Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.
Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun?
Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Boqin Changing akhirnya mengerti. Inilah pertempuran yang menyebabkan gurunya terluka parah dan kemudian ditemukan oleh ayahnya dalam kondisi sekarat di sekitar ladang mereka. Pertarungan ini benar-benar tidak seimbang. Sepuluh orang pria berpakaian hitam mengepung gurunya dengan formasi mengunci. Mereka jelas bukan lawan biasa.
Dengan tenang, Boqin Changing mengamati dari kejauhan dan mulai menganalisis situasi. Meski secara teori ia tak seharusnya bisa membaca kekuatan para pendekar yang berada di ranah lebih tinggi darinya, Boqin Changing memiliki kekuatan unik bernama Teknik Mata Dewa. Teknik ini kemampuan istimewa yang telah ia pelajari kembali dalam kehidupan keduanya ini. Dengan teknik ini, ia bisa melihat jelas ranah kultivasi masing-masing lawannya
"Satu pendekar raja. Dua pendekar ahli. Tujuh pendekar menengah."
Boqin Changing lalu mengevaluasi situasi yang terjadi. Tujuh pendekar menengah bukanlah ancaman besar. Bahkan jika ia menghadapi mereka sendirian, ia yakin bisa menang tanpa banyak luka. Tapi dua pendekar ahli, ditambah satu pendekar raja, adalah kombinasi yang mematikan. Jika ia nekat bertarung jarak dekat, risikonya terlalu besar.
Logika Boqin Changing mengatakan satu hal, jangan ikut campur. Ia tahu bahwa sejarah mencatat gurunya memang akan selamat dari pertempuran ini, meskipun terluka parah. Esok hari, seperti yang tertulis dalam ingatannya, pria itu akan ditemukan pingsan oleh ayahnya di ladang mereka. Namun hati kecilnya menolak untuk hanya menonton.
Di hadapannya, pria paruh baya itu, pendekar berjubah dengan lambang dua pedang bersilang di dadanya, terus berjuang. Dua pedangnya bergerak cepat, menahan hujan serangan dari segala arah. Beberapa luka mulai terlihat. Darah merembes dari lengannya, tapi matanya tetap tajam.
“Gelombang Tebasan Neraka!” serunya.
Ledakan besar terjadi, menyapu beberapa musuh yang terlalu dekat. Boqin Changing mengenali jurus itu. Di kehidupan sebelumnya, itu adalah salah satu jurus yang pernah ia pelajari langsung dari sang guru. Melihatnya kembali sekarang, membuat hatinya bergetar. Semua kenangan itu kembali, pengorbanan, pelatihan, canda tawa dan rasa sakit yang mereka alami berdua.
“Aku tidak bisa diam saja.” gumam Boqin Changing, suaranya rendah namun penuh tekad.
Ia bergerak cepat. Melompat ke pohon tertinggi di sekitar lokasi, lalu mengeluarkan ketapel kayu dari balik pinggangnya. Senjata ini, meski terlihat seperti mainan anak-anak, sudah ia modifikasi dengan cermat. Selama setahun terakhir, Boqin Changing menggunakan ketapel dan pisau sebagai senjata utama saat menjelajahi hutan.
Sambil berlari, ia memungut beberapa batu kecil di tanah. Tangannya bergerak cepat dan terlatih.
Setelah mendapatkan cukup batu, ia duduk di atas dahan pohon dan membidik dengan tenang. Target pertamanya adalah para pendekar menengah. Mereka adalah titik lemah dari formasi musuh.
Boqin Changing mengaktifkan jurus miliknya, sebuah teknik jarak jauh yang diwariskan dari salah satu pasukan pemanah elitnya di masa lalu. Dengan mengalirkan tenaga dalam ke dalam batu, ia menciptakan tekanan dahsyat yang bisa menembus pertahanan musuh.
“Ledakan Bintang”
Wussssh!
Batu pertama meluncur. Menyasar kepala salah satu pendekar menengah yang sedang lengah.
Duarrr! Kepalanya pecah seketika.
Sebelum yang lain menyadari apa yang terjadi, batu kedua, ketiga, dan keempat melesat beruntun.
Duarrr! Duarrr! Duarrr!
Satu per satu para pendekar menengah tumbang, kepala mereka hancur oleh lemparan mematikan yang datang dari arah yang tak mereka duga.
Rasa takut mulai muncul. Kelompok berpakaian hitam mulai panik. Mereka mencari-cari arah datangnya serangan, tapi tidak menemukan apa-apa. Boqin Changing seakan menyatu dengan bayangan dan pepohonan.
Kini hanya tersisa satu pendekar ahli dan satu pendekar raja.
Boqin Changing menarik napas dalam-dalam. Target berikutnya adalah pendekar ahli. Tapi berbeda dengan para pendekar menengah, serangan biasa tak akan cukup untuk menjatuhkan mereka. Mereka lebih cepat, lebih kuat, dan jauh lebih waspada.
Ia mengganti strategi. Kali ini, tiga batu sekaligus ia masukkan ke ketapelnya.
“Ledakan Bintang Senja!”
Satu batu meluncur lebih dulu. Pendekar ahli mengangkat pedangnya, menangkisnya dengan mudah, namun wajahnya berubah. Tangannya sedikit gemetar akibat benturan tadi.
Batu kedua datang menyambar, menghantam pergelangan tangan kanannya.
Clang! Pedangnya terlepas.
Dan saat ia hendak mundur, batu ketiga menyambut dari sisi lain, menghantam pelipisnya.
Duarrr! Tubuh itu terhempas ke tanah. Ia mati seketika.
Kini hanya tersisa satu pendekar ahli dan satu pendekar raja. Sang guru dan kedua lawannya memperbesar jarak, saling menilai ulang kekuatan masing-masing. Sorot mata para pria berpakaian hitam kini tak lagi percaya diri. Jelas ada penyerang gelap yang sangat mematikan sedang mengincar mereka.
Sementara itu, di atas pohon, Boqin Changing hanya tersenyum tipis.
“Kau tidak sendirian, Guru.”