Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Badai Ketenangan dan Kemarahan Sang Xylos
Enam bulan telah berlalu. Markas besar Vega Xylos di Zurich diselimuti ketenangan yang menipu. Ketenangan itu adalah hasil dari badai finansial yang baru saja mereka ciptakan. Rommy Ivanov telah mencoba memotong urat nadi kekaisaran Xylos melalui pasar saham global, namun Vega, sang ahli strategi terdingin, membalikkan keadaan. Kerugian Rommy diperkirakan mencapai sembilan digit dalam semalam.
Di ruang kontrol yang terbuat dari kaca anti peluru dan baja titanium, Vega berdiri menghadap dinding layar, memantau grafik saham yang berwarna merah darah. Zeno, tangan kanannya yang selalu efisien, berdiri di sisinya, memegang tablet laporan terakhir.
“Sistem pertahanan Rommy hancur, Tuan,” lapor Zeno, suaranya datar, tanpa emosi. “Kami menenggelamkan dua perusahaan utama mereka di Asia dan memaksa likuidasi cepat di Eropa Timur. Kerugiannya cukup untuk membuatnya terdiam selama setidaknya enam bulan ke depan.”
Vega tidak menoleh. Matanya, setajam laser, tetap tertuju pada layar yang memproyeksikan wajah Rommy Ivanov yang dipantau oleh satelit. “Diam? Rommy Ivanov tidak pernah diam. Dia hanya mundur untuk merencanakan langkah selanjutnya. Ini adalah kemenangan taktis, Zeno. Bukan kemenangan perang.”
“Kami telah meningkatkan keamanan di semua aset inti, Tuan. Serangan berikutnya tidak akan mengejutkan kita,” janji Zeno.
“Bagus. Sekarang, lupakan Rommy sejenak,” perintah Vega, akhirnya berbalik. Ekspresinya yang dingin kini membawa lapisan baru yang jauh lebih berbahaya, rasa gusar yang terpendam. “Sudah enam bulan sejak ‘Gadis Malam’ itu menghilang. Kau memberitahuku bahwa kau membiarkannya pergi karena kau memprioritaskan musuh yang lebih besar. Sekarang, musuh yang lebih besar itu sudah kita tundukkan. Jadi, di mana dia?”
Zeno merasakan tekanan yang luar biasa. Masalah Megan, yang awalnya dianggap sepele, kini menjadi titik lemah di mata Vega. Vega tidak tahan dengan kegagalan, terutama kegagalan yang terkait dengan properti pribadinya.
“Tuan, kami telah menggunakan semua jaringan kami di Indonesia. Kami melacak setiap peternakan, setiap kota kecil yang disebutkan Ibu Rosa. Kami bahkan mencoba melacak jejak finansial sisa uang tunai yang dia miliki,” jelas Zeno, mempertahankan ketenangannya. “Tidak ada. Dia benar-benar menghilang. Seolah-olah bumi menelannya.”
Vega berjalan perlahan mendekati Zeno, setiap langkahnya memancarkan otoritas murni. “Kau lupa siapa wanita yang kau cari, Zeno. Dia adalah wanita yang mampu melarikan diri dari Club Heaven dalam kondisi dibius. Dia menulis pesan ancaman kepadaku. Dia bukan wanita biasa yang patuh. Kau mencarinya seperti mencari seorang istri yang kabur. Kau seharusnya mencarinya seperti mencari aset berharga yang dicuri dari kas.”
“Kami menggunakan protokol tertinggi, Tuan. Kami telah menginterogasi semua orang yang pernah melihatnya di Peternakan Bunga Api. Mereka semua bersumpah dia pergi ke jalan setapak yang jarang dilalui, ke arah kota kecil yang tidak memiliki jaringan seluler. Pencarian kami terhambat oleh medan yang sulit dan kurangnya infrastruktur.”
Vega menghempaskan tangan kirinya ke meja logam di dekatnya. Suara benturan itu memecah keheningan. “Kurangnya infrastruktur? Kau bosan dengan hidupmu, Zeno? Kau pikir uang Xylos tidak bisa membeli infrastruktur di kota terpencil di Indonesia? Kau harus membeli informasi, Zeno. Kau harus memecahkan kode. Dia meninggalkan jejak.”
“Jejak itu sudah kami analisis, Tuan. Kotak Xylos dan liontin 'V' yang dia tinggalkan adalah pesan yang jelas: dia tidak ingin ditemukan. Dia memutuskan ikatan apa pun yang mengarah kembali kepada Anda,” kata Zeno hati-hati.
“Itu adalah taktik. Taktik untuk membuatku berhenti mencarinya,” Vega mendesis. “Aku tahu apa yang kutinggalkan di sana, Zeno. Ingat malam itu. Jelaskan kembali. Detail terkecil sekalipun.”
Zeno menghela napas internal. Ia harus memuaskan obsesi Vega. “Nona Megan—saat itu dia berada di bawah pengaruh obat. Dia memiliki bekas luka samar di pergelangan tangan kanannya, seperti goresan lama. Dia memiliki tahi lalat kecil di bawah tulang selangka kirinya. Mata yang unik, perpaduan cokelat dan hijau muda saat diterpa cahaya. Tuan, kami telah menyebar foto rekonstruksi wajah, menggunakan ciri-ciri ini ...”
“Dia akan mengubah penampilannya,” potong Vega tajam. “Dia pintar. Dia tahu bagaimana cara beradaptasi. Dia sedang mengandung anakku. Dia tidak akan mengambil risiko. Dia akan mencari tempat yang paling terpencil, tempat yang tidak mungkin dicari oleh organisasi sebesar kita.”
Vega menunjuk ke sebuah kota kecil di peta Indonesia yang terletak di pegunungan, jauh dari pantai dan pusat kota. Kota yang dikenal dengan peternakan kecil dan pertanian subsisten. “Pencarianmu terlalu luas, Zeno. Fokuskan pada tempat di mana uang tidak bisa berbicara. Tempat di mana penduduk setempat tidak peduli dengan identitas, hanya dengan kemampuan bekerja.”
“Kami akan segera mengalihkan tim ke sana, Tuan.”
“Terlambat,” kata Vega, nadanya penuh penyesalan yang langka. “Aku memberinya terlalu banyak waktu. Anak itu sekarang sudah terbentuk. Dan wanita itu telah mengklaim kepemilikan. Kau mengabaikan fakta bahwa Rommy Ivanov mungkin melihat celah ini.”
Zeno tersentak. “Rommy? Dia tidak tahu tentang Nona Megan, Tuan. Tidak ada yang tahu kecuali kita dan Jose/Wina, yang kini berada di bawah pengawasan ketat kita.”
“Rommy adalah tikus yang licik. Dia menyerang saat aku sedang sibuk, saat kau sedang bersamaku. Dia pasti menyewa intelijen lokal di Indonesia, dan laporan intelijen itu akan melihat kejanggalan: mengapa seorang bos mafia global mengirim vitamin prenatal mahal ke daerah terpencil?” Vega menyipitkan mata. “Rommy akan menemukan koneksi itu. Jika dia menemukan Megan sebelum kita, dia akan mengambilnya sebagai senjata.”
Ancaman itu nyata. Jika Megan dan pewaris Xylos jatuh ke tangan Rommy, itu bukan hanya kekalahan pribadi, tetapi juga pukulan telak bagi kekuasaan Vega.
“Aku ingin tim baru. Tim yang tidak terikat dengan operasional Rommy. Tim yang fokus, brutal, dan hanya melaporkan kepadaku. Namakan mereka ‘The Phantom Hunters’,” perintah Vega. “Aku tidak peduli berapa biaya atau berapa banyak nyawa yang harus dihabiskan. Aku ingin wanita itu ditemukan. Segera.”
“Siap, Tuan,” Zeno mengangguk, menyadari bahwa perburuan yang sebenarnya baru saja dimulai, dan kali ini, Vega tidak akan mengalihkan fokusnya lagi. Rasa gusar Vega telah berubah menjadi obsesi.
...****************...
Sementara tim 'Phantom Hunters' Vega Xylos bersiap untuk terbang ke Asia, di sisi lain dunia, Rommy Ivanov sedang menikmati kemenangan kecilnya. Meskipun mengalami kerugian finansial, ia berhasil memancing Vega untuk mengalihkan perhatian dari bisnis utama selama enam bulan penuh.
Rommy duduk di kursi pijat mewahnya di markas sementara di Dubai, menikmati segelas anggur merah yang mahal. Tangan kanannya, Ivan, menyajikan sebuah tablet.
“Kami telah mengonfirmasi laporan intelijen, Tuan Rommy. Wanita itu adalah Megan, istri dari Jose yang kami gunakan untuk menjebak Vega delapan tahun lalu. Jose menjualnya ke Club Heaven,” lapor Ivan.
“Dan apa kaitannya dengan Vega?” tanya Rommy, menyesap anggurnya.
“Club Heaven dimiliki oleh sekutu kita. Wanita itu menghilang setelah bertemu dengan tamu VIP di lantai atas. VIP itu adalah Vega. Dan yang paling penting: mantan majikannya di peternakan mengaku dia mendapat kiriman vitamin dari jaringan Xylos. Wanita itu hamil, Tuan. Dan dia kabur.”
Rommy meletakkan gelasnya dengan gerakan dramatis. Sebuah senyum perlahan muncul di wajahnya, jauh lebih menyeramkan daripada amarah Vega.
“Vega Xylos, kau benar-benar menyembunyikan mainanmu dengan baik. Seorang pewaris yang tidak sah? Seorang anak yang lahir dari malam yang kotor?” Rommy tertawa terbahak-bahak. “Aku tidak perlu melawan Vega di pasar saham lagi. Aku akan menyerangnya melalui kelemahan terbesarnya.”
Rommy bangkit. “Ivan, fokuskan semua sumber daya kita di Indonesia. Lupakan saham. Lupakan aset. Aku ingin menemukan Megan dan anak itu. Aku ingin membawa mereka ke markas kita. Kita akan memberi tahu Vega bahwa sementara dia sibuk membangun kekaisaran di Eropa, aku telah mengambil warisannya, dan Ratu yang dia anggap miliknya.”
“Bagaimana jika Vega menemukannya lebih dulu, Tuan?”
“Dia telah memberinya waktu enam bulan untuk menghilang. Itu adalah kesalahan fatal seorang King,” ujar Rommy, matanya bersinar penuh perhitungan. “Wanita itu sekarang berada di Indonesia. Di daerah terpencil, sendirian, dan hamil. Dia membutuhkan perlindungan, dan aku akan memberikannya. Aku akan menjadi pahlawan baginya, sebelum aku menggunakan dia dan anak itu untuk menghancurkan Vega Xylos.”
Rommy menunjuk ke peta digital di tablet Ivan, tepat di titik yang sama dengan yang ditunjuk Vega Xylos beberapa jam sebelumnya. Sebuah perburuan ganda kini resmi dimulai, namun kali ini, Rommy selangkah lebih dekat karena memiliki koneksi ke masa lalu Megan. Ia hanya butuh waktu. Dan Megan, yang baru saja menemukan tempat persembunyian baru, tidak menyadari bahwa ia baru saja pindah dari sangkar Vega ke mulut buaya Rommy. Yang lebih licik.
...****************...
Di sebuah kota kecil yang dipagari hutan lebat, Megan sedang membersihkan bulu kelinci di sebuah peternakan sederhana. Perutnya sudah membesar. Ia merasa aman dan terlindungi oleh kabut dan isolasi alam. Ia tidak tahu bahwa kedua bos mafia paling berbahaya di dunia sedang bergerak cepat menuju lokasinya, masing-masing dengan rencana untuk mengambil kembali dirinya dan putranya.
Rommy Ivanov mengirimkan tim intelijen elitnya, yang dipimpin oleh seorang mantan agen rahasia yang ahli dalam menyamar sebagai dermawan. Mereka mulai menyaring setiap informasi di kota-kota terpencil, mencari wanita hamil yang bekerja keras di peternakan. Mereka tidak akan mencari dengan kekerasan, melainkan dengan janji kemakmuran.
Di sisi lain, tim 'Phantom Hunters' Vega Xylos baru saja mendarat di Jakarta, siap menyebarkan jaring kekerasan dan uang tunai untuk memaksa pengakuan. Mereka mencari jejak 'hantu' yang Vega ingin rebut kembali. Pertempuran memperebutkan Megan telah berubah dari perburuan menjadi perlombaan.
Megan, yang baru saja selesai bekerja, tersenyum pada janin di perutnya. “Kita aman, Sayang. Mereka tidak akan menemukan kita.”
Namun, di balik senyumnya, bahaya Rommy Ivanov semakin mendekat, sementara Vega Xylos semakin murka karena Megan tetap menjadi misteri yang harus dipecahkan.