"KENAPA HARUS AKU SATU-SATUNYA YANG TERLUKA?" teriak Soo, menatap wajah ibunya yang berdiri di hadapannya.
*********************
Dua saudara kembar. Dunia dunia yang bertolak belakang.
Satu terlahir untuk menyembuhkan.
Satu dibentuk untuk membunuh.
*********************
Soo dan Joon adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak bayi.
Soo diculik oleh boss mafia Korea bernama Kim.
***********************
Kim membesarkan Soo dengan kekerasan. Membentuknya menjadi seorang yang keras. Menjadikannya peluru hidup. Untuk melakukan pekerjaan kotornya dan membalaskan dendamnya pada Detektif Jang dan Li ayah mereka.
Sementara Joon tumbuh dengan baik, kedua orangtuanya begitu mencintainya.
Bagaimanakah ceritanya? Berhasilkah Soo diterima kembali di keluarga yang selama ini dia rindukan?
***********************
"PELURU" adalah kisah tentang nasib yang kejam, cinta dan balas dendam yang tak pernah benar benar membawa kemenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KEZHIA ZHOU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAYI KEMBAR
OEEKK….OEEEKK…
Nami, wanita itu, memandang bayi mungil yang tergeletak diatas ranjang dengan penuh rasa iba. Dengan ketulusannya, langsung dia angkat tubuh mungil si bayi dan dipeluknya dengan erat.
“Stt.. sayang… ibu akan merawatmu dengan baik.” Ucapnya.
Nami dan Kim sudah menikah cukup lama, namun sayangnya, Nami didiaknosa tidak bisa mempunyai keturunan. Sehingga dengan mendapatkan bayi malang itu, hati Nami sedikit terobati.
Nami menggendong bayi itu dengan perasaan seorang ibu. Ibu yang benar benar tulus.
Kim menatap istrinya itu yang terlihat begitu bahagia dengan kehadiran bayi tampan itu.
“Rawat dan besarkan dia dengan baik. Berikan susu, dan semua yang dia butuhkan. Aku sudah meminta Park untuk menyediakan semuanya. Kau hanya cukup membesarkannya. Tapi ingat Nami, kau tidak boleh membesarkannya dengan segenap hatimu, jika suatu ketika nanti kau tidak ingin terluka. Dia hanya kubesarkan sebagai alatku untuk menghancurkan semuanya.” Ucap Kim.
Nami hanya terdiam. Tidak menghiraukan ucapan suaminya. Matanya masih terus fokus memandangi bayi yang sedang dia gendong itu.
TOK TOK!
Suara pintu kamar terdengar, pintu itu tidak ditutup sehingga mereka tau siapa yang datang. Park.
Membawa sesuatu.
Kakinya mulai melangkah masuk.
“Tuan Kim, ini sudah saya bawakan semua yang anda minta. Semua kebutuhan bayi ada di dalam sini.” Ucapnya.
Nami dengan cepat langsung meraih kantong plastik besar yang dibawa Park. Park membungkuk dan undur diri dari ruangan itu.
Tanpa berfikir panjang, Nami langsung meletakkan bayi itu di atas ranjang. Kemudian mengganti pakaian bayi itu dengan pakaian bersih lainnya.
“Tunggu ya nak, ibu akan membuatkanmu susu. Kau pasti lapar dan haus. Tunggu sebentar.” Ucapnya.
Lalu dengan sigap Nami segera mencuci botol dan menyiapkan susu bagi si bayi. Setelah beberapa saat setelah bayi itu minum susu, bayi itupun tertidur.
“Tampan sekali.” Ucapnya.
“Kita beri nama dia siapa?” tanya nya pada Kim suaminya.
Namun Kim tidak peduli dengan pertanyaan itu. Dia mengabaikannya.
“Aku tidak peduli dengan nama itu. Terserah kau saja. Aku hanya butuh dia tumbuh besar.” Jawab Kim.
Nami terdiam sejenak seolah sedang memikirkan sesuatu.
“Ahh… aku akan memberi nama Soo. Ya… namanya adalah Soo. Sepertinya itu adalah nama yang bagus. Mulai sekarang namanya adalah Soo.” Nami tersenyum senang sambil mengusap wajah mungil yang masih tertidur pulas itu.
“Hai sayang… Soo… Soo yang tampan..” ucapnya ditelinga Soo kecil.
Dan sejak saat itu nama si kecil adalah Soo. Sejak saat itulah kehidupan Soo mulai terbentuk.
...****************...
Sementara itu, di ruang perawatan, Yejin tampak sudah bisa mengiklaskan meninggalnya putranya. Detektif Jang melangkah masuk, mendapati istri dari sahabatnya sedang tertidur pulas. Disampingnya bayi mungil yang tidak pernah tau bahwa dia dipisahkan dari adik kembarnya.
“Yejin..” ucap Detektif Jang dengan lembut.
Seketika wanita cantik itu pun terbangun. Membuka matanya dan mendapati sahabat suaminya sudah berada disana. Jang memang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri. Kakaknya sendiri.
“Kak Jang, bagaimana dengan pemakaman putraku? Apakah semuanya berjalan dengan baik?” tanyanya.
Jang pun mengangguk.
“Tentu. Semuanya sudah dikerjakan suamimu. Dan semuanya berjalan dengan sangat baik. Dan hari ini, kau juga sudah diijinkan pulang. Semua surat dan obat obatan mu sudah kuurus. Sudah kumasukkan ke dalma tas milikmu.” Ucap Jang.
Yejin nampak lega dan bersyukur dengan semuanya.
“Terimakasi banyak kak Jang. Aku bersyukur suamiku memiliki sahabat sebaik dirimu.” Katanya tersenyum lega.
Jang hanya tersenyum lebar.
“Suamimu sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Setelah dia datang, kalian akan kuantar pulang.” ucapnya lagi.
Yejin pun mengangguk dan tersneyum. Lalu diusapnya bayi kecil yang masih tertidur di ranjang bayinya yang tidak jauh darinya.
...****************...
JEGLEK!
Pintu ruangan terbuka. Li melangkah masuk lalu mendekati istrinya. Mengusap kepala istrinya denagn lembut.
“Bagaimana keadaanmu, sayang? Kata Jang kau sudha diijinkan pulang ya?” ucapnya dengan tersneyum.
Yejin mengangguk.
“Aku senang. Akhirnya, kita bisa membawa anak kita pulang kerumah.” Ucapnya.
Li pun tersenyum lebar. Ikut senang mendengarnya.
“Ngomong ngomong, kau akan memberi nama siapa pada putra tampanmu ini, Li?” tanya Jang.
Li nampak sedang berfikir. Sementara Yejin tersenyum lebar.
“Bagaimana kalau kita memberi nama putra kita Joon?” ucap Yejin dengan bangga.
Li membelalakkan matanya memandang istrinya.
“Ahhh itu adalah nama yang bagus. Aku setuju. Bagaimana denganmu Jang?” tanya sahabatnya.
Jang mengangkat ibu jarinya.
“Tentu saja aku setuju.”
Lalu Jang mengusap tangan kecil si bayi.
“Joon kecil yang tampan. Besok kalau sudah besar, jadilah pria yang berguna bagi negara ini. Paman akan mendukungmu. Lanjutkan perjuangan paman dan ayahmu ya Joon.” Ucapnya sambil tersneyum lebar.
...****************...
OEEKK... OEEEKK...
Soo menangis dan terus menangis. Nami tampak kewalahan menggendong bayi itu. seolah Soo bisa merasakan bahwa saudara kembarnya akan ekmbali kerumah hangat mereka. Berbeda dengannya.
“Ssstt.. Soo.. anak baik kenapa kau terus menangis?” ucap Nami cemas.
Tidak tau harus bagaimana lagi. Sementara itu di waktu yang bersamaan, Kim barusaja mendapatkan laporan dari bawahannya bahwa pengiriman barang ilegalnya gagal lagi. Tidak berjalan dengan baik.
“BRENGSSEEEKK..!!” umpatnya dengan amarah yang tidak bisa diredam.
Park dan Nam yang berada di hadapannya hanya menunduk tidak berani menatap atasannya.
OEEKK… OEEEKK…
“Suruh bayi itu untuk diam!!!” teriak Kim ketika melihat bayi itu terus menangis.
Nami masih susah payah menenangkan Soo. Karena tangisnya tak kunjung reda, Kim pun dengan amarahnya segera meraih tubuh kecil Soo. Mengangkatnya dan hendak melemparnya. Namun dengan cepat Nami mencegahnya.
“Kim, jangan lakukan itu.. ingatlah bahwa kau menyuruhku membesarkannya untuk kau jadikan alatmu. Jadi sekarang biarkan dia bersamaku Kim. Jangan sakiti dia.” Ucap Nami dengan menahan air matanya mencoba merayu suaminya.
Dengan kasar, Kim meletakkan bayi itu ke atas ranjang. Setengah terlempar. Soo pun semakin menangis sejadi jadinya.
Kemudian Kim memandang ke Nam dan ke Park.
“Bawa orang orang yang sudah gagal itu. Habisi mereka. Aku tidak pernah suka kegagalan. Kalian tau itu bukan?” ucapnya.
Nam membungkuk.
“Baik tuan Kim. Kami akan mengurusnya.” Ucap Nam.
“Dan kau Park, setelah anak ini besar, dia akan tinggal denganmu. Jadi siapkan rumah yang akan dia tempati. Aku ingin kau membentuknya menjadi seseorang yang tak berperikemanusiaan. Aku ingin menjadikan Soo pria tangguh. Tidak ada kata kalah. Tidak ada kata taku. Dan tidak ada kata menyerah. Aku tidak akan pernah mengijinkan kelemahan menyentuhnya. Dia akan tumbuh sebagai peluruku. Menghabisi semua orang yang menghalangi jalanku. Termasuk kedua detektif sialan itu. Detektif Jang dan Li.” Ucapnya.
Park masih berdiri mendengarkan.
“Baik tuan Kim. Saya akan melakukan semua perintah anda.” Ucapnya.