Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OTW KETAHUAN?
Posisi di mana?
Usai makan siang bersama keluarga, Kaisar mengirim chat pada Iswa sekali lagi. Semangat kembali membangun komunikasi, karena ternyata Iswa tuh perhatian juga dengannya asalkan tidak diteror chat tiap hari.
Kebetulan Iswa sedang longgar setelah sholat dhuhur, ia berencana pulang ke rumah baru berangkat ke klinik. Sehingga bisa balas Kaisar.
Mau pulang lanjut ke klinik.
Iswa masih mengajar juga, terutama setelah maghrib sampai jam 9 malam. Terpaksa ia rolling jadwalnya karena pekerjaan di klinik. Ada yang setuju ada yang enggak, oleh sebab itu dia ada jeda hari untuk tidak mengajar.
Aku jemput, tetap di situ. Gak boleh nolak.
Kaisar langsung ganti baju dan menuju ke kampus tempat Iswa berada, ia membawa mobil karena cuaca sangat panas. Motor Iswa dibawa Elin, karena motor gadis itu sedang bocor.
"Udah makan?" tanya Kaisar, bisa ditebak kayaknya belum karena memang Iswa jam kuliah Iswa mepet dengan dhuhur.
"Belum, ada roti."
Kaisar tak banyak omong langsung menuju ke outlet ayam geprek, dan membelikan seporsi ayam geprek untuk Iswa.
"Nanti di makan di klinik, jangan sampai telat makan."
"Makasih."
"Jadi istri aku malah aku perhatian banget," tetap ya promosi ajakan menikah harus disinggung. Iswa tertawa, gak ada bosannya Kaisar mengajak rujuk. Iswa pun pamit untuk ganti baju sebentar, Kaisar dengan sabar menunggunya.
Kaisar akan mengajak Iswa mengobrol dulu sebelum papa yang mengutarakan tawaran itu. Kalau Iswa mau maka Kaisar juga mau. Betapa kerennya mereka berdua kalau disatukan dalam satu kantor. Membayangkan saja membuat Kaisar tersenyum sendiri.
"Kenapa senyum sendiri? Piktor ya?" tanya Iswa curiga, Kaisar makin ngakak saja. Sembari mengemudi Kaisar masih meledek mantan istrinya itu.
"Sumpah aku kangen banget sama kamu, Wa. Penge peluk sama cup cup," ujar Kaisar sembari memonyongkan bibir. "Emang kamu gak kangen?"
"Enggak."
"Heleh, bohong kan. Ngaku aja kali, nanti aku nikahi lagi," ujar Kaisar sembari menoel pinggang Iswa. Gadis itu tertawa ngakak, semakin hari ia akui semakin kangen sama Kaisar. Saat pria ini tak kirim chat, rasanya Iswa gusar, ada yang kurang dalam hidupnya. Cuma gengsinya aja yang tinggi, gak mau balas Kaisar berlebihan, kadang Iswa juga merasa jahat, diajak nikah ditolak, tapi saat gak chat diharapkan. Iswa merasa dirinya yang salah tarik ulur begini.
"Wa. Kamu pernah dichat, papa?" tanya Kaisar sebelum menjelaskan rencana sang papa.
"Pernah. Bahkan mama aja pernah kirim makanan ke rumah," ujar Iswa, Kaisar kaget kok dirinya gak tahu kelakuan kedua orang tuanya pada Iswa, so sweet sekali.
"Masa'?"
"Iya. Aku aja kaget, mama kirim makanan itu. Bahkan aku pikir kamu, tapi mengatas namakan mama. Cuma setelah beberapa hari mama chat makan yang banyak. Kemarin paketan makanan habis kan?
"Widih mama jutek diam-diam sayang juga sama mantu."
"Mantan mantu."
"Gak bakal ada mantan mantu buat kamu, Wa! Papa dan mama tahu kali kalau aku hampir gila sama kamu. Gak usah bilang pret awas aja." Iswa ngakak, Kaisar tahu sekali apa yang akan ia ucapkan.
"Maaf ya aku jahat banget menggantung kamu."
"Semoga setelah dari Kalimantan kamu mau nikah sama aku," ucap Kaisar tulus untuk kesekian kalinya. Iswa kaget mendengar rencana kerja Kaisar.
"Ke Kalimantan? Ngapain?" tanya Iswa sedikit tak terima. Kaisar tertawa, bahagia sekali mendengar respon Iswa yang kaget dan sedikit tak terima. Dua proyek sekaligus yang akan Kaisar dan Pak Dosen handle, kurang lebih 2 sampai 3 bulan ia di sana. Iswa langsung diam, meski hanya 3 bulanan tetap saja mereka berjauhan, mendadak Iswa tak terima.
"Kenapa? Jangan bilang kamu kangen dan mau aku di sini aja?" Iswa menatap Kaisar seksama, ingin mengangguk tapi tak mungkin ia menggagalkan rencana itu. Dulu saja Iswa menyuruh Kaisar untuk bekerja menata masa depan, sekarang dia punya rencana untuk kerja masa' iya Iswa larang. Gak boleh dong.
"Enggak, aku dukung malah!"
"Yah, aku kira kamu bakal mewek gak mau aku tinggal."
"Dih, ge-er!" pintar sekali Iswa menyembunyikan suara hatinya. "Pergilah Kak, cari pengalaman sebanyak mungkin, kadang keluar dari comfort zone membuat pikiran orang semakin terbuka, dan lebih kreatif."
"Aku pikir sih iya, selagi kamu menolak aku, ya udah aku alihkan saja ke dunia kerja meniti karier. Kata Abang, cowok kalau punya uang banyak tinggal pilih cewek," Iswa melongo mendengar saran Sakti. Ya kali cewek seperti barang yang bisa dibeli pakai duit.
"Tapi buat aku gak kok, Wa. Kalau uangku banyak, aku tetap pilih kamu."
"Pret!" ucap Iswa dan Kaisar kompak, hingga keduanya tertawa bersama. Kaisar menarik tangan Iswa, mencium tangan itu, lalu menatap mata cantiknya.
"Nikah yuk, biar kita gak melakukan banyak dosa, sumpah rasanya aku ingin makan kamu kalau berduaan begini."
"Setelah pulang dari Kalimantan ya," ceplos Iswa sembari tersenyum. Sebuah angin segar bagi Kaisar, dan ia mengangguk tegas.
Tapi siapa sangka interaksi keduanya ditatap tak suka oleh seseorang. Al datang dan saat akan masuk ke lobi klinik melihat interaksi Iswa dan laki-laki itu. Siapa pun yang melihatnya akan mengira mereka adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Iswa menatap serius tak lupa senyum manis yang menandakan ada cinta dari gadis itu.
"Munafik," gumam Al kemudian masuk ke klinik. Sejak saat itu, Al tak ramah dengan Iswa. Biasanya mereka diskusi layaknya partner kerja, kini Al menghindari Iswa dan sering sekali berceletuk seolah menyindir seseorang.
Jangan salah perempuan juga ada yang munafik kok.
Seperti Iswa tuh suhu banget soal percintaan, ya kan Wa?
Dan itu gak hanya di kantor, kadang di kelas Al juga menyindir. Hingga Iswa merasa risih juga dengan tatapan meremehkan Al, apalagi sebelum berangkat ke Kalimantan Kaisar antar jemput Iswa.
"Selama ini lo nyindir gue ya, Al?" tanya Iswa saat keduanya menunggu Mbak Calista untuk evaluasi mingguan.
"Ngerasa?" tanya Al dengan sinis, beberapa orang sempat melirik keduanya, dan Iswa tak mau memperpanjang. Jangan sampai di tempat kerja terjadi pertengkaran yang menyebabkan hubungan kerja tak baik. Iswa pun mulai mendiamkan Al, fix sih yang disindir Al itu dirinya. Tapi karena apa, Iswa sendiri tak tahu.
"Iswa ada kiriman makanan buat kamu," ujar Julia, salah satu pegawai di klinik Calista, memanggil Iswa yang hendak mengajar, Pak Satpam datang menenteng dua box panjang pizza.
"Dari siapa ya, Pak?" tanya Iswa heran.
"Pacar kamu lah, Wa," sahut Al dengan sinis, dan beberapa orang langsung riuh. Pasalnya selama ini mereka tahu kalau Iswa jomblo dan gak mau pacaran, cuma mereka sudah dewasa sangat memaklumi bila Iswa berubah pikiran soal pacaran, hal yang lumrah.
"Mama mertua," ucap Mbak Julia membaca ada kartu ucapan nyempil di atas box pizza tersebut. Al yang hendak naik tangga berhenti seketika, dan beberapa rekan kerja lain menatap Iswa dengan tanda tanya besar.
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah