NovelToon NovelToon
SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi / Permainan Kematian / Sistem
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: chiisan kasih

Kinara, seorang pejuang akademis yang jiwanya direnggut oleh ambisi, mendapati kematiannya bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah misi mustahil. Terjebak dalam "Sistem Koreksi Generasi: Jalur Fana", ia ditransmigrasikan ke dalam raga Aira Nadine, seorang mahasiswi primadona Universitas Cendekia Nusantara (UCN) yang karier akademis dan reputasinya hancur lebur akibat skandal digital. Dengan ancaman penghapusan jiwa secara permanen, Kinara—kini Aira—dipaksa memainkan peran antagonis yang harus ia tebus. Misinya: meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna dan "menaklukkan" lima pria yang menjadi pilar kekuasaan di UCN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiisan kasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KONSEKUENSI PENGKHIANATAN

Ketukan di kaca mobil itu bukan sekadar ketukan; itu adalah genderang perang yang dimainkan oleh Penjaga Data. Aku tahu, hanya dalam hitungan detik, Serena akan memerintahkan kedua pengawal besarnya untuk menghancurkan kaca dan mengambil tablet itu dan mungkin juga jiwaku.

Aku menekan tombol kunci sentral, memastikan pintu terkunci. Ini adalah pertarungan mental, dan jika aku tidak bisa mengalahkannya dengan kata-kata, aku harus mengulur waktu sampai Pak Arka tiba, atau sampai Sistem memberiku ide gila yang bisa menyelamatkanku.

Aku menurunkan sedikit kaca jendela, cukup untuk dialog, tetapi tidak cukup untuk tangan bisa masuk. Aroma parfum mahal Serena, kontras dengan udara dingin malam itu, menyengat hidungku.

“Kau melanggar kesepakatan, Amara,” kata Serena, suaranya pelan dan menusuk.

“Kau tidak seharusnya mengakses Arsip Terlarang. Itu adalah wilayah Mastermind. Kau sudah terlalu dalam.”

Aku memegang erat tablet Surya. “Aku tidak melanggar kesepakatan, Serena. Aku menggunakan alat yang diberikan investor kepadaku. Bukankah Pak Surya sendiri yang bilang: ‘gunakan dengan bijak’? Apakah bijak itu berarti harus menutup mata pada kebenaran, terutama pada file bernama ‘Proyek Seleksi Generasi: Penghancuran Variabel Fana A/S’?”

Wajah Serena mengeras. Dia terkejut aku tahu judul file itu. “Itu data yang rusak. Hanya kode internal. Kau mencoba menafsirkan kode yang kau tidak mengerti.”

“Aku mengerti, Serena. Aku adalah ‘Variabel Fana A/S’ yang kau hancurkan. A/S, Amara/Serena. Proyek Seleksi Generasi bukan tentang memilih yang terbaik; itu tentang membuang yang mengancam posisimu. Kau tidak peduli pada Sistem Koreksi. Kau hanya cemburu.”

“Cemburu?” Serena tertawa, tawa yang terdengar seperti pecahan es. “Kau pikir aku, yang memiliki IPK sempurna, yang diakui oleh seluruh fakultas dan dewan direksi, cemburu pada residu sosial sepertimu? Kinara, kau selalu melebih-lebihkan dirimu.”

Aku menggeleng. “Tidak, Serena. Justru kau yang meremehkan dirimu. Kau sempurna, tetapi kau rapuh. Kau tahu, di mata Mastermind dan Bapak Surya, mahasiswa yang sempurna itu mudah ditebak. Mereka adalah budak yang berharga. Sedangkan Amara yang lama dia adalah variabel yang tidak bisa mereka beli, karena dia tidak peduli pada uang atau reputasi. Dan itulah yang kau benci darinya.”

“Aku tidak benci Amara!” teriak Serena, untuk pertama kalinya nadanya pecah. “Aku hanya ingin dia berada di tempatnya. Tempat di mana dia tidak mengacaukan rencana besar yang telah kubangun sejak aku diadopsi! Aku yang bekerja keras, aku yang belajar, aku yang patuh pada sistem, dan dia selalu saja menjadi pusat perhatian dengan masalah-masalahnya yang konyol!”

“Jadi, kau menghancurkannya untuk meredam kebisingan?” tanyaku sinis.

“Kau merusak IPK-nya, kau membiarkannya tenggelam dalam utang judi, kau mengatur skandal media sosialnya, semua agar dia menjadi Antagonis Terbuang yang sempurna. Agar kau bisa bersinar tanpa bayangan? Kau adalah monster yang diciptakan oleh idealisme palsu, Serena. Dan sistem yang kau jaga, sistem ranking yang kau puja, adalah senjata utamamu.”

Aku melihat salah satu pria besar di belakang Serena mulai bergerak, tangannya merogoh saku jaketnya.

“Sudah cukup filosofi murahanmu, Kinara. Berikan tablet itu, atau aku akan membiarkan mereka mengambilnya. Dan percayalah, prosesnya akan jauh lebih menyakitkan daripada skandal media sosial mana pun.”

Tiba-tiba, dari kegelapan di belakang Serena, terdengar suara bariton yang dingin dan familiar.

“Tahan. Jangan ada yang bergerak.”

Semua orang menoleh. Itu Rendra, Ketua BEM (Target 2). Dia tidak sendirian. Di belakangnya, berdiri tiga anggota BEM yang kukenal sebagai loyalisnya, meskipun wajah mereka tampak bingung dan tertekan.

Serena berbalik, terkejut. “Rendra? Apa yang kau lakukan di sini? Ini bukan urusan BEM.”

Rendra berjalan mendekat, tatapannya terfokus pada dua pria asing yang bersama Serena.

“Tentu saja ini urusan BEM, Serena. Ini adalah properti kampus. Dan siapa dua pria ini? Mereka tidak terdaftar sebagai keamanan universitas.”

“Mereka adalah keamanan pribadi Pak Surya,” Serena berbohong dengan cepat.

“Mereka sedang mengurus masalah pribadi yang melibatkan Amara.”

“Masalah pribadi yang memerlukan pemecahan kaca mobil di tengah malam?” Rendra mendengus.

“Aku sudah mendengar cukup banyak, Serena. Sejak debat internal, aku terus mengamati pergerakanmu. Aku tahu kau mencoba menekan Amara. Dan malam ini, kau melangkah terlalu jauh.”

Kinara, dari dalam mobil, merasa gelombang kejutan menjalar di tubuhnya. Rendra datang. Rendra, si otoriter yang ingin menjatuhkanku dalam debat, kini melindungiku.

Serena mengecilkan suaranya, mencoba bernegosiasi. “Rendra, kau adalah Target 2 dari Sistem Koreksi. Kau harusnya tahu, beberapa variabel harus disingkirkan agar sistem tetap bersih. Jangan campuri urusan Mastermind.”

Rendra mendengus. “Aku peduli pada sistem, Serena, tetapi aku peduli pada integritas sistem. Aku mungkin keras, aku mungkin otoriter, tetapi aku tidak pernah menggunakan kekerasan atau kebohongan untuk mencapai tujuanku. Aku selalu percaya pada persaingan yang adil. Apa yang kau lakukan pada Amara menghancurkannya dari dalam agar dia gagal itu bukan persaingan. Itu adalah pengkhianatan terhadap prinsip dasar pendidikan.”

“Kau naif,” potong Serena tajam.

“Kau kira sistem ranking ini adil? Ini adalah seleksi alam, Rendra. Jika Amara terlalu lemah untuk bertahan dari sedikit manipulasi, dia memang pantas dibuang. Dan kau, jika kau berani melindunginya, kau akan dibuang bersamanya.”

Rendra menatap Kinara, yang masih berada di balik kaca mobil. “Amara, buka pintunya. Berikan padaku data itu. Aku akan menyimpannya. Serena tidak akan berani mengambilnya dariku di hadapan saksi.”

Kinara ragu. Mempercayai Rendra adalah sebuah risiko besar. Dia adalah Target 2, pria yang baru saja mencoba menghancurkanku di panggung retorika. Tapi Serena, dengan dua preman di belakangnya, adalah ancaman fisik yang tak terhindarkan.

“Kenapa kau membantuku, Rendra?” tanyaku, suaraku bergema dari celah kaca.

Rendra menghela napas, ekspresinya kompleks. “Karena kau membuktikan tesismu benar, Amara. Aku membencimu karena kau mengkritik BEM-ku. Tapi kau melakukannya di panggung terbuka, menggunakan argumen. Kau bertarung dengan aturan. Serena tidak. Serena menggunakan cara kotor. Jika sistem kita tidak bisa melindungi mahasiswi dari serangan fisik yang diatur oleh internal, maka BEM-ku tidak berguna.”

Dia melangkah lebih dekat. “Aku tidak membelamu karena aku menyukaimu, Amara. Aku membelamu karena kau adalah bukti bahwa integritasku masih tersisa. Aku tidak akan membiarkanmu dihancurkan oleh pengecut sepertinya.”

Kinara mengambil keputusan. Risiko mempercayai Rendra lebih rendah daripada risiko menghadapi dua preman yang diutus Serena.

Aku membuka kunci mobil, dan Rendra segera membuka pintu pengemudi. Aku menyerahkan tablet itu padanya. “Ini berisi data arsip internal. 'Proyek Seleksi Generasi'. Jaga baik-baik, Rendra. Ini bukan hanya tentang Amara.”

“Akan kujaga,” janji Rendra, matanya lurus dan tegas. Dia menutup pintu mobilku, lalu berbalik menghadap Serena, memegang tablet mahal itu seperti perisai.

“Serena, aku memiliki bukti ini sekarang. Jika ada hal buruk yang terjadi pada Amara atau tablet ini, aku akan membocorkan data ini melalui jaringan BEM ke media independen. Aku bersumpah, aku akan menghancurkan reputasimu yang sempurna dalam hitungan jam.”

Serena menatap Rendra dengan kebencian yang mendalam. “Kau mengkhianati Mastermind, Rendra. Kau akan menyesalinya. Kau merusak karier politikmu sendiri.”

“Karier politik yang didirikan di atas kebohongan tidak layak dipertahankan,” balas Rendra, suaranya tenang.

“Aku bukan lagi Ketua BEM yang otoriter yang kau kenal, Serena. Kinara telah mengajariku bahwa kekuasaan tanpa moralitas adalah tirani. Dan aku tidak akan menjadi tiran.”

Wajah Serena benar-benar pucat. Dia kehilangan kendali. Dia kehilangan data. Dan yang paling penting, dia kehilangan sekutu yang paling kuat di kalangan mahasiswa.

“Kita pergi,” perintah Serena kepada kedua pengawalnya, suaranya tercekat. Dia melemparkan tatapan mematikan terakhir kepada Kinara.

“Permainanmu belum berakhir, Kinara. Tapi ini baru saja dimulai. Kau tidak bisa lari dari takdir Amara.”

Serena dan pengawalnya mundur, menghilang kembali ke malam yang gelap, menuju Gala yang gemerlap.

Keheningan kembali menyelimuti area parkir. Anggota BEM yang menemani Rendra terlihat kebingungan, tetapi mereka tetap diam, loyal pada pemimpin mereka.

Rendra kembali ke mobilku, wajahnya dipenuhi keringat dingin. Dia mengetuk kaca, dan aku menurunkannya lagi.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya, nadanya tidak lagi formal atau otoriter, tetapi khawatir.

“Aku baik-baik saja. Terima kasih, Rendra. Kau menyelamatkanku dari situasi yang sangat buruk.”

“Aku menyelamatkan diriku sendiri, Amara. Aku tidak ingin menjadi bagian dari sistem yang menghalalkan kekerasan fisik dan manipulasi data. Kau benar. Kita harus melawan sistem yang korup, bukan sekadar saling berebut kekuasaan di BEM.”

Dia menyerahkan tablet itu kembali kepadaku. “Aku akan menyimpan salinan di tempat yang aman, sebagai jaminan. Tapi kau, kau yang harus menggunakan data ini. Kau lebih pintar dariku dalam hal strategi jangka panjang. Aku hanya pandai dalam organisasi dan pertarungan langsung.”

Aku mengambil tablet itu, merasakan koneksi Gold Finger kembali padaku. Aku telah mendapatkan sekutu tak terduga yang paling aku butuhkan untuk melawan Serena: Target 2, Rendra, yang kini menjadi tangan kananku di organisasi mahasiswa.

Tiba-tiba, ponselku berdering. Itu Pak Arka.

“Amara, di mana kau? Pesanmu terdengar mendesak. Apakah kau baik-baik saja?” suara Pak Arka terdengar panik di telepon.

“Saya baik-baik saja, Pak Arka. Maaf membuat Bapak khawatir. Situasi sudah terkendali. Justru, saya baru saja mendapatkan amunisi baru untuk Debat Nasional. Data yang sangat sensitif tentang Yayasan Surya.”

Aku melirik Rendra yang mengangguk. Dia mengerti bahwa Pak Arka harus dilibatkan, namun ia harus tetap berada dalam jalur akademis.

“Saya akan ke kantor Bapak sekarang. Saya harus segera mempresentasikan kepada Bapak apa itu ‘Proyek Seleksi Generasi’,” tutupku.

Aku menoleh ke Rendra. “Kita punya aliansi, Rendra. Aliansi yang sangat rapuh. Tapi kita akan menggunakan organisasi BEM-mu, dan data Surya ini, untuk membersihkan namaku, dan pada saat yang sama, menjatuhkan Serena.”

“Apa yang harus kulakukan?” tanyanya, kini sepenuhnya tunduk pada rencana Kinara.

“Kau harus kembali ke BEM dan mulai memperbaiki citramu. Buktikan kepada semua orang bahwa BEM bukan lagi sarang otoritarianisme, tetapi benteng integritas. Kau harus mendapatkan kembali dukungan publik, Rendra. Karena perang kita bukan lagi di ruang debat. Perang kita adalah perang opini publik.”

Saat Rendra pergi bersama loyalisnya, notifikasi Sistem akhirnya muncul, mengkonfirmasi kemenangan moral ini.

[Misi Seri 2: Pemberontakan Senyap – Selesai! Target 2 (Rendra) berhasil ditaklukkan (Status: Aliansi Terbentuk). Anda berhasil membongkar struktur perundungan kecil (manipulasi data Amara). Reputasi Amara meningkat di mata publik kampus (Faktor Keberanian). Reward Point: +500.]

[Fase Baru Dimulai: Seri 3: Emas dan Aliansi Tak Terduga (Bab 31–45). Fokus: Penggunaan Gold Finger dan Pelatihan oleh Target 1 (Pak Arka) untuk Debat Nasional.]

Aku menyalakan mobil, menatap refleksi Amara di kaca spion. Wajah itu kini terlihat lebih kuat, lebih tajam, tidak lagi menampilkan kelelahan seorang Antagonis Terbuang.

Aku telah menggunakan utang judi Amara untuk membuka kunci korupsi korporat. Aku telah menggunakan kecemburuan Serena untuk mendapatkan sekutu yang kuat. Aku telah menggunakan sistem ranking untuk menemukan lubang di dalamnya.

Malam ini, aku bukan hanya selamat. Aku memenangkan babak krusial. Tetapi di kejauhan, aku tahu, Mastermind sedang mengawasi, dan Serena sedang mempersiapkan jebakan plagiarisme yang akan datang, seperti yang telah kulihat dalam ringkasan misi di depan.

Aku mengemudi menuju kantor Pak Arka, siap untuk membongkar data Surya, menyadari sepenuhnya bahwa Gold Finger yang baru saja menyelamatkanku ini juga adalah pisau bermata dua yang diawasi ketat oleh musuh terbesar.

1
Tara
ini system kok kaga bantuin. kasih solusi kek bukan cuman ngancam aja🤭😱🫣
Tara: betul betul betul...baru kali ini ada system absurd😱😅🤔🫣
total 2 replies
Deto Opya
keren sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!