NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Slice of Life / Single Mom / Nikahmuda / Cerai / Duda
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.

Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.

Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.

Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.

Ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Selina tidak punya pilihan selain menuruti pria pemaksa dan temperamen seperti Jayden. Pria itu bahkan membawakannya sebuah gaun yang menurut Selina terlalu terbuka untuk dikenakan di resepsi pernikahan Zavier malam ini.

“Pak, kali ini saya nggak mau nurut perintah Pak Jayden,” tegas Selina, matanya menatap lurus ke arah pria itu. “Saya sudah nurutin ikut ke acara itu. Tapi Pak Jayden tidak berhak menentukan outfit apa yang harus saya pakai malam ini.”

Jayden terkekeh pelan, seolah tak terpengaruh sedikit pun oleh penolakan itu. Ia memutar kursinya santai, lalu berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat. Tubuhnya yang menjulang tinggi membuat Selina refleks mundur selangkah, meski ia berusaha tetap tegak.

“Kamu tahu kenapa aku membawamu ke sana?” suara Jayden kali ini lebih rendah. Selina mengernyit, karena pria itu mengubah gaya bahasanya.

“Harusnya kamu bisa berpikir… tapi ya, otakmu yang kapasitasnya kecil ini nggak akan mampu mencerna,” ejek Jayden, bibirnya menyunggingkan senyum sinis.

Selina menghela napas panjang, memejamkan matanya sejenak untuk menahan amarah. “Katakan saja kalau Pak Jayden memang ingin mempermalukan saya di sana.”

Jayden mengangkat sebelah alisnya. “Well, kalau itu yang kamu pikirkan… berarti memang itu jawabannya.” Wajahnya tiba-tiba berubah datar.

“Sore ini kita berangkat,” lanjutnya tanpa nada kompromi. “Soal putramu, biarkan dia tinggal di rumahku. Pembantuku bisa menjaganya.”

Selina mendengus, sinis. “Harusnya Pak Jayden ajak kekasih Bapak itu saja. Bukan saya.”

Jayden sontak menatap tajam. “Dia bukan kekasihku!” tegasnya.

Selina terkekeh getir. “Kalau dia tahu saya ikut Pak Jayden, bisa-bisa saya yang dilabraknya. Karena dia pikir saya mau merebut Bapak darinya.”

“Cukup bicaranya. Silakan keluar. Aku akan datang ke rumahmu sore hari. Kalau kamu belum siap, akan ku acak-acak kontrakanmu yang mirip kandang ayam itu!” suara Jayden terdengar keras, penuh tekanan.

Rahang Selina mengeras mendengar penghinaan itu. Ingatannya langsung melayang pada insiden beberapa hari lalu, saat Jayden dengan sengaja—setidaknya begitulah yang ia yakini—mencipratkan genangan air ke arah dirinya dan Ian. Baju mereka basah, Ian yang sudah kedinginan makin menggigil, dan akhirnya jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit.

“Cukup, Pak… cukup menghina saya,” ucap Selina, suaranya bergetar. Matanya berkaca-kaca, bukan hanya karena marah, tapi juga karena menahan perasaan sakit hati.

Ia menarik napas, lalu memberanikan diri melanjutkan. “Saat di mal kemarin, Anda sengaja menggunakan ban mobil Anda ke genangan air dekat motor saya. Sampai baju saya dan Ian basah. Putra saya yang sudah kedinginan makin kedinginan, dan akhirnya sakit. Saya harus membawanya ke rumah sakit.”

Jayden perlahan memutar tubuhnya menatap Selina. Alisnya berkerut, ekspresinya berubah bingung. Ia mengingat, memang benar kemarin Selina izin tidak masuk karena Ian sakit, dan ia membiarkannya.

“Apa maksudmu? Aku tidak pernah berniat melakukan hal seperti itu,” katanya, suaranya sedikit lebih pelan.

“Meskipun aku benci melihat wajahmu, bukan berarti aku sebegitu rendahnya sampai tega mencelakai anak kecil.”

Selina tertawa miris. Ia tidak menjawab lagi. Dengan cepat, ia meraih paper bag berisi gaun yang tadi diberikan Jayden, lalu melangkah keluar ruangan.

Jayden terdiam, menatap punggung wanita itu. “Apa-apaan wanita itu… berani menuduhku seperti itu,” gumamnya pelan, seraya menggelengkan kepala.

Maisa tiba di rumah besar Greyvan dengan langkah cepat. Wajahnya masam, rahangnya mengeras menahan kesal.

“Silakan masuk—”

Belum sempat pembantu rumah menyelesaikan kalimatnya, Maisa langsung mendorongnya dengan kasar dan berjalan masuk begitu saja.

“Kenapa kamu?” Suara berat yang khas langsung terdengar dari arah dalam. Maisa menoleh, mendapati Orlan dengan tongkat hitamnya berjalan perlahan ke arahnya.

“Kakek…” Maisa segera berlari kecil, memeluk pria paruh baya itu singkat.

Orlan menatap wajahnya yang kusut. “Kenapa dengan wajahmu?” tanyanya tenang.

“Kakek tahu nggak? Jayden nggak mau mengajakku ke pesta pernikahan temannya. Dia bilang aku merepotkan! Padahal aku cuma ingin ikut, ingin dia memperkenalkan aku di depan semua orang sebagai calon istrinya,” ucap Maisa cepat, matanya memerah menahan emosi.

Orlan hanya menarik napas, wajahnya tetap datar. Ia berjalan ke arah sofa, lalu duduk. Maisa segera mengikuti, mengambil tempat di depannya.

“Aku sudah berusaha mendekati cucu kakek yang keras kepala itu,” Maisa melanjutkan dengan nada getir, “tapi dia selalu dingin. Aku ini kurang apa, Kek? Aku cantik, aku kaya, aku sepadan dengan keluarga kalian. Tapi Jayden tetap saja menolakku, seakan aku ini tak ada harganya.”

Orlan menatap Maisa lekat-lekat, sorot matanya penuh perhitungan. “Mungkin kamu harus berusaha lebih keras lagi,” ujarnya tenang. Ia tahu benar kalau anak dari keluarga Kaliandra itu memang terobsesi dengan Jayden—dan Orlan sendiri tidak keberatan, karena ia lebih menyukai perempuan yang cintanya lebih besar daripada laki-lakinya.

Maisa menggenggam tangannya erat. Suaranya mulai bergetar, matanya berkaca-kaca. “Aku mau tunangan sama Jayden, Kek. Aku mau dia mengikatku. Kalau perlu, langsung jodohkan saja aku dengannya. Kakek juga tahu, aku sudah menginginkannya sejak lama. Aku… aku benar-benar nggak bisa melepas dia. Aku… aku cinta banget sama Jayden, Kek.”

Air mata mulai menuruni pipinya, dan untuk pertama kalinya Maisa menunjukkan betapa rapuhnya dirinya di balik sikap angkuh yang biasa ia tunjukkan di hadapan orang lain.

"Kakek tahu sendiri kalau aku tulus mencintai Jayden. Tolong aku kek, lakukan sesuatu." Kata Maisa lagi tangannya menangkup di depan dada.

Orlan hanya diam, Tapi kepalanya dengan memikirkan rencana. Dia juga ingin cucunya itu cepat menikah agar harta warisan yang keluarganya miliki jatuh ke tangan Jayden bukan pada Harsa, sepupu Jayden.

•••••••

Jayden tiba di depan kontrakan Selina sore hari. Mobil mewahnya tampak begitu mencolok di gang sempit itu. Ia turun perlahan, menatap bangunan sederhana yang berdiri di hadapannya.

“Heh… betah sekali dia tinggal di tempat kumuh seperti ini,” gumamnya sinis.

Tanpa repot-repot melepas sepatu pantofelnya, Jayden melangkah menuju pintu kayu yang sudah terlihat kusam. Ia mengetuk pelan, hanya sekali.

Tak lama, terdengar langkah kaki kecil berlari dari dalam. Pintu terbuka, menampakkan wajah ceria seorang bocah.

“Om Jayden!” seru Ian riang, matanya berbinar melihat kedatangan pria itu.

Jayden sontak tersenyum—senyum tulus yang jarang muncul, sebab tak ada alasan baginya membenci bocah semanis Ian. Ia berjongkok, mengusap pipi mungil itu dengan lembut.

“Di mana mamamu?”

“Masih di kamar, Om. Tunggu aja, ya,” jawab Ian.

Jayden menatapnya dengan tatapan hangat. “Apa kabarmu? Kudengar dari ibumu kamu sempat sakit.”

Ian mengangguk. “Iya, Ian sampai diinfus, loh, Om! Tapi kata Mama, Ian anak kuat. Jadi Ian cepat sembuh deh. Buktinya sekarang Ian baik-baik aja.”

Jayden terkekeh kecil. Ia lalu merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah cokelat berbentuk unik.

“Ini untukmu,” katanya sambil menyerahkan hadiah kecil itu.

“Wah… cokelat!” Ian berseru senang. “Terima kasih banyak, Om!”

“Sama-sama,” Jayden mengangguk, tersenyum tipis. “Dan selama aku pergi dengan ibumu, kamu harus nurut apa kata Bibi yang akan menjagamu di rumahku nanti, ya?”

Ian langsung mengacungkan jempolnya. “Janji, Om! Ian bakal nurut.”

1
Adinda
Semoga zavier mendapatkan balasan setimpal atas penderitaan selina
Adinda
sedih banget ceritanya semangat thor
Sunaryati
Ternyata Kimberly juga sombong, Ian tidak tepat hidup dilingkungan keluarganya, congkak dan arogan semuanya, seharusnya Nathan berpikir ulang untuk menikahi Kimberley.
Ayano Rosie
Jayden juga egois banget memaksakan kehendaknya udah tahu seluna berdarah darah hatinya masih juga begitu
Sunaryati
Yang sangat egois itu kalian, seorang ibu memaksa anaknya menjauhi dan memisahkan dari menantunya. Eliza juga sudah ditentang ayahnya tidak boleh menikah dengan Zavier, ayahnya meninggal nekat.
Sunaryati
Tabah dan semangat Sellina mulut Zavier masih kasar untuk ibu dari anaknya demi mendapatkan keinginannya, tidak menjaga perasaan Sellina, sampai punya anak 6 tahun masih mendapatkan hinaan yang sama.
Sunaryati
Kamu bengkarung ya di depan ibunya kau hina, emak yang baca saja jadi nyesek dan nangis, namun bersyukur Sellina semakin kuat. Sedangkan di depan Ian lembut dan membela, dasar pria bunglon tak sumpahin bucin pada Sellina🤣🤣🤭
Sunaryati
Mulut Zavier busuk orang lain saja peduli kok mulutnya mudah bilang Sellina mati atau hidup tak peduli. Sellina itu korban dari kedua orang tuanya penderitaan masih bertambah, syukur dia wanita tangguh dan pekerja keras. Fix Zavier harus dapat karma, jangan diber keturunan pada pernikahan dengan Eliza karena arogansi dan kesombongannya, buat perusahaannya bangkrut agar bisa merasakan hidup jadi orang miskin
Sunaryati
Kapan kamu bebas dari tekanan orang- orang- kaya yang atogan
Sunaryati
Astaga apa tidak ada saksi, masa sih orang tua kok membully anak. Seharusnya jadi contoh
Sunaryati
Hati Zavier saja tak ada getaran jika dia mempunyai anak
Sunaryati
Ayahnya banyak uang ibunya menghidupi diri saja sampai berusan dengan toilet, mudah- mudahan orang- orang yang membuat hidupmu menderita mendapatkan balasan setimpal, dan Jayden kena karma ibunya jatuh cinta pada Sellina
Sunaryati
Banyak ya orang semena- mena pada orang miskin, miris/Cry/ Semoga kedepannya kamu mendapatkan kebahagiaan Sellina emak nyesek
Sunaryati
Hati kamu baik Kim
Sunaryati
Kasihan ayah dan keluarganya hidup enak, dia hidup sederhana hanya dengan ibunya
Mirrabella
muak liat jayden sok keras
padahal lembek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!