NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Terulang

Malam kembali turun di Amsterdam. Langit kelam, hujan gerimis turun perlahan, seperti mengulang malam sebelumnya yang belum sempat sembuh.

Ponsel Anna kembali bergetar.

Mr. Jonathan:

“Temui aku di lobi. Sekarang.”

Tanpa bertanya, Anna turun. Di lobi, seperti malam kemarin, Jonathan sudah berdiri. Tapi kali ini, wanita di sampingnya berbeda lagi. Rambut cokelat gelap, mata tajam, dan gaun merah marun yang membungkus tubuh semampainya dengan presisi mencolok.

“Jangan tatap terlalu lama,” gumam Anna dalam hati. “Itu bukan urusanmu.”

Supir perusahaan sudah menunggu dengan mobil di depan.

Pintu dibuka.

Jonathan masuk. Wanita itu menyusul.

Dan Anna? Tanpa pilihan, duduk di samping mereka.

Ruang di kursi belakang menjadi saksi yang terlalu akrab bagi Anna—sekali lagi.

Kursi yang sama. Suasana yang sama.

Hanya wanitanya saja yang berbeda.

Mobil melaju perlahan, menyusuri jalanan basah kota Amsterdam.

Suara tawa lirih mulai terdengar.

Ciuman.

Desahan halus.

Gesekan gaun.

Napas tercekat.

Anna menatap ke luar jendela. Matanya kosong. Wajahnya diam.

“Aku hanya asisten.”

“Aku hanya asisten.”

Dan seperti sebelumnya, Jonathan tidak berkata apa pun. Tidak menolak. Tidak juga terlibat penuh. Ia hanya... membiarkan semuanya terjadi.

Namun kali ini berbeda. Ketika mobil hampir mencapai apartemennya, Jonathan membuka suara.

“Ke Hotel Vondel.”

Anna dan supir sama-sama tidak menoleh.

“Baik, Pak,” jawab supir itu pelan, melanjutkan perjalanan.

Anna menggenggam tablet di pangkuannya lebih erat. Tapi tidak berkata apa pun.

Hotel Vondel – 22.57

Hujan turun sedikit lebih deras saat mobil berhenti di pelataran hotel mewah itu.

Jonathan turun lebih dulu. Lalu wanita itu, masih dengan senyum penuh kepuasan di wajahnya. Mereka tidak saling berpegangan. Tidak ada kalimat manis. Hanya isyarat tangan Jonathan meminta Anna dan supir untuk tetap menunggu.

“Jangan ke mana-mana,” katanya pelan. “Tunggu aku di sini.”

Anna mengangguk kecil.

“Baik, Mr.Jonathan.”

Pintu tertutup.

Dan malam kembali sunyi.

Waktu terus berjalan.

Anna menatap jam tangannya. 23.45

Supir mematikan mesin dan menyandarkan kepala ke kursi.

Di luar, hotel tampak tenang. Tidak ada yang keluar. Tidak ada tanda-tanda Jonathan atau wanita itu.

Hanya hujan yang terus turun.

00.12

Pintu hotel akhirnya terbuka.

Jonathan keluar.

Sendiri.

Tanpa wanita itu.

Langkahnya tenang. Wajahnya datar. Tidak mabuk. Tidak gembira.

Hanya... Jonathan Vanderlicht.

Supir segera turun dan membukakan pintu.

Jonathan masuk ke mobil.

Diam.

Memandang lurus ke depan.

Anna tidak berani bicara. Tidak bertanya. Tidak memberi catatan.

Ia hanya duduk di samping, seperti biasa.

“Ke apartemen,” ucap Jonathan pendek.

Mobil berbelok. Lampu-lampu kota menyapu wajah mereka dengan cahaya dingin.

Dan malam pun berakhir.

Sama seperti sebelumnya.

Hening. Dingin. Dan tanpa penjelasan apa pun.

Pagi hari di rumah keluarga Magie

Dimulai seperti biasa—hangat, damai, dan penuh rutinitas kecil yang tak pernah berubah sejak Anna masih sekolah.

Rumah mereka terletak di pinggiran Amsterdam, dengan halaman kecil dan pagar kayu yang mulai memudar warnanya. Di dapur, aroma kopi dan roti panggang menyambut pagi, bersama suara radio tua yang memutar lagu-lagu Belanda klasik.

“Anna, kau tidak mau makan dulu?” suara lembut sang ibu, Isabell, terdengar dari meja makan.

Anna yang baru keluar dari kamar mandi mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. “Nanti, Ma. Aku cuma minum kopi.”

Ayahnya, Andrew, sedang membaca berita di tablet. Tapi saat melihat Anna duduk, ia langsung menyapanya dengan senyum bangga.

“Kau terlihat seperti orang penting sekarang. Sibuk sekali, ya? Anak Ayah sudah kerja di perusahaan besar.”

Anna tersenyum kecil sambil menyeruput kopinya. “Aku hanya staf biasa, Yah. Asisten pribadi.”

“Tapi bukan asisten sembarangan,” timpal ibunya, “Kau bekerja langsung dengan CEO besar itu... siapa namanya? Mr. Jonathan?”

Anna mengangguk sambil tersenyum tipis. “Jonathan Vanderlicht.” Ternag Anna

“Mama sempat lihat dia di berita. Wajahnya... dingin sekali ya. Tapi tampan,” goda sang ibu.

Ayahnya tertawa. “Dingin tapi jenius. Itu jenis pemimpin yang dibutuhkan perusahaan sekarang.”

Anna tidak membantah. Ia hanya mengangguk, menyembunyikan rasa yang tak bisa ia bagi—tentang mobil malam itu, tentang wanita yang berbeda tapi skenarionya sama, tentang kursi belakang yang seharusnya tidak pernah ia duduki.

“Perusahaan itu hebat. Tapi yang lebih hebat... adalah kamu, Anna,” ucap ayahnya sambil menepuk tangan putrinya pelan.

Anna tersenyum tulus. “Terima kasih, Yah... Ma.”

Meski senyumnya hangat, hatinya terasa aneh.

Ada dua dunia yang kini ia jalani:

Satu dunia bernama rumah—tempat ia bisa jadi dirinya sendiri.

Dan satu lagi bernama Amstel Core Group—tempat ia harus jadi bayangan pria yang sangat tak terduga-duga, dingin,misterius dan mesum.

Setidaknya itulah yang ada dipikiran Anna tentang Jonathan sekarang.

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!