NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Karena Taruhan / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Idola sekolah / Cintapertama
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Raska adalah siswa paling tampan sekaligus pangeran sekolah yang disukai banyak gadis. Tapi bagi Elvara, gadis gendut yang cuek dan hanya fokus belajar, Raska bukan siapa-siapa. Justru karena sikap Elvara itu, teman-teman Raska meledek bahwa “gelar pangeran sekolah” miliknya tidak berarti apa-apa jika masih ada satu siswi yang tidak mengaguminya. Raska terjebak taruhan: ia harus membuat Elvara jatuh hati.

Awalnya semua terasa hanya permainan, sampai perhatian Raska pada Elvara berubah menjadi nyata. Saat Elvara diledek sebagai “putri kodok”, Raska berdiri membelanya.

Namun di malam kelulusan, sebuah insiden yang dipicu adik tiri Raska mengubah segalanya. Raska dan Elvara kehilangan kendali, dan hubungan itu meninggalkan luka yang tidak pernah mereka inginkan.

Bagaimana hubungan mereka setelah malam itu?

Yuk, ikuti ceritanya! Happy reading! 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Masa Lalu yang Kembali

Setelah mengambil uang pensiun mendiang suaminya, Elda keluar dari bank sambil merapikan map cokelat di tangannya. Udara siang itu panas, tapi langkahnya ringan.

"Bulan ini aman," pikirnya.

Baru hendak menyeberang, sebuah suara memanggil pelan namun tegas.

“Bu Elda?”

Elda menoleh. Seorang pria paruh baya, tubuh tegap, rambut mulai memutih, sorot mata penuh wibawa, berdiri tidak jauh darinya.

Sesaat Elda tertegun, lalu buru-buru merunduk sopan.

“Pak Prakoso…”

Senyumnya kecil, hampir gugup.

Pria itu mengangguk ramah.

“Apa kabar, Bu?”

“Baik, Pak,” jawab Elda, berusaha terdengar tenang meski hatinya mendadak hangat. Sudah lama ia tidak bertemu seseorang yang mengenal suaminya.

Prakoso menatapnya beberapa detik, pandangan hormat pada seorang janda prajurit.

“Jika Ibu butuh bantuan apa pun, jangan sungkan hubungi saya. Mendiang suami Ibu… Baskara… dia salah satu bawahan yang paling saya banggakan.”

Kalimat itu menusuk hati Elda. Ada bangga, ada rindu, ada sesak.

Prakoso merogoh saku, mengeluarkan kartu nama, dan menyerahkannya.

Elda menerimanya dengan kedua tangan.

“Terima kasih banyak, Pak.”

Namun pria itu belum pergi. Ia meminta pena pada satpam, menulis sesuatu di secarik kertas, lalu kembali menghampiri Elda.

Di tangannya ada sebuah kartu ATM dan selembar kertas kecil berisi PIN.

“Ini… sedikit bantuan,” ucapnya pelan namun tegas.

“Saya dengar Baskara meninggalkan seorang putri. Gunakan ini untuk pendidikan anak itu. Tolong jangan ditolak.”

Elda terdiam. Tangannya bergetar saat menerima pemberian itu.

“Pak… ini terlalu banyak—”

“Tidak ada yang terlalu banyak untuk keluarga Baskara.”

Nada Prakoso mantap, berwibawa, sekaligus tulus.

Elda akhirnya menunduk dalam-dalam.

“Terima kasih, Pak… terima kasih.”

Prakoso tersenyum tipis lalu pamit.

Elda hanya bisa memandangi punggung tegap itu menjauh… punggung yang mengingatkannya pada seseorang.

Ia meremas kartu ATM itu erat-erat di dadanya.

Napasnya tercekat.

“Mas…” gumamnya lirih, suaranya pecah.

“Aku nggak pernah menyesal menikah sama kamu. Kalau ada yang aku sesali… cuma satu.”

Matanya basah, bukan menangis, hanya penuh rindu yang terlalu lama dipendam.

“Kita terlambat ketemu.”

Bayangan Baskara muncul dalam ingatannya.

Seragam loreng. Senyum hangat. Cara dia menggendong Elvara kecil.

Liburan sederhana mereka, memancing di sungai, tertawa karena ikan tak kunjung didapat.

Kebahagiaan murah tapi paling murni yang pernah Elda punya.

Elda menggigit bibir, menahan getaran suaranya.

“Aku kuat kok… meski kamu udah nggak ada. Aku kuat demi anak kita.”

Dan untuk pertama kalinya hari itu, ia mengusap pipinya yang hangat.

***

Elda melangkah masuk ke mall tanpa tujuan jelas. Hari ini ia libur jualan. Jarang sekali, dan ia cuma ingin menikmati AC dingin, cahaya lampu yang mewah, dan suara langkah orang lewat.

Hari santai. Seharusnya.

Sampai sebuah suara yang sudah bertahun-tahun ingin ia kubur muncul lagi.

“Elda?”

Langkah Elda terhenti sepersekian detik. Bulu kuduknya berdiri. Tapi ia pura-pura tak dengar dan kembali berjalan sambil mendecak.

Tiga langkah…

“Elda!”

Suaranya makin dekat. Langkahnya makin cepat.

SRETT!

“Akh!” pekik Elda saat pergelangan tangannya mendadak dicengkeram keras.

Ia berbalik. Kemarahan langsung naik ke kepala.

“LEPAS!”

Ia mengibaskan tangan, tapi genggaman itu seperti besi.

Dan wajah itu, wajah pria yang paling ingin ia hapus dari sejarah hidupnya, menatapnya penuh kemenangan.

Candra.

Mantan pacar yang pernah ia cintai mati-matian… dan yang kemudian menusuk dari belakang tanpa rasa bersalah.

Candra menghela napas, seolah ia yang paling tersakiti.

“Ternyata benar-benar kamu.”

Elda mendesis tajam.

“Lepas, Candra.”

Candra mengibaskan tangan Elda pelan, tapi tetap menahan agar ia tidak kabur.

“Elda, kau tidak berubah. Masih keras kepala… masih galak.”

Elda mendengus.

“Dan kau juga tidak berubah. Masih menyebalkan.”

Tanpa peduli protes Elda, Candra menariknya ke sudut mall yang cukup sepi. Elda merengut seperti kucing digiring ke dokter hewan.

Begitu mereka duduk, Candra langsung menatapnya lama. Terlalu lama, seolah bertahun-tahun kerinduan beterbangan di matanya.

Elda ingin muntah.

“Aku tahu kau sudah menjanda… kembalilah padaku.”

Suara Candra rendah, serius.

Elda langsung tertawa pendek. Tawa sinis, dingin, menusuk.

“Cinta? Jangan keluarkan kata itu dari mulutmu.” Tatapannya mematikan. “Kau bahkan nggak tahu apa itu cinta.”

Candra menahan emosi.

“Elda… aku nggak pernah bohong. Aku cinta sama—”

“Cukup.”

Elda memotongnya cepat, suara rendah tapi penuh luka.

“Kau tak pernah cinta sama aku. Yang kau cinta cuma kekayaan keluargamu.”

Candra mencengkeram rambutnya gemas. “El, kau tahu ayahku! Beliau tak merestui kita. Pernikahanku itu… itu bisnis keluarga. Aku sudah jelaskan berkali-kali!”

“Dan aku nggak peduli!” Elda mengedikkan bahu, lelah. “Itu semua masa lalu.”

Candra menatapnya putus asa.

“El… aku masih mencintaimu.”

Elda kembali tertawa pendek. Tapi kini tawanya getir, bukan sinis.

“Persetan dengan cinta, Candra.”

Ia menatap lurus, mata berkaca sedikit tapi tetap kuat.

“Kalau kau cinta aku, kau akan PERJUANGKAN aku. Bukannya pasrah menikah dengan wanita lain.”

Candra terdiam. Rahangnya mengeras.

“Memang aku menikah,” gumamnya.

“Tapi hatiku… cuma untukmu.”

“Aku gak peduli hatimu buat siapa. Gak penting.”

Suara Elda jenuh, lelah, tapi tegas.

Candra mencondongkan tubuhnya, wajahnya memohon.

“El, aku beneran ingin bersamamu. Menikahlah denganku. Aku bakal kasih hidup yang lay—”

Elda langsung memotongnya.

“Dengan jadi simpananmu?”

Candra terdiam seketika. Matanya bergerak gelisah.

Elda mendengus, getir memotong udara.

“Aku gak lupa bagaimana keluargamu memperlakukan aku. Bagaimana mereka fitnah ayahku sebagai pejabat korup hanya biar aku menjauh darimu.”

Candra memejam mata. “Aku—”

“Dengar dulu.”

Nada Elda turun, tapi jauh lebih mematikan.

“Orang tuaku dihina. Adikku dikucilkan. Aku dan keluargaku habis-habisan karena ulah kalian.”

Ia menunduk sebentar, menahan getir yang nyaris meluap.

“Berhubungan sama kamu… cuma bawa malapetaka. Bukan bahagia.”

Candra tampak runtuh sedikit.

“Elda, aku menikah waktu itu karena—”

“Bisnis keluarga. Ya, aku tahu.”

Elda tersenyum sinis.

“Dan sekarang setelah bertahun-tahun… kau datang dengan janji basi, minta aku jadi istri simpananmu?”

Candra menelan ludah. “Aku serius. Aku akan cerai kalau ka—”

“Stop.”

Elda mengangkat tangannya. Bukan menampar, bukan membelai. Hanya menepuk pipi pria itu pelan, seperti menyingkirkan debu yang tak penting.

“Aku terlalu terhormat buat jadi perusak rumah tangga orang.

Aku lebih bangga jadi janda abdi negara… daripada simpanan orang kaya.”

Candra menatapnya putus asa.

“El... aku—”

“Kalau kamu memang mencintai aku,” Elda menatapnya lurus, “jangan pernah ganggu aku lagi.”

Ia berdiri. Merapikan tasnya. Mengatur napas.

“Umur kita udah bukan umur buat drama cinta lagi. Aku sudah selesai sama masa lalu.”

Tatapan terakhirnya menusuk. Tatapan seorang perempuan yang pernah mencintai, pernah hancur, dan kini memilih menghargai dirinya sendiri.

Tanpa menunggu jawaban, Elda berbalik.

Langkahnya mantap. Tak sekalipun menoleh.

Tapi, jantungnya berdebar tak karuan… karena masa lalu yang paling ingin ia buang, baru saja berdiri terlalu dekat.

Setibanya di rumah…

BRAK!

Tas Elda mendarat di sofa seperti dilemparkan seluruh kekesalan dunia. Napasnya memburu, wajahnya merah, matanya berair, bukan menangis, tapi menahan emosi.

“Dasar brengsek…” gumamnya di antara gigi yang terkatup rapat.

“Dia pikir aku masih mencintainya setelah apa yang ia dan keluarganya lakukan? Munafik!”

Elvara yang baru pulang sekolah berdiri di ambang pintu, memeluk tasnya, menatap ibunya dari kejauhan.

“…Ibu kenapa?” tanyanya pelan.

Lalu menambahkan, datar seperti biasa,

“Kenapa muka Ibu kayak habis ditipu sales panci premium?”

Elda menoleh cepat.

Kedua tangannya mengepal. Rahangnya tegang. Seluruh tubuhnya seperti siap menyeruduk siapa saja.

“Ra…” suaranya pecah. Bukan marah, tapi luka lama yang disiram garam lagi.

Elvara berkedip.

Ia jarang melihat ibunya seperti ini.

Elda menghampirinya, memegang kedua pundak putrinya erat, seolah kalimat berikut ini terlalu penting untuk ditunda.

“Dengar ya, Ra.”

Napasnya bergetar.

“Jangan pernah menjalin hubungan dengan pria kaya. Mulut mereka boleh bilang cinta, tapi kau tak akan pernah jadi istri sahnya. Kau cuma akan dijadikan simpanan. Direndahkan. Dikhianati.”

Elvara menganga pelan.

“…Ibu kenapa tiba-tiba nyerang kasta ekonomi?”

Elda tak tertawa.

Ia melanjutkan, suaranya penuh luka:

“Kalau kau mau menikah, menikahlah dengan tentara. Mereka itu setia. Mereka gak akan mendua. Mereka punya kehormatan.”

Hening.

Elvara memicingkan satu matanya, wajahnya datar seperti biasanya, lalu berkata:

“Bu… tentara memang dilarang punya istri lebih dari satu. Tapi itu gak menjamin mereka gak selingkuh… 'kan?”

Elda: “Hah?!”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued.

1
abimasta
sabar ya papa nata semoga raska bisa terbuka sama anda papanya
Hanima
lanjut kak nanaaa
Ass Yfa
kesalahan Nata...kesalahan fatal..karna tdk percaya istrinya sendiri...dan beakibat fatal
Anitha Ramto
Si Roy itu tidak tahu terimakasih Papamu menikahi Mamamu karena di jebak,kamu iri sama Raska huh...jelas Wijanata lebih sayang Raska,karena Raska terlahir dari wanita yang amat Wijanata cintai...

Ayo Raska kamu semangat untuk sembuh,,dan Elvara tempat ternyamanmu🤣
septiana
sebenarnya ayahnya Raska perhatian,tapi Raska sudah menutup hati buat ayahnya setelah ibunya meninggal.. jangan sampai Roy tau ayahnya menemui teman teman Raska agar selalu mendampingi Raska. bisa buat ulah lagi nanti dia.
anonim
Laporan Asep tentang Roy di perpustakaan - ngomong sama Elvara - juga omongan Vicky, Gayus juga Asep, ditanggapi Raska hanya dengan tawa sinis. Bagi Raska - Roy bukan ancaman.

Raska selama ini berarti berusaha sendiri mengatasi masalah traumanya dengan konsultasi ke dokter Wira.

Tanya jawab antara dokter Wira dengan Raska - kesimpulannya - trauma Raska belum pulih.

Ya betul itu pak Nata, Roy iri terhadap Raska. Kalah segala-galanya maka mau mencurangi kakak tirinya.
Kyky ANi
kasian Raska,, kira2 dia minum obat apa ya,,,
anonim
Elvara menceritakan kronologi insiden dia dan Bella jatuh ke kolam.

Raska...yang tahu sengaja atau tidak sengaja nabrak - ya Bella.

Elvara pribadi yang baik, tidak mau menuduh. Tapi yang pasti kamu sengaja di tabrak Bella - biar kamu jatuh ke dalam kolam. Bella mungkin tidak menyangka ketika nabrak kamu - dirinya mental - kecebur juga 😄.

Elvaraaaaaa...jujur amat 😂.

Tuh lihat reaksinya trio komentator 😂.

Raskaaaaa....jujur juga 😂👍🏻👍🏻.

Trio komentator langsung meledak ibaratnya sedang menyaksikan tanding sepak bola jagoannya tembus gawang 😄.

Raska kupingnya memanas - Elvara biasa...tanpa ekspresi bergumam - "Drama banget kalian." 😄.

Weeeeh Bella nguping.
Waduh masih ada lain kali - rencana jahat apa lagi Bella ??

Bella mimpimu cuma mimpi - mana ada jadi kenyataan - Raska tidak mungkin pilih kau.
Puji Hastuti
Lanjut kk, maki keren
anonim
Raska sedang tidak baik-baik saja. Bayangan masa lalu yang muncul dalam mimpinya menjadikan terbangun, jadi kurang tidur.

Tiga temannya mengkhawatirkan kondisi Raska. Mereka bertiga peduli - kalimat yang keluar dari masing-masing cukup menghibur. Yang di rasa Raska ketegangan sedikit melonggar - menggeleng halus, bergumam lirih - "...kalian emang nyebelin." Ini bentuk ungkapan Raska yang "POSITIF," terhadap ke tiga temannya yang selalu ada untuknya.

( ***Ini Author mesti bikin cerita kelanjutan mereka berempat sampai masing-masing punya keluarga, pertemanan berlanjut 😄. )

Roy mimpinya ketinggian.

Elvara masih seperti biasa yang dilakukan ketika jam istirahat. Duduk di bawah pohon, membaca buku, sambil ngemil - kripik.
Kyky ANi
Raska beruntung punya teman yang setia dan selalu mengerti dia,, walaupun kadang selalu nyeselin,,
Cicih Sophiana
semoga pak Nata punya pikiran untuk tes DNA si Roy...
Anitha Ramto
Semoga Raska cepat sembuh dari troumanya...

dan semoga si Roy selalu gagal dalam semua hal😄
Anitha Ramto
Good El....kamu tidak terpengaruh oleh omongan si Roy yang manipulatif itu...
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁

Aku Sudah menduga, novel ini beda dari yang sebelumnya. Novel kali ini, selain memberikan pelajaram tentang ketulusan cinta, juga ada melibafkan Para medis juga.

Seperti Dokter Wira, Dokter Pesikiater Raska, Karen itu sangat mengguncang kejiwaan Raska, yang telah dia tanggung sejak usia 10 tahun. Untung saja Raska berusaha berobat, jika tidak, penyakitnya makin parah dan membuat tempramen Raska meningkat, yang bisa-bisa membuat dia tidak bisa tidur nyenyak, dan itu bisa mebuat dia menjadi emosional, bahkan mungkin bisa melempar barang-barang di Apartemen nya, jika sudah parah.

Mantap kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Siti Jumiati
lanjut kak
Fadillah Ahmad
Apakah Dokter Wira nih adalah Dokter Pesikiater Raska kah kak? Sejak kapan itu kak Nana? 🙏🙏🙏😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Iya. Udah lama, Kak.
total 1 replies
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
septiana
mau bagaimana pun usaha mu kau akan tetap kalah dari Raska kalau hanya mengandalkan ego dan iri dengki..
Fadillah Ahmad
Maaf kak 🙏🙏🙏 ini Juga tidak ada tanda kutipnya kak 🙏🙏🙏 Mohon di revisi ya kak Nana 🙏🙏🙏😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Siap, Kak🤗🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!