. Tapi Rei tetap tenang.

"Kamu beneran nggak ingat siapa saya, Luna?" tanya Rey, akhirnya, nadanya datar tapi penuh makna.

Luna memandangi Rei, mencoba mengingat wajah itu, gerak-geriknya, tapi nihil. Dia sama sekali tidak bisa mengingat siapa pria di hadapannya ini.

Rei tersenyum tipis lagi. Dia mengeluarkan dompet dari saku jasnya, mengambil sebuah foto lama dari masa kuliah yang selalu ia simpan di dompetnya dengan rahasia. Rei menyerahkan foto tersebut ke Luna.

Luna meraih foto itu, menatap bergantian ke arah foto di tangannya dan juga Rei yang duduk di hadapannya. Wajahnya berubah dari bingung menjadi terkejut, lalu takjub.

"Apa sekarang kamu sudah ingat?"

"Jadi kamu si Rei kutu buku itu?" Luna akhirnya mengingat siapa Rei, si mahasiswa pendiam yang selalu memakai kacamata tebal. "Kok bisa?" tanyanya, masih dengan raut wajah keheranan yang kentara.

Rei hanya tertawa ringan, sebuah tawa yang tulus dan jarang terdengar, menikmati ekspresi terkejut Luna yang langka.

Keheningan melanda sesaat, sebelum Luna kembali ke mode seriusnya.

"Apa yang kamu mau tau dari Tania, Rei?" tanya Luna akhirnya, nadanya kini lebih lembut, ada rasa hormat baru di sana. "Firasatku bilang kamu tulus."

Rei mengangguk, pandangannya fokus, penuh tekad. "Aku ingin tahu apakah dia baik-baik saja. Aku ingin tahu situasinya."

"Aku akan kasih tahu semuanya," balas Luna, menyetujui, tapi kemudian sebuah kilatan licik muncul di matanya. Dia menyeringai, seringai khas Luna yang penuh rencana. "Tapi sebelum itu... aku punya syarat. Aku tahu kamu ingin mencari tahu semua tentang Tania, karena dulu kamu sama seperti teman kampus lelaki lainnya, yang juga suka Tania, kan?"

Rei dan Rendi saling berpandangan, bingung dengan syarat yang akan diajukan Luna. Di kafe yang sunyi itu, teka-teki baru saja dimulai.

Bersambung...

1
Sunaryati
Kau hanya akan menggali kuburmu sendiri- Farah
Sunaryati
Ini yang emak tunggu
Sunaryati
Puas
Ma Em
Farah kamu tdk akan bisa melawan kecerdikan Tania , Tania bkn tandinganmu Tania bertindak dgn otak yg cerdik tapi Farah bertindak dgn nafsu bkn Tania yg akan hancur tapi Farah yg akan hancur
Sunaryati
Kutunggu kehancuran Dika dan istri barunya, serta kehilangan rumah yang ditempati sekarang
Batara Kresno
makasih thor udah up 2 bab,nah kan bosoh sh jadi jatuh kan
Batara Kresno: siap ditunggu upnya
total 2 replies
Becce Ana'na Puank
Luar biasa
Sunaryati
Lanjut Thoor, emak ingin Dika dan Farah terusir dari rumah yang ditnggali sekarang.
Sunaryati
Bersoraklah kalian jika tidak malu jingkrak- jingkrak sekalian, dan selanjutnya kalian akan nangis, karena kebalikannya. Semua milik Dika jadi milik Tania karena Tania telah banyak mengumpulkan bukti perselingkuhan kalian lebih dulu, bahkan pengakuan Dika tentang selingkuh dirinya juga direksm oleh Tania, jadi kalian tidak bisa menyangkal. Sedangkan Tania dan Rey bisa menyangkal bahkan bisa membalikkan keadaan dengan tuduhan menfitnah
murni l.toruan
aduh kok aku yang jantungan ya...penasaran banget lanjutkan saja hai para pendosa
Batara Kresno
keren thor lanjut ditunggu upnya ya makasih
Batara Kresno
🤣🤣🤣🤣🤣mampus kan miskin miskin lho bodoh
yuni ati
Menarik/Good/
Eve_Lyn: terimakasih...
total 1 replies
yulian orthe
baru baca.. penasaran apa yg bakalan tania lakukan
Eve_Lyn: ayoo baca kak heheheh
total 1 replies
Batara Kresno
dikira tania bodoh justru kalian yg masuk jebakan 🤣🤣🤣🤣 kasihan dech lho nanti gigit jari mampus
Eve_Lyn: hahaha...
total 1 replies
murni l.toruan
Baru baca saja aku emosi jiwa, Luna temani Tania ya...buat Dika pecundang menyesal
Eve_Lyn: hehehe...terimakasih kak...jangan bosen baca yaa
total 1 replies
Sunaryati
Baru mampir langsung tertarik, ini yang emak suka istri terkhianati membalas dengan elegan membuat pengkhianat kerdil dan satunya kebakaran jenggot. Emak mau kasih 5⭐ jika Tania sudah lepas dari Dika, dan Farah terbongkar keburukannya
Eve_Lyn: terimakasih Mak... hehehehe
total 1 replies
Ma Em
Tania emang yg terhebat semangat Tania maju terus buat Dika dan gundiknya menyesal 💪💪💪
partini
good story 👍👍👍👍👍
Eve_Lyn: terimakasih kakak
total 1 replies
partini
👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!