Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 # Sayatan Hati
Keduanya kemudian mulai menikmati makan siang mereka, lebih tepatnya makan siang yang sudah terlambat. Melihat Leo, Dio dan Aldo di meja makan bersama Rega membuatnya tidak terlalu ambil pusing dengan adanya Karin yang ikut makan siang.
Deg
Aldo baru saja kembali dari toilet saat melihat dua perempuan yang sedang duduk manis menikmati makan siangnya, salah satunya cukup dia kenal karena Rhea adalah tunangan atasannya. Dia melihat kearah Rhea dan bergantian melihat kearah Rega yang duduk di samping Karin. Di dalam bahkan ada sahabat-sahabat Rega yang tidak lain adalah Leo dan Dio, meskipun mereka ada di sana untuk membicarakan tentang pekerjaan. Namun tetap saja ada yang membuat Aldo merasa tidak enak hati saat melihat tunangan bosnya ada di sana.
Aldo menghela napas kasar. “Kenapa aku harus ada diantara masalah pelik mereka,” batinnya.
Aldo kemudian kembali duduk bersama dengan Rega dan yang lainnya, namun tingkahnya yang mencurigakan membuat Rega menatap sang asisten penuh selidik.
Byuur
Dio baru saja menyemburkan air mineral yang dia minum.
Plak
Leo menggeplak lengan Dio. “Jorok,” ucapnya.
“Sorry, Leo. Aku kaget,” ucapnya sambil menunjukkan unggahan story milik Almira, Leo hanya diam tidak berekspresi dan kembali menegak jus jeruk miliknya.
Rega masih memperhatikan Aldo yang netranya mengarah ke suatu tempat.
Rega mengerutkan dahinya, dia mengikuti arah pandang Aldo. “Rhea!” batinnya, dia kemudian langsung membuka ponselnya. Rega lupa membalas chat yang Rhea kirimkan dari semenjak sebelum makan siang, namun dia justru terkejut karena Rhea sudah menghapus pesan yang tadi di kirim tunangannya tersebut.
Bersamaan dengan itu, Dio mengirim screen shot unggahan Almira pada Rega. Tanpa menunggu lama pria tersebut membuka pesan yang di kirim sahabatnya tersebut.
Rega menghela napas, ada rasa bersalah dalam benaknya. Dia kemudian beranjak dari kursinya. “Gue ke depan sebentar,” ucapnya pada Leo dan yang lain.
Leo hanya mengangguk, sebenarnya dari tadi dia memang sudah tahu ada Rhea dan Almira di sana. Leo melihat sekertarisnya yang tidak lain dalah Almira yang baru masuk ke dalam restoran yang sama dengan mereka, Leo hanya diam karena dia tidak ingin ikut campur kecuali sahabatnya tersebut sudah sangat keterlaluan barulah dia akan bertindak. Karena saat ini dia di sana dengan Rega karena ingin membahas kerjasama pribadi dengan sahabatnya tersebut.
Rhea dan Almira terkejut saat tiba-tiba seorang pria duduk tempat di samping kursi yang di tempati Rhea. “Kenapa tidak bilang kalau mau makan siang di sini?” tanyanya pada Rhea.
Rhea menoleh. “Aku tidak mau menganggu kak Rega, sepertinya kakak sedang sibuk.” Rhea melirik kearah meja yang di sana ada Karin dan yang lainnya.
Rega memainkan rambut Rhea yang di kuncir, entah kenapa dia suka sekali memilin rambut milik Rhea tersebut.
“Sorry, Rhea. Gue lupa membalas pesan,” ucap Rega.
Rhea tersenyum penuh hangat pada Rega, bukan Rhea kalau tidak bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan. “Tidak apa-apa, lagi pula ada Almira. Kami juga sudah selesai makan siang,” jawabnya pada Rega. “Iya kan, Ra?” tanyanya pada Almira.
“Heum,” ketus Almira menatap Rega.
Rhea melihat arlojinya. “Aku balik rumah sakit dulu, kak. Waktu makan siangku sudah habis,” Rhea kemudian berdiri dari tempat duduknya, kebetulan sekali memang dia dan Almira sudah menghabiskan makan siang mereka.
“Biar gue yang bayar,” ucap Rega saat Rhea mengeluarkan ATM dari dompetnya, Rhea mengangguk.
Rega kemudian ikut berdiri, dia menepuk puncak kepala Rhea. “Hati-hati di jalan,” ucapnya lembut.
Rega menuju kasir untuk membayar makan siang Rhea dan Almira, setelahnya dia mengantar Rhea sampai pintu restoran.
“Aku balik dulu, kak. Kak Rega antar sampai sini saja, kasihan Karin dan yang lain menunggu.”
Rega mengangguk, dia mengusap pipi Rhea dengan lembut. Kemudian membiarkan tunangannya tersebut menuju parkiran di mana Almira sudah lebih dulu masuk dan menyalakan mobil.
Jangan salahkan Rhea yang selalu menjadi lemah di hadapan Rega, act of servicenya yang selalu membuat Rhea melambung. Dia selalu berusaha berpikir positif jika itu tentang Rega, bukan baru satu atau dua bulan mereka bertunangan. Tapi hampir satu tahun lamanya mereka bertunangan, bahkan mama Indah yang tidak lain adalah mama Rega selalu meminta keduanya untuk segera menikah. Namun Rega selalu punya alasan untuk menundanya, Rhea bahkan tidak protes dengan semua alasan yang Rega katakan.
Di dalam mobil Almira terus menggerutu, rasanya dia ingin mengumpati Rega saat tadi pria itu ada di hadapannya. Kalau saja Rhea tidak menahannya, sudah pasti segala umpatan dan sumpah serapah Almira keluarkan pada Rega tadi.
“Harusnya tadi kamu biarkan aku maki-maki dia, Rhe. Kesel banget aku,” kesal Almira memukul stir mobil yang dia kemudikan.
Rhea justru terkekeh, dia mengusap lengan Almira. “Jangan marah-marah terus. Keriput kamu nanti,”
“Ck … kamu tanggung jawab bayarin aku perawatan. Biar begini aku tu belain kamu,” jawab Almira.
“Siap bu bos. Mau perawatan di mana gaskeun,” keduanya terkekeh bersama, hingga tidak terasa mobil yang Almira kendarai sudah sampai di lobby UGD.
“Rhea,” panggil Almira sebelum Rhea membuka pintu dan turun dari mobil.
“Ya?”
“Apapun yang terbaik untukmu aku akan selalu mendukung. Kali ini aku mohon, Rhea. Tanyakan pada hatimu yang paling dalam, kebahagiaanmu lebih penting dari kebahagian orang lain. Aku mengenalmu lebih dari apapun,” tatap Almira dengan sendu kearah sahabatnya.
Rhea menatap Almira, dia meraih tangan sahabatnya tersebut. Rhea menepuk punggung tangan Almira dengan lembut. “Aku tahu, Ra. Sebentar lagi, Ra. Tunggu sebentar lagi, kamu akan mengerti kenapa aku masih bertahan sampai saat ini. Aku hanya memberi waktu kak Rega untuk menyelami hatinya,” jawab Rhea.
Rhea memeluk Almira, dia mengusap punggung sahabatnya itu dengan lembut. “Harusnya aku yang menangis, Ra. Kenapa jadi kamu? Apa aku terlihat sangat menyedihkan sampai harus kamu tangisi?” ucapnya.
“Aku hanya punya kamu Rhea. Keluarga yang aku anggap keluarga bahkan membuatku terluka, tapi kamu? Kamu hanya orang asing yang ternyata menjadi keluarga untukku, aku tidak akan pernah rela jika ada yang menyakitimu. Bagiku kamu lebih dari sekedar sahabat atau keluarga,” Rhea memang segalanya bagi Almira, disaat semua orang mengucilkannya hanya Rhea yang meraih tangannya dengan tulus tanpa memandang siapa dan dari mana Almira berasal.
“Siap komandan,” keduanya kemudian tertawa, sungguh drama sekali siang itu mereka berdua. “Aku turun dulu, Ra. Kamu hati-hati, jangan lupa berkabar kalau sudah sampai kantor.”
“Oke,”
Rhea turun dari mobil, dia kembali keruangannya untuk kembali bertugas. Scrub suit sudah kembali dia kenakan, flat shoesnya sudah berganti dengan crocs yang biasa dia pakai saat bertugas di UGD.
Dia kembali dengan rutinitasnya sebagai dokter UGD bersama perawat yang akan selalu setia mendampingnya memeriksa dan mendiagnosa pasien yang baru saja datang ke UGD.
“Sore mbak Gita,” dengan senyum lebar dia menyapa mbak Gita, perawat yang selalu menemani Rhea saat bertugas di UGD.
“Sore juga dokter Rhea. Habis dapat asupan apa nih, dok? Bahagia banget,” ucap mbak Gita.
“Dapat asupan makan siang dong, mbak. Biar tetap semangat,” jawabnya dengan senyum merekah seperti biasanya, tidak ada yang tahu jika hatinya tengah menyimpan luka.
Dia terbiasa melihat luka dalam bentuk apapun, termasuk luka sobekan yang harus dia jahit agar kembali tertutup. Jika luka akibat sayatan pisau atau cutter, atau juga luka sobekan akibat incident bisa dia tutup dengan jahitan benang medis akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Meskipun bekas jahitan akan nampak, namun ada banyak cara dan banya obat di masa modern seperti ini untuk bisa menyamarkan bekas luka atau bekas jahitan.
Lalu bagaimana jika bekas luka itu menumpuk dalam hati dan pikirannya? Bisakah Rhea menjahitnya dengan benang jahit khusus medis seperti yang biasa dia lakukan pada pasien-pasiennya? Lalu bisakah luka sobekan itu sembuh dalam waktu tidak lebih dari lima bulan? Tidak! Karena luka sayatan yang ada dalam hati Rhea tidak terlihat oleh mata, tidak terjamah oleh tangan dan tidak bisa di jahit dengan benang jahit medis.
di tunggu sepak terjangnya bang Axel buat jungkir balik si Rega yg sedikit extrim ya bang
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂