Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Hans dan Lily akhirnya berangkat ke Finlandia setelah mendengar kabar dari tante Tiara, mama tiri Lily. Mereka menempuh perjalanan sekitar 23 jam dan melewati beberapa transit. Hans baru pertama kalinya ke Finlandia, berbeda dengan Lily yang lahir di Finlandia karena mama Lily keturunan Finlandia. Sekitar pukul 8.15 waktu malam di Finlandia Hans dan Lily tiba di rumah ko Along dan tante Tiara. Peti ko Along masih terbuka, karena menunggu kedatangan Lily dan Hans. Dengan tubuh gemetar, Lily mendekat ke peti jenazah papanya, dia menatap wajah papanya yang pucat. Air mata kembali membasahi wajah Lily yang putih, sedangkan Hans tetap setia berdiri di samping Lily. Adik tiri Lily yang bernama Alan dan berusia 18 tahun memeluk Lily dengan wajah yang sedih. Alan adalah anak ko Along dan tante Tiara, hubungan Lily dan Alan cukup akrab dan saling menyayangi. Tante Tiara yang merupakan mama tiri Lily juga orang yang baik dan lembut, tante Tiara juga sangat menyayangi Lily seperti anak kandungnya sendiri. Saat Lily berusia 6 tahun, mama Lily meninggal karena suatu penyakit. Hingga Lily berusia 10 tahun, ko Along menikahi tante Tiara dan saat Lily berusia 12 tahun tante Tiara hamil dan lahirlah Alan.
Alan: "Papa selalu menyebut namamu, kak." ucapnya dengan isak tangis. Lily memeluk Alang dan mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.
Lily: "Sabar, ya, dek. Ikhlaskan saja papa." ucapnya menghibur adiknya. Hans menghampiri Alan, lalu memeluknya dan mengusap kepalanya dengan lembut.
Hans: "Jangan cengeng, ya. Anak laki-laki harus kuat." ucapnya dengan tegas.
Alan: "Iya, mas." sahutnya dengan rasa mengerti. Lily memeluk tante Tiara dengan penuh kasih sayang, wajah tante Tiara kelihatan pucat, kedua matanya sembab dan agak bengkak akibat sering menangis.
Lily: "Ikhlaskan, ya, tante. Papa sudah tenang, kok." ucapnya dengan lembut. Tante Tiara menatap wajah Lily, dia tersenyum hangat, lalu mengangguk pelan seakan tahu dan memahami perkataan anak tirinya itu. Hubungan Lily dan tante Tiara tergolong cukup dekat dan ramah. Para kenalan ko Along mulai berdatangan untuk sekedar memberikan penghormatan terakhir, begitupun kenalan tante Tiara dan teman-teman kuliah Alan. Mereka berkumpul dan berdoa untuk jenazah ko Along. Waktu berjalan dengan cepat, keesokan harinya jenazah ko Along siap untuk di bawa ke pemakaman umum yang berlokasi di Finlandia. Pukul 11.25 siang waktu Finlandia, akhirnya jenazah ko Along telah selesai dimakamkan.
Lily: "Selamat beristirahat, pa. Namamu akan selalu berada dalam hatiku." ucapnya lirih sambil memegang batu nisan papanya. Hans tetap berada di samping Lily, memeluk dan menghibur hati istrinya.
Hans: "Aku akan selalu menjaga Lily, pa. Lily adalah cinta pertamaku dan terakhirku." ucapnya dengan penuh perasaan di depan makam mertuanya. Setelah proses pemakaman dan doa selesai, mereka kembali ke rumah. Alan sangat senang dengan kehadiran kakak tirinya, dia tidak akan kesepian untuk sementara waktu. Sesampainya di rumah, Lily mulai berbincang dengan Alan dan tante Tiara, sedangkan Hans sedang beristirahat di dalam kamar.
Tante Tiara: "Bagaimana dengan toko mu, sayang?" tanyanya dengan lembut.
Lily: "Berkembang dengan baik, tante. Karyawan juga bertambah banyak." ucapnya dengan penuh kepuasan.
Tante Tiara: "Syukurlah, sayang." sahutnya sambil tersenyum hangat. Lily menoleh ke arah Alan, dia tahu jika Alan juga sangat kehilangan papanya. Alan tergolong cukup akrab dengan ko Along.
Lily: "Bagaimana kuliahmu, Alan? Kamu mengambil jurusan apa?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Alan: "Kuliahku baik, kak. Aku mengambil jurusan psikiater." ucapnya.
Lily: "Bagus itu, Alan." pujinya dengan mata berbinar. "Belajarlah yang giat, ya." pintanya.
Alan: "Iya, kak." ucapnya dengan singkat. Lily, Alan, dan tante Tiara berbincang dengan hangat di ruang keluarga. Mereka membahas banyak hal, mulai dari kehidupan mereka masing-masing, kuliah Alan, pekerjaan Lily sampai bisnis ko Along yang telah dijual oleh ko Along saat dia masih hidup.
Tante Tiara: "Tante merindukan Indonesia, Lily." ucapnya sambil menatap Lily dengan tatapan penuh harap.
Lily: "Pulanglah dulu, tante." pintanya. "Tante pasti merindukan keluarga tante." ucapnya lagi.
Tante Tiara: "Keluargaku satu-satunya tinggal nenek saja, Lily. Dia telah meninggal tahun lalu." ucapnya dengan wajah sedih. Alan menyela pembicaraan Lily dan tante Tiara.
Alan: "Untuk apa mama pulang ke Indonesia? Bukankah mama sudah tidak punya keluarga lagi di sana?" tanyanya dengan penuh keheranan.
Tante Tiara: "Mama hanya merindukan kampung halaman mama, Alan." ucapnya.
Alan: "Apakah mama punya rumah di kampung halaman mama?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tante Tiara menganggukkan kepalanya sembari tersenyum kecil ke arah Alan. Tante Tiara memang wanita desa, dia bertemu dengan ko Along yang merupakan papa dari Lily saat ko Along berjalan-jalan ke kampung tante Tiara. Kampung tante Tiara terletak di Jogja, yang bernama desa Tembi.
Tante Tiara: "Saat mama menikah dengan papamu, mama telah menjualnya." ucapnya dengan wajah tenang.
Alan: "Hehe." dia tertawa kecil.
Tante Tiara: "Kenapa tertawa, Alan?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Alan: "Mama lucu, sih." ucapnya.
Tante Tiara: "Apanya yang lucu, sih?" tanyanya lagi dengan rasa penasaran.
Alan: "Itu artinya mama tidak punya rumah lagi. Mama telah lama menjualnya." ucapnya lagi. Lily hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku dan mendengar percakapan mama dan adik tirinya itu.
Lily: "Aku ke kamar dulu, ya, tante." ucapnya sambil beranjak dari duduknya dan melangkah dengan pelan ke kamar. Waktu terus berlalu, telah seminggu lamanya Lily dan Hans di Finlandia. Siang itu Hans mengatakan pada Lily tentang niatnya untuk kembali ke Indonesia. Hans merasa sudah terlalu lama dia meninggalkan kantor, Lily setuju dan akan pulang bersama Hans.
Lily: "Aku juga tidak bisa meninggalkan toko lama-lama, Hans." ucapnya.
Hans: "Iya, sayang. Siang ini juga aku akan pesan tiket, ya." ucapnya dengan penuh keyakinan. Lily tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Tanpa menunda waktu, Hans memesan tiket ke Indonesia melalui aplikasi lagi. Sedangkan Lily menemui tante Tiara dan Alan untuk sekedar memberitahukan kepada mereka tentang kepulangannya kembali.
Alan: "Aku akan kesepian lagi, dong." ucapnya dengan wajah cemberut.
Lily: "Kamu tidak sendiri, kok. Ada mama yang menemanimu, Alan." ucapnya.
Alan: "Iya, kak. Tidak apa-apa, kok." ucapnya dengan penuh pengertian.
Lily: "Datanglah ke Indonesia, ya." pintanya. "Jika kamu libur semester nanti." ucapnya lagi.
Alan: "Iya, kak. Tunggu aku dan mama, ya." ucapnya sambil tersenyum lebar. Lily lega setelah memberi pengertian kepada Alan.
Tante Tiara: "Kapan kalian akan berangkat?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Lily: "Besok pagi, tante." ucapnya dengan penuh keyakinan.
***