NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan Karena Warga

Nikah Dadakan Karena Warga

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anjay22

Reva Maharani kabur dari rumahnya karena di paksa menikah dengan pak Renggo ,ketika di kota Reva di tuduh berbuat asusila dengan Serang pria yang tidak di kenalnya ,bernama RAka Wijaya ,dan warga menikahkan mereka ,mereka tidak ada pilihan selain menerima pernikahan itu ,bagaimana perjalan rumah tangga mereka yang berawal tidak saling mengenal ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pacaran setelah menikah

Malam ini adalah malam Minggu ,Raka dan Reva berencana pergi nonton , untuk Pertama kalinya mereka pergi nonton *berdua*—bukan sebagai orang asing ,bukan sebagai calon suami-istri yang masih malu-malu, tapi sebagai suami dan istri yang sah di mata Tuhan, negara, dan—yang paling penting—di mata satu sama lain.

“Kamu yakin mau nonton *horor*,Mas ?” tanya Reva, menyilangkan tangan di depan dada, alisnya terangkat. Matanya berbinar, tapi ada semburat ragu di balik senyumnya.

“Aku takut, lho. Nanti malam mimpi buruk, terus nangis di pelukanmu… eh, maksudku—” Ia tergagap, wajahnya memerah. “Aku maksudnya… kalau aku nangis, kamu jangan ketawa, ya?”

Raka tertawa kecil, suaranya hangat seperti secangkir susu hangat di malam musim hujan. “Aku malah berharap kamu nangis. Biar aku bisa peluk kamu erat-erat di bioskop gelap, terus orang-orang kira kita lagi nonton film romantis, bukan horor.”

Reva melempar bantal kecil ke arahnya. “Dasar! Baru juga belum ada setahun nikah, udah jadi playboy.”

“Playboy yang cuma punya satu penonton tetap,” balas Raka sambil menangkap bantal itu dan meletakkannya di sampingnya, seolah menyediakan tempat untuk Reva duduk. “Dan penontonku itu cantik banget, sampai aku lupa judul filmnya tadi.”

Reva mendekat, duduk di sampingnya dengan jarak yang masih terasa seperti zona aman—tapi hanya selebar telapak tangan. Bau parfumnya yang lembut, campuran melati dan vanila, membuat Raka menahan napas sejenak. Mereka belum terbiasa dengan keintiman fisik yang sah ini. Sebelum menikah, mereka memang dekat, tapi selalu menjaga batas. Sekarang, batas itu sudah resmi dihapus, tapi kebiasaan lama masih membekas seperti noda tinta yang sulit hilang.

“Jadi… kita beneran mau pergi?” tanya Reva pelan, matanya menatap Raka dengan campuran antusiasme dan kegugupan.

“Kita udah beli tiket, makan malam udah dipesan, dan aku bahkan udah mandi dua kali biar nggak bau,” jawab Raka sambil berdiri, menawarkan tangannya. “Mau jemputmu kayak pangeran di film-film.”

Reva tertawa, menggenggam tangannya—hangat, sedikit berkeringat, tapi nyaman. “Pangeran yang sepatunya bolong di bagian tumit.”

“Hey! Itu sepatu limited edition!” protes Raka, pura-pura tersinggung.

“Limited edition karena cuma kamu yang mau pakai,” goda Reva, lalu berjalan mendahului ke arah pintu, rambutnya yang tergerai melambai-lambai di punggung.

Di dalam mobil, suasana hening tapi tidak canggung. Mereka saling mencuri pandang sesekali lewat kaca spion atau dari balik layar ponsel yang sebenarnya tidak mereka baca. Lagu lama milik Noah diputar pelan dari speaker mobil—lagu yang mereka dengarkan pertama kali saat jalan-jalan di taman kota

“Kamu ingat nggak, waktu itu kamu bilang kalau kamu nggak suka bioskop karena AC-nya kedinginan?” tanya Raka, tangannya memegang stir dengan santai.

“Iya, terus kamu bilang, ‘Kalau kedinginan, nanti aku peluk kamu.’ Terus aku langsung diam dan pura-pura sibuk lihat daun,” kenang Reva, tersenyum malu.

“Dan sekarang, aku bisa peluk kamu kapan aja. Sah. Legal. Bahkan bisa minta surat keterangan dari KUA kalau perlu,” canda Raka.

Reva tertawa, lalu diam sejenak. “Tapi… aku masih belum terbiasa. Rasanya kayak mimpi. Kayak tiba-tiba jadi milik orang lain… tapi dengan cara yang paling indah tapi memalukan .” mereka berdua nampak tertawa ,bila teringat bagaimana mereka berdua bisa menikah .

Raka menoleh sebentar, matanya lembut. “Kamu nggak jadi milik orang lain, sayang , Kamu jadi bagian dari aku. Dan aku jadi bagian dari kamu. Beda, kan?”

Reva mengangguk pelan, lalu menggenggam tangan Raka yang terletak di antara mereka. “Iya… beda.”

Sampai di bioskop, mereka memilih kursi paling belakang—tempat favorit pasangan muda yang ingin sedikit privasi. Raka membeli dua bucket popcorn besar dan dua gelas cola, meski Reva protes karena takut gemuk.

“Nggak mungkin kamu gemuk. Kamu sempurna,” kata Raka sambil menyodorkan popcorn ke Reva.

“Kata-kata manis itu cuma berlaku sampai aku makan tiga bucket sendirian, ya?” balas Reva, mengambil segenggam popcorn.

Film dimulai. Adegan pertama sudah menegangkan—suara angin, bayangan di jendela, dan lampu yang mati-mati hidup. Reva langsung menarik napas dalam, tangannya mencari lengan Raka tanpa sadar.

“Hei, santai… itu cuma efek suara,” bisik Raka, suaranya rendah dan menenangkan.

“Tapi… itu bayangannya kayak beneran…” gumam Reva, matanya masih menatap layar tapi tubuhnya sedikit mendekat.

Raka tak berkata apa-apa. Ia hanya menggeser tubuhnya sedikit, lalu melingkarkan lengannya di sekitar bahu Reva. Hangat. Aman. Seperti pelukan yang sudah lama ditunggu-tunggu, tapi baru sekarang boleh diberikan tanpa rasa bersalah.

Reva menaruh kepalanya pelan di bahu Raka. “Kamu nggak takut?”

“Aku takut kamu lari keluar bioskop terus ninggalin aku bayar sendirian,” jawab Raka, membuat Reva tertawa kecil.

Tapi tawa itu langsung berubah jadi jeritan kecil saat muncul adegan hantu melompat dari cermin. Reva menutup matanya, wajahnya mengubur di dada Raka.

“Sudah, sudah… lewat,” bisik Raka, mengelus rambutnya perlahan. “Kalau kamu nggak kuat, kita pulang aja. Nonton film lucu di rumah. Atau… kita bisa nonton ulang video akad nikah kita. Itu lebih romantis daripada semua film di dunia.”

Reva mengangkat wajahnya, matanya masih berkaca-kaca tapi tersenyum. “Kamu beneran nonton ulang video akad nikah?”

“Iya. Tiap malam. Pas kamu tidur. Aku nyalain pelan-pelan, terus lihat kamu bilang ‘iya’ dengan suara gemetar. Itu momen paling berani dalam hidup kamu, sayang ”

Reva terdiam. Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Momen paling beraniku bukan pas bilang ‘iya’… tapi pas memutuskan untuk hidup bareng kamu selamanya.”

Raka menatapnya, matanya berkilau dalam gelap bioskop. Ia tak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya menarik Reva sedikit lebih dekat, mencium puncak kepalanya dengan lembut—ciuman yang penuh rasa syukur, cinta, dan janji.

Film berlanjut, tapi mereka tak lagi fokus. Mereka lebih sibuk saling mencuri pandang, saling menyentuh ujung jari, saling tersenyum dalam gelap. Dunia luar—hantu, darah, teriakan—tak lagi penting. Yang penting hanya keberadaan satu sama lain.

Saat film usai dan lampu bioskop menyala, Reva masih enggan melepaskan genggaman tangannya.

“Jadi… ini rasanya jadi pacaran setelah nikah?” tanyanya, sambil berjalan keluar.

“Lebih dari itu,” jawab Raka. “Ini namanya *rumah*. Aku pulang ke kamu, kamu pulang ke aku. Dan malam ini… kita baru saja mulai petualangan pertama sebagai tim.”

Reva tersenyum, lalu berhenti sejenak di depan pintu bioskop. “Kalau begitu… boleh minta satu hal?”

“Apapun.”

“Besok, kita nonton film romantis. Biar giliran kamu yang nangis.”

Raka tertawa, lalu mencium keningnya—pelan, penuh arti. “Deal. Tapi kamu yang harus peluk aku kalau aku nangis.”

“Janji,” bisik Reva.

Dan di bawah lampu jalan yang redup, mereka berjalan beriringan—dua jiwa yang dulu saling menunggu, kini saling memegang tangan, siap menulis ribuan bab berikutnya… bersama.  

Reva merasa bahagia ,walaupun film yang ia tonton membuat bulu kuduknya berdiri ,tapi Raka selalu memeluknya.

1
Napoleon
woop , rasanya gimana tuh Raka manis pasti
Napoleon
Buruk
Napoleon
Kecewa
Jena
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
MayAyunda: terimakasih kak
total 1 replies
kawaiko
Thor, tolong update secepatnya ya! Gak sabar nunggu!
MayAyunda: siap kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!