NovelToon NovelToon
Ipar Yang Jahat

Ipar Yang Jahat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ismi Sasmi

Aluna seorang gadis manis yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan pria pilihan keluarganya.Umurnya yang sudah memasuki 25 tahun dan masih lajang membuat keluarganya menjodohkannya.
Bukan harta bukan rupa yang membuat keluarganya menjodohkannya dengan Firman. Karena nyatanya Firman B aja dari segala sisi.
Menikah dengan pria tak dikenal dan HARUS tinggal seatap dengan ipar yang kelewat bar-bar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Sasmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 RUMAH KITA

"Mulai sekarang kamu harus membiasakan diri memanggilku dengan sebutan MAS, biar nanti gak kaku lagi kalau kita udah nikah, Yang." pintanya penuh harap.

"Iya." jawabku singkat.

"Iya apa ?"

"Iya Masssss." jawabku gemas.

Billy mengulas senyum samar mendengar jawabanku.

"Mas juga mau bahas soal tempat tinggal kita nanti, Yang ?"

"Maksud, Mas ?" ucapku masih canggung dengan sebutan Mas.

"Setelah kita nikah, kamu maunya kita tinggal dimana ? Di rumah orang tuamu atau dirumah orang tuaku ?" tanyanya sambil menatapku serius.

Ingin mengatakan kita cari kontrakan saja, tapi lidah mendadak kelu. Tinggal dirumah Bapak ? Bisa aja sih, tapi nanti tak ada privasi. Rumahnya juga sempit, khawatir Billy tak nyaman.

Tinggal dirumah mertua ? Memang sih Mama Ratna baik, rumahnya pun lumayan luas. Tapi senyaman-nyamannya rumah mertua, lebih nyaman rumah sendiri.

Melihatku yang dilanda kebingungan, membuat tawa Billy meledak.

"Kenapa sih, Bill ?" tanyaku sewot.

"Bill ?" ulangnya.

"Maksudku Mas." Ralatku takut dia ngambek.

"Abisnya muka kamu pucat gitu. Kayak gak ada darah. Takut ya tinggal di rumah mertua ?" tebaknya mengenai sasaran.

Aku tertohok dengan ucapannya karena benar adanya. Keluarga dia memang baik, tapi tidak tau nanti kedepannya seperti apa.

"Kamu tenang aja, Yang. Mas gak mungkin mengajak kamu tinggal di rumah Mama, apalagi harus tinggal di rumah Bapak kamu. Setelah kita nikah nanti, emang kewajiban Mas buat mencukupi semua kebutuhan kamu. Termasuk menyediakan tempat tinggal yang nyaman dan layak buat mu. Ya meskipun kecil, tapi cukuplah untuk kita tempati berdua." ucapnya dengan senyum tenang.

"Maksud Mas, kita nyari kontrakan ?" ucapku sambil tersenyum. Karena memang itu aku mau. Tapi aku sungkan mengatakan. Karena tak ingin dikira tak mau berbaur dengan keluarganya.

"Bukan." jawabnya sambil menggelengkan kepala.

"Bukan ? Terus gimana ?" tanyaku penasaran.

"Ada yang mau Mas tunjukkan sama kamu." ucapnya dengan senyum misterius.

Aku pun makin penasaran di buatnya. Kami pun berjalan beriringan keluar cafe setelah sebelumnya membayar pesanan yang tadi kami nikmati.

"Mau kemana, Mas ?" tanyaku penasaran.

"Udah. Kamu ikut aja." ucapnya sambil memakaikan helm di kepalaku. Tindakan sederhana seperti ini sudah membuat hatiku menghangat.

Aku pun hanya bisa manut dan naik ke boncengan.

"Jauh gak sih ?" tanyaku penasaran karena lumayan lama kami berkendara.

"Sebentar lagi sampai kok, Yang."

Motor berbelok ke kiri dan memasuki area perumahan. Dan motor pun berhenti tepat di telan sebuah rumah dengan pagar berwarna hitam.

Aku sangat heran, untuk apa Mas Billy membawaku kesini.

"Mau ngapain kesini, Mas ?" tanyaku tak dapat membendung rasa penasaran.

"Mau minta sumbangan buat nikahan kita nanti." jawabnya turun dari motor dan menarik pagar untuk memasukkan motor ke halaman.

"Hah ? Ehh Mas...!" seruku kaget melihatnya menuju teras. Gegas ku ikuti langkahnya.

Dia mengeluarkan kunci dari saku celananya dan mencoba membuka pintu.

"Mas jangan !" cegahku panik sambil mencekal tangannya.

Matanya melirik cekalan tanganku di lengannya. Aku yang tersadar dengan tindakanku barusan lekas melepaskan cekalan pada lengannya.

"Maaf." cicitku malu.

Dia hanya terkekeh sambil bergeleng kepala. Dia kembali berusaha membuka kunci.

"Mas !" sentakku karena panik. Takut nanti kami dikira maling yang ingin membobol rumah yang entah siapa pemiliknya.

"Kenapa, Sayang ?" tanyanya dengan alis mengeryit.

"Ngapain sih mau buka kunci gitu ?"

"Mau masuk lah." Jawabnya enteng dan berhasil membuka pintu.

Aku makin gemetar melihat tindakannya. Jangan sampai ada yang memergoki aksi kami.

"Mas, ayo pulang !" rengekku dengan air mata berderai.

"Lho...kok kamu nangis, Yang. Kenapa ?" tanyanya panik.

"Aku takut dihajar masa, Mas." ucapku gemetar.

Sontak tawanya meledak, membuatku makin kalut. Kesurupan kah ? Ya Allah...rintihku takut.

Dia tertawa sampai mengeluarkan air mata. Aku tak berani menyapanya lagi. Ku biarkan dia berbuat sesuka hati. Sementara aku berancang-ancang untuk lari.

Setelah menyeka sudut matanya yang berair, dia pun menatapku sambil tersenyum. Makin ngeri lah aku di buatnya. Demit apa yang merasukinya ? Genderuwo kah ?

Kaki yang gemetar ku paksa untuk mundur perlahan.

"Kamu kenapa sih, Yang ?" tanyanya heran sambil mendekatiku.

"Kamu kenapa sih ? Datang-datang bawa aku kesini malah membobol rumah orang. Terus ketawa-ketawa lagi. Kamu kesurupan ?" jeritku berdiri di ambang pagar.

"Astaghfirullah...jadi dari tadi kamu mikir aku lagi bobol rumah orang ? Iya ? Ya Allah, Sayang. Kok bisa kamu kepikiran gitu ?" ucapnya bergeleng kepala.

"Abisnya tadi kamu gak bilang ini rumah siapa. Gak salah dong aku mikirnya gitu." semburku.

"Ckckckckck...Calon istriku ini lucu juga. Ini rumah aku, Sayang. Rumah kita nanti." jawabnya sambil menarik tanganku menuju teras dan membuka pintu lebih lebar.

"Ayo masuk !" titahnya.

Ragu-ragu ku langkahkan kaki mengikuti langkahnya. Begitu masuk ke dalam, mataku langsung disuguhi pemandangan ruang tamu minimalis dengan beberapa furniture.

"Duduk dulu, Yang. Aku mau ambilin kamu air. Kali aja kamu haus abis nangis tadi." ledeknya.

Aku pun duduk dengan wajah di tekuk.

Tak lama dia keluar membawa nampan berisi 2 gelas es teh dan meletakkan tepat di hadapanku.

"Minum dulu, Yang ! Maaf adanya cuma ini." titahnya.

Aku hanya memandang gelas di hadapanku tanpa menyentuh.

"Gak usah takut. Gak aku racunin kok." kekehnya seolah tau isi kepalanya.

Aku pun tergagap dan segera meraih gelas di hadapanku dan meneguknya perlahan. Rasa segar mengalir di tenggorokan.

"Mas, bisa jelasin sekarang !" desakku tak sabar.

"Ini beneran rumah aku, Yang. Perlu aku tunjukkan sertifikatnya sama kamu ?" tanyanya seraya bangkit.

"Dulu waktu Kakek meninggal semua anak dan cucunya masing-masing dapat warisan. Kebetulan kakek punya banyak tanah di kampung serta peternakan sapi. Karena tidak ada yang bisa meneruskan usaha kakek, akhirnya diputuskan untuk dijual. Anak kakek cuma 3 orang. Papa sebagai anak tertua, Om Aris, dan Tante Retno. Ketika Mas dapat bagian, Mas disuruh Mama untuk membeli rumah secara cash. Uang Mas tentu gak cukup. Tapi papa yang menambahkan uangnya dengan catatan tiap bulan Mas mencicilnya. Mas pun setuju saja. Lebih baik hutang sama Papa dari pada hutang di Bank. Kalau sama Papa gak bunganya 0 persen". Ucapnya sambil terkekeh.

Aku pun mengangguk tanda mengerti.

"Kata Mama, Mass harus mempersiapkan rumah untuk calon istri nanti. Supaya dia merasa nyaman dan gak perlu merasa sungkan mau melakukan apapun dirumah sendiri." lanjutnya.

Hatiku trenyuh. Ternyata Mama Ratna sangat baik. Dia mau memikirkan kenyamanan menantunya.

"Maafin aku yang tadi udah salah sangka sama kamu ya, Mas." ucapku tak enak hati sempat berpikiran buruk tentangnya.

"Gak papa. Sayang." ucapnya dengan senyum teduh.

"Mau lihat ruangan yang lain ?" tawarnya.

"Gak perlu, Mas." tolakku tak enak hati.

"Gak papa, Sayang. Biar nanti kamu udah familiar saat menempati rumah ini." ucapnya yang membuat pipiku bersemu malu.

"Ayo !"

Aku pun mengekori langkahnya. Dia menunjukkan semua ruangan yang ada. Rumah ini terdiri dari 2 kamar, kamar utama dan kamar tamu. Ruang tv, dapur yang menyatu dengan ruang makan, dan dibelakang ada toilet dan kamar mandi. Cukup nyaman untuk sebuah keluarga kecil.

"Kamu suka rumahnya, Yang ?"

"Suka, Mas." jawabku mengulum senyum.

"Maaf kalau rumahnya tidak besar ya, Sayang. Nanti kalau ada rezeki, kita bisa renovasi untuk menambah kamar buat anak-anak kita nanti."

"Ini sudah lebih cukup kok, Mas. Emmmm...Mas tinggal disini ?"

"Kadang disini, kadang dirumah Mama. Kalau disini gak ada yang masakin. Jadi lebih sering dirumah Mama." jelasnya.

"Ohh...jadi ngajak aku nikah dan tinggal disini, supaya ada yang masakin ya ?" sindirku.

"Gak gitu, sayang. Mas cuma sepi kalau sendirian disini. Kalau ada istri kan, ada yang nemenin makan, nemenin tidur juga." jawabnya tanpa beban.

1
kalea rizuky
kabar firman gmna Thor
kalea rizuky
lunn jangan main api
Agunk Setyawan
Luna juga sama aja
kalea rizuky
Billy ini egois bgt tau
kalea rizuky
kapokkk lu firman makan itu jalang hahah
kalea rizuky
lagian aneh mantan suami goblokk aja masih di inget buat dia tegas donk Thor jangan menye menye g jelas najis amat emank mau bekas Siska menjijikkan lama lama baca ini
kalea rizuky
q ksih bunga lagi nih biar nulisnya rajin
kalea rizuky
lanjut donk thor bagus lo ceritamu
kalea rizuky
gimana nasib mantan laknat thor
kalea rizuky
firman ttep. goblok biar aja dia jd duda karatan
kalea rizuky
up yg banyak thor q ksih bunga
Lala lala
pernah baca alur yg sama
Fan Compás Chivi Ans
Suka sama gaya penulisnya.
Yajaira Gaona
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Kakashi Hatake
Keren thor, semoga bisa lanjut sampai ke akhir cerita!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!