NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: tamat
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:243.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 15. Polisi Muda vs Dokter Galau

Lampu-lampu halaman menyala terang. Angin malam bertiup pelan, tapi hawa panas masih menggantung di dada Nayaka.

“Nay! Dia pergi! Aylara udah jalanin mobilnya!” teriak Arslan setengah lari, matanya mencari-cari ke arah jalan depan pagar rumah.

Nayaka tak sempat pakai sepatu. Sandal jepit pun disambarnya cepat. Gaunnya terangkat sebelah, tapi dia tidak peduli. Nafasnya berat, dada sesak menahan panik.

“Laraaa! Tunggu dulu! Dengerin penjelasannya dulu! Itu semua bukan kayak yang kelihatan!” teriak Nayaka sekuat tenaga, suaranya serak.

Tapi mobil hitam yang ditumpangi Aylara sudah melesat, hanya menyisakan debu dan suara deru yang makin menjauh.

Dr. Arslan mengepalkan tangan. Wajahnya tegang, tatapannya kosong. Laki-laki itu jarang terlihat emosi, tapi kali ini dia merasa gagal menjaga sesuatu yang penting—dan Nayaka tahu itu.

“Kenapa dia harus datang bareng Kaisar di saat semua orang ngumpul buat bahas hari pernikahan kita?” keluh Nayaka lirih, napasnya memburu, matanya berair.

“Karena orang-orang kayak Elara dan Kaisar selalu merasa dunia milik mereka. Mau masuk di waktu mana pun, seenaknya,” ucap Arslan datar tapi tajam.

Nayaka mendengus kesal. “Aku harus cari dia. Aku nggak bisa diem aja, dia pasti ngerasa dihianatin. Laraku nggak kayak gitu kalau nggak bener-bener hancur.”

Arslan menggeleng pelan. “Kita kejar dia, tapi kamu tetap di sebelahku. Aku yang nyetir.”

Mereka berdua segera masuk ke mobil. Mesin dinyalakan, lampu depan menyorot gelapnya malam. Tapi waktu seperti tidak bersahabat. Mobil Aylara sudah tak terlihat, bahkan bayangannya pun hilang dari jalanan.

“Dia matiin lokasi. Biasanya dia nggak pernah kayak gini,” ujar Nayaka cemas sambil menekan layar ponselnya.

Arslan menatap ke depan, rahangnya mengeras. “Dia pasti ke tempat yang bikin dia ngerasa aman. Orang kayak Aylara nggak bakal nyari masalah. Dia cuma pengen pergi dari semua yang nyakitin.”

Hening beberapa detik. Lalu Nayaka bersandar, suara napasnya bergetar.

“Aku takut dia nggak mau datang di akadku nanti.”

Arslan melirik Nayaka. Tangannya menyentuh kepala perempuan itu perlahan.

“Kalau dia sayang kamu, dia akan balik. Tapi kamu juga harus siap hadapi kenyataan kalau rasa sakitnya nggak sembuh dalam semalam.”

Nayaka hanya mengangguk. Matanya menatap kosong ke jendela.

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, meski tidak ada hujan yang turun. Tapi hati mereka berdua seperti sedang diguyur badai.

JALAN RAYA LINTAS KOTA – TENGAH MALAM

Suara ban melindas aspal terdengar nyaring. Lampu belakang sedan hitam yang dikemudikan Aylara meliuk di antara kendaraan lain.

Tangannya mencengkeram setir, wajahnya tegang, rahangnya mengeras, matanya tak pernah lepas dari jalanan yang membentang panjang dan gelap.

Ia tak peduli klakson dari pengemudi lain. Tak peduli pesan masuk dari Nayaka. Apalagi suara hatinya sendiri yang retak karena pengkhianatan.

Sebuah mobil patroli dengan lampu biru menyala terang muncul di belakangnya, membuntuti dengan kecepatan stabil.

“Pengemudi sedan hitam, silakan menepi! Ini peringatan terakhir!” suara dari speaker mobil polisi menggema di udara.

Aylara mendecih. “Ngapain sih malah ikut-ikutan ngejar. Gua bukan penjahat.”

Tapi ia tetap gas, tak sedikit pun menginjak rem.

Di belakang, Audra Elzhar polisi muda dengan wajah teduh, mata sipit tajam, tubuh tegap tapi rapi, tampak tak kalah fokus. Ia menyipitkan mata sambil menghela napas panjang.

“Cewek bawa mobil jam segini ngebut gila-gilaan, entah habis jambret, entah habis patah hati,” gumamnya.

Ia mengaktifkan sirene, mempercepat mobilnya, dan menekan klakson panjang.

“Woi! Stop dulu, Mbak! Mau jadi Fast & Furious lokal?” serunya sambil memelototkan mata ke arah jalan.

Aylara yang mulai jengkel akhirnya melirik spion.

“Wajahnya... kayak oppa nyasar jadi polantas,” celetuknya sambil tetap tancap gas.

Mobil polisi akhirnya berhasil menyusul dan memepet dari kanan. Kedua kendaraan berjalan sejajar beberapa detik.

Audra membuka jendela dan melambai. “Mbak! Mepii! Kita bukan di sirkuit Mandalika!”

Aylara mengerem mendadak dan berhenti di bahu jalan. Audra buru-buru mengikut.

Begitu turun dari mobil, ia menghampiri Aylara yang juga keluar dengan gaya meledak-ledak.

“Masalah apa sih?! Saya bawa mobil di jalan umum, bukan nabrak orang, bukan nyopet, cuma ngebut dikit!” ujar Aylara sewot.

Audra menoleh cepat, menaikkan alis. “Dikit? Tadi nyaris nyamber truk ayam, Bu!”

“Udah jangan ‘Bu-Bu’ segala! Saya belum tua!” sentaknya sambil melipat tangan di dada.

Audra mendongak, lalu tertawa pelan. “Oke. Mbak Aylara. Namanya udah keluar dari sistem. Plat nomornya masuk data.”

Aylara mengerjap. “Astaga dragon... sampe buka data segala? Stalking skill-nya bagus juga. Polisi masa kini emang beda.”

“Lebih baik dibenci karena tanggung jawab daripada ditinggal pas lagi sayang, kan?” sindir Audra.

Aylara terdiam. Pandangannya mengendur raut ajahnya menyiratkan luka.

Audra menyipitkan mata. “Kena ya?”

Ia mengangguk pelan, lalu memalingkan wajah.

“Aku cuma pengen jauh dari semuanya. Dari pria brengsek yang bilang cinta tapi jalan bareng cewek lain depan mata. Dari rumah mewah penuh omong kosong. Dari semua yang pura-pura baik,” ujarnya parau.

Audra menyandarkan tubuh di kap mobil, menatap langit gelap.

“Hati yang kecewa itu kayak rem blong. Tapi tetap harus tahu kapan berhenti. Karena kalau enggak yang terluka bukan cuma kamu.”

Aylara menyipitkan mata, menatap pria itu dari atas ke bawah. Jantungnya masih berdetak kencang, bukan karena takut, tapi campur aduk antara emosi dan ya, pria ini lumayan tampan juga.

“Jadi aku kena tilang, Pak ganteng?” tanyanya sarkastik.

Audra menatapnya datar. “Tilang aja nggak cukup buat cara nyetir Ibu tadi. Itu balapan, bukan kabur dari mantan.”

“Siapa juga bilang aku kabur dari mantan,” bantah Aylara sambil melipat tangan di dada. “Aku cuma butuh angin malam, bukan interogasi dari Oppa berseragam begini.”

Audra mengangkat alis. “Oppa? Saranghae juga sekalian?”

“Saranghae,” ucap Aylara cuek sambil tersenyum nyinyir. “Tapi kayaknya bukan buat kamu. Kecuali kamu bisa kasih alasan logis kenapa cowok sebaik mantanku bisa selingkuh sama sepupu calon adik iparku.”

Audra terkekeh. “Ah, jadi gitu ceritanya? Pantes gaya nyetir kamu kayak mau ngejar mantan ke neraka.”

Aylara menghela napas panjang, lalu berkata lirih tapi jelas, “Dia bikin aku kayak orang bodoh, Pak. Selama ini aku pikir dia milih aku karena cinta, ternyata cuma karena aku bukan siapa-siapa.”

Audra menatapnya sejenak, lalu berkata pelan, “Justru karena kamu bukan siapa-siapa, kamu berharga.”

Aylara mendongak, memandang pria itu dengan sorot mata penuh tanya.

“Kamu tahu,” imbuh Audra sambil menyelipkan tangannya ke saku celana, “orang hebat itu lahir dari patah hati yang nggak dikasih waktu istirahat.”

Diam sebentar. Lalu, Aylara tersenyum kecil. “Kalau gitu, boleh aku parkir bentar di hatimu?”

Audra terkekeh. “Liat dulu, SIM kamu masih aktif nggak.”

“Begitu cara kamu minta maaf karena udah bikin kejar-kejaran lima kilometer tanpa mikirin keselamatan orang lain?” ujarnya tenang.

“Kalau minta maaf bisa bebas tilang, aku minta dua kali deh,” katanya lagi sambil mengedip, nakal tapi matanya masih merah. Sisa-sisa amarah belum habis, tapi sempat bercanda? Itu memang Aylara.

Audra menarik napas pelan, mencatat sesuatu di notes kecilnya.

“Kamu tahu bisa kehilangan nyawa tadi?”

“Aku sih nggak keberatan,” sahutnya cepat, “Yang penting kehilangan orang yang nggak layak diperjuangin dulu. Baru deh nyawa.”

“Jangan main-main sama hidup sendiri,” timpal Audra, kali ini nadanya naik. Matanya menatap lurus, tajam tapi masih manusiawi. “Kalau kamu nggak sayang nyawa, aku masih punya tugas buat nyelamatin yang kayak kamu.”

Aylara tertawa, pelan tapi getir.

“Wah... pahlawan banget ya. Udah mirip tokoh utama K-Drama. Tinggal nunggu soundtrack.”

Audra mengerucutkan bibir, separuh kesal separuh heran.

“Nama kamu siapa?” tanyanya.

“Aylara. 28 tahun. Scorpio. Patah hati. Latar belakang akademik? Dokter umum. Hobi? Balapan kalau lagi muak. Tertarik buat ngobrol serius sekarang, Pak Polisi?”

Audra menatapnya lama. Tangannya sempat mau menyobek surat tilang tapi berhenti.

“Kamu lagi nyari masalah atau teman ngobrol?”

“Dua-duanya boleh. Tapi yang pertama lebih cocok sama mood-ku sekarang,” imbuh Aylara.

Audra menyimpan notes-nya, menyandarkan badan di kap mobil Aylara.

“Gue nggak akan tilang malam ini. Tapi dengan satu syarat,” katanya pelan.

“Apa tuh?” tanya Aylara setengah serius.

“Kamu ikut aku ngopi. Biar bisa cerita panjang kali lebar. Tapi mobilnya ditinggal dulu, aku yang nyetir. Deal?”

Aylara terdiam. Matanya menatap ke langit. Malam yang tadi gelap mendadak punya warna sedikit. Dia nggak jawab. Tapi senyumnya, pelan-pelan, mengalahkan luka di dadanya.

1
Lia Kiftia Usman
menarik...
lanjut aah baca😊
Febby fadila
masalah Arslan nggak abis²,
Febby fadila
semoga Naya sikembar selamat dan sehat,,,
Febby fadila
ada ada aja tingkah dia bumil ini 🤣🤣🤣🤣
Febby fadila
alhamdllah masalah baby Queena sdah terselesaikan
Febby fadila
Rayhan biar gimanapun kamu salah dsni,, kamu yg awal cuman main², JD biarkan Queena sama Arslan sama nayaka
Febby fadila
knp pula kamu bikin ribet,kalaupun Rayhan ayah kandung Queena, dia blom tentu bisa ngambil Queena darimu, mereka sdah salah telah melancarkan anak mereka
Febby fadila
Thor sebenarnya baby Qeena ini waktu di temukan umurnya brpa, trus sekarang umurnya brpa🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: banyak typo nya kak jadi sebenarnya itu usianya baru jalan sebulan waktu Ditemukan
total 1 replies
Febby fadila
di bab ini ceritax terkecok agak bingun
Febby fadila
kalau sdah seperti ini kita para wanita siap disalahkan tidak ada pembenaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul
total 1 replies
Febby fadila
anggap aja perjodohan itu atas tanggung jawabmu kepada Elvina, karna kamu sdah menidurinya dan mengambil kesuciannya rayhan
Febby fadila
ya Allah aku sampai ikut nangis Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: maaf kakak aku nggak punya tissu 🤭☺️☺️
total 1 replies
Febby fadila
siapa dalangx ya 🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: entahlah kakak 🤭🤣
total 1 replies
Febby fadila
musuh Arslan kok banyak amat siii
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: cuman satu kakak karena cinta awalnya
total 1 replies
Febby fadila
bikin emosi
Febby fadila
banyak amat yg nggak suka sama hubunganx mereka
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: cemburu sama orang cantik dan ganteng
total 1 replies
Febby fadila
sungguh malang nasibmu Elvina, kok aku merasa anak yg diadobsi Nayaka sama Arslan itu anakx elvina
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehe feeling-nya benar kakak 🤣🤭
total 1 replies
Febby fadila
berarti Reyhan ini pria brensek habis hisap madux langsung buang dia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kumbang dong 🤣
total 1 replies
Febby fadila
teman mau makan teman ini mah
Febby fadila
siapa Elvina itu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!